Langkah Langkah Operasi PLTU PDF
Langkah Langkah Operasi PLTU PDF
PENGENALAN PENGOPERASIAN
UNIT PLTU
DURASI : 8 JP
PENYUSUN : 1. M. Ikhfan
3. Prosedur Start....................................................................................................................13
Start unit merupakan suatu hal yang cukup kompleks. Start unit dapat dirinci menjadi
start untuk tiap komponen utama yang meliputi start boiler, start turbin, start alat bantu
dan sebagainya.
Dengan diagram tersebut dapat dilihat apa saja yang dilakukan di boiler dan mana yang
dapat dilakukan secara bersamaan antara boiler dan turbin. Diagram ini tentunya
berbeda dari satu unit pembangkit dengan unit pembangkit yang lain. Karena itu
disarankan agar setiap unit memiliki diagram alur start masing-masing karena hal ini
sangat membantu dalam kelancaran start unit.
2. Persiapan start
Sebelum melakukan pengoperasian suatu peralatan atau sistem, maka harus dilakukan
persiapan atau pemeriksaan sebelum start (pre start check / PSC). Mengingat
komponen dan peralatan PLTU demikian banyak, maka mustahil untuk mengingat
seluruh item PSC yang harus dilakukan. Guna membantu kelancaran pelaksanaaan
start, biasanya digunakan daftar item-item yang harus diperiksa sebelum start berupa
list (pre start check list) untuk semua komponen. Apabila kondisi unit usai pekerjaan
overhaul atau pekerjaan pemeliharaan, maka persiapan dan pemeriksaan mencakup
semua bagian alat dan harus dilakukan secara teliti dan bertahap.
Selain PSC operator harus mengetahui tentang Set Point Parameter Peralatan, yaitu
setiap parameter peralatan yang ada memiliki batasan-batasan nilai maksimum yang
aman untuk beroperasi, hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi setiap peralatan dan
sistem dimana dia berada. Pemahaman mengenai nilai setting ini menjadi penting bagi
operator agar dapat mengoperasikan unit pembangkit dengan aman.
Tetapi apabila kondisi unit hangat atau stand by, maka persiapan dan pemeriksaan
relatif lebih sederhana dan singkat, hanya untuk memastikan (konfirmasi) posisi bagian
alat atau sistem. Persiapan ini meliputi persiapan terhadap semua peralatan atau
sistem yang merupakan bagian dari boiler atau bagian dari turbin dan generator. Sesuai
dengan prosedur yang berlaku pekerjaan persiapan ataupun pengoperasian alat atau
sistem ada yang dapat dilakukan secara paralel tetapi ada pula yang harus dikerjakan
secara berurutan.
Pada dasarnya, suatu unit pembangkit adalah kumpulan dari beberapa sistem peralatan
yang bekerja sedemikian rupa saling mendukung satu dengan yang lain, sehingga
Didalam unit pembangkit yang sistem pendinginnya terdiri dari sistem pendingin utama
dan pendingin bantu, maka sistem pendingin utama merupakan sistem yang pertama
dioperasikan sebelum alat atau sistem yang lain beroperasi. Hal ini karena sistem
pendingin utama selain untuk mengkondensasikan uap di kondensor juga berfungsi
untuk mendinginkan air dalam sistem pendingin bantu (auxiliary cooling water atau
closed cooling water). Jadi sekalipun kondensor belum mengkondensasikan uap karena
turbin belum beroperasi, tetapi sudah dialiri air pendingin.
Tetapi apabila sistemnya dilengkapi dengan sistem air pendingin bantu air laut (sea
water auxiliary cooling) yang berfungsi mendinginkan air pendingin bantu, maka yang
dijalankan pertama kali adalah sistem pendingin bantu air laut. Sedangkan sistem
pendingin utama baru dijalankan pada saat akan dilakukan pemvakuman kondensor
(vacuum up).
Persiapan sistem pendingin utama meliputi pemeriksaan mulai dari intake (sisi masuk)
pompa CWP hingga outlet (sisi keluar) kondensor.
Sistem ini berfungsi untuk mendinginkan alat bantu dan bersirkulasi secara tertutup.
Sekalipun siklusnya tertutup tetapi sebagian airnya terbuang (bocor), misalnya untuk
pendingin atau perapat poros pompa dan sebagainya. Oleh karena itu persediaan air
dalam tangki (cold head tank) ini harus cukup sebelum sistem dioperasikan.
Sistem ini dioperasikan apabila sistem air pendingin bantu telah beroperasi. Hal ini
karena kompresor udara instrumen maupun kompresor udara service didinginkan
dengan air pendingin bantu. Produk udara instrumen ini digunakan untuk
menggerakkan peralatan instrumen-kontrol termasuk katup dan damper. Persiapan
sebelum mengoperasikan sistem udara instrumen dan service pada dasarnya sama.
Perbedaannya adalah dalam sistem udara instrumen terdapat sistem pengering udara
(air dryer).
Didalam unit pembangkit, minyak pelumas selain digunakan untuk pelumas bantalan
turbin dan generator juga digunakan sebagai minyak hidrolik dan kontrol turbin serta
untuk perapat poros (seal) generator.
Udara pembakaran dipasok oleh Forced Draft (FD) fan dan gas buang dikeluarkan ke
atmosfir dengan Induced Draft (ID) fan selain untuk mengatur tekanan ruang bakar.
Udara pembakaran (udara sekunder) diambil dari atmosfir dan jumlahnya diatur dengan
control vane yang dipasang pada sisi masuk FD fan. Pada beberapa boiler tertentu
dilengkapi dengan sistem resirkulasi gas yaitu Gas Recirculation (GR) fan yang
memanfaatkan kembali panas gas buang yang berfungsi untuk mengatur temperatur
ruang bakar dan mengatur temperatur uap.
BBM solar digunakan sebagai penyala (igniter) dan untuk pembakaran awal pada
saat start boiler. Sistem bahan bakar solar yang dipersiapkan mulai dari tangki
hingga burner LFO.
Sistem penyalaan bahan bakar minyak residu digunakan sebagai bahan bakar
utama pada PLTU minyak. Pemeriksaan bahan bakar minyak residu meliputi
seluruh komponen mulai dari tangki persediaan, tangki harian hingga burner residu.
3. Prosedur Start
Sebelum menjalankan boiler, perlu dilakukan persiapan yaitu meliputi semua item Pre
Start Check telah terpenuhi, berikut contoh diantaranya:
Semua Covers, Coupling, Fixing Bolts, dll telah aman pada posisinya
Semua Fire Alarm dan Fire Protection System siap untuk beroperasi.
LFO Supply System (Day Tank & Storage Tank) sudah tersedia dan level
mencukupi.
Supply batubara telah tersedia untuk operasi dan jumlahnya pada Coal Bunker
mencukupi
Water level (Boiler Bottom Seal Water) pada SSC kondisinya normal.
Meyakinkan bahwa kondisi Flash Tank, Blow Down Tank dan Clean Drain Tank
siap untuk beroperasi
Pengisian hotwell dapat dilakukan bila kualitas air pengisi telah memenuhi
kualitas air kondensat yang ditetapkan, isilah hotwell dengan air yang berasal
dari Condensate Storage Tank hingga level normal.
Seperti halnya saat mengisi tangki deaerator, sebelum mengisi drum boiler
kondisi air harus memenuhi persyaratan air boiler yang telah ditetapkan. Air
diisikan ke boiler dengan pompa air pengisi (Boiler Feedwater Pump). Sebelum
menjalankan pompa air pengisi, pompa harus di "Priming" terlebih dahulu
dengan cara membuka saluran venting pada pompa sampai semua udara
terbuang yang ditandai dengan keluarnya air dari saluran venting. Sebelum
mengisikan air kedalam boiler, yakinkan bahwa katup venting pada boiler drum,
superheater, reheater (bila tersedia) harus sudah dalam keadaan terbuka untuk
membuang udara. Isi boiler hingga level drum sedikit dibawah level normal.
Bila pada pengisian awal level drum sudah tinggi, maka ketika memuai level
drum akan menjadi terlalu tinggi sehingga harus diturunkan dengan
membuang sebagian air melalui saluran "Blow Down". Hal seperti ini
sedapat mungkin harus dihindari karena akan menambah kerugian air dan
panas.
Setelah level air drum mencapai yang telah ditetapkan (biasanya antara 0 mm
sampai -50 mm), maka katup pengatur laju air umpan ditutup dan pompa air
pengisi dapat dimatikan. Pada prinsipnya penambahan air ke boiler belum lagi
diperlukan sampai saat dimana uap telah mulai mengalir keluar dari boiler.
Rang bakar adalah tempat dimana bahan bakar bercampur dengan udara
untuk membentuk reaksi pembakaran. Oleh karena itu, kemungkinan
terdapatnya sisa bahan bakar sangat besar. Sisa-sisa bahan bakar ini dapat
bersifat sangat eksplosif dan cukup membahayakan. Ketika boiler beroperasi
selalu ada resiko masuknya bahan bakar yang tidak terbakar kedalam boiler.
Untuk mengurangi resiko ledakan (eksplosion), maka ruang bakar senantiasa
harus dibilas (purging) terlebih dahulu sebelum boiler dinyalakan, yaitu
Persyaratan purging
Laju aliran udara pembakaran lebih besar dari 30 % aliran beban penuh
Boiler tidak dalam kondisi MFT, dan sinyal MFT sudah direset
Prosedur purging
Apabila persiapan dan persyaratan purging telah terpenuhi, maka purging dapat
dilakukan . Prosedur purging dilakukan dengan mengalirkan udara ke ruang
bakar dan semua saluran gas dengan laju aliran udara > 30 % laju aliran udara
c. Penyalaan (Firing)
Setelah Purging selesai Sebelum melakukan penyalaan awal, maka komponen berikut
ini harus disiapkan :
Tekanan uap atau udara untuk atomising pada Oil Burner cukup
Penyalaan dapat dilakukan apabila purging telah selesai. Untuk melakukan penyalaan,
maka katup trip bahan bakar penyala dibuka sehingga bahan bakar siap hingga katup
isolasi tinggal menunggu urutan start penyalaan.
Begitu tombol start igniter ditekan, maka urutan penyalaannya adalah sebagai berikut :
Jika nyala api yang ditangkap oleh flame detector memuaskan, artinya terjadi
pembakaran yang baik, maka penyalaan berlangsung terus dan busi akan mati setelah
memberi penyalaan. Tetapi jika nyala api yang ditangkap flame detector tidak
memuaskan, maka igniter trip (katup trip bahan bakar penyala dan atomisasi tertutup).
Pada saat pembakaran awal pastikan bahwa pembakaran terjadi dengan baik, tidak
ada bahan bakar yang tidak terbakar masuk ke ruang bakar. Bentuk nyala api harus
diperhatikan melalui lubang intip, yaitu tidak terlalu panjang tetapi juga tidak terlalu lebar
sehingga menyentuh dinding ruang bakar.
Proses pemanasan pada boiler harus dilakukan bertahap dengan kenaikan temperatur
uap yang terkontrol. Temperatur metal superheater harus dipantau dan dijaga pada
batas yang diijinkan. Temperatur metal reheater (apabila tersedia) juga harus diamati
terus menerus karena belum ada aliran uap masuk turbin. Buka katup resirkulasi
ekonomiser agar air dapat bersirkulasi dari drum boiler ke pipa pipa menuju ekonomiser
dan kembali ke drum. Pada saat ini belum ada penguapan sehingga kenaikan
temperatur harus diatur dengan hati-hati agar tidak terjadi overheating pada pipa-pipa
boiler.
Atur laju kenaikan temperatur dan tekanan uap dengan mengatur banyaknya igniter
yang beroperasi atau dengan mengatur laju aliran minyaknya. Periksa temperatur gas
keluar ruang bakar dengan menggunakan thermoprobe, jaga agar temperatur ini tidak
melebihi batas yang telah ditentukan. Apabila telah terjadi pemanasan yang cukup dan
Dalam tahap kenaikan tekanan boiler, aspek yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar perbedaan temperatur pada komponen - komponen boiler tidak boleh
melampaui batas yang ditetapkan karena perbedaan temperatur merupakan
penyebab thermal stress. Hal ini teutama pada boiler drum karena boiler drum
merupakan komponen yang paling tebal dalam boiler. Perbedaan temperatur yang
perlu diperhatikan pada boiler drum adalah perbedaan temperatur antara Top (atas)
dengan Bottom (bawah) terutama sebelum terbentuknya uap (belum terjadi
penguapan). Saat belum terjadi penguapan, bagian boiler drum yang dipanasi
adalah dinding boiler drum sebelah dalam bagian bawah yang bersinggungan dengan
air sebagai media pemanas
Pada tahap ini, boiler drum bagian bawah cenderung memuai sedang drum bagian
atas cenderung belum memuai sehingga terjadi stress. Untuk mengurangi stress,
maka perbedaan temperatur antara Top dengan Bottom tidak boleh melebihi batasan
yang ditetapkan, dengan cara mengatur bahan bakar (Firing Rate). Manakala
penguapan sudah terjadi, maka seluruh permukaan bagian dalam dari boiler drum
sudah dipanasi secara merata, dimana bagian bawah dipanasi oleh air sedang bagian
atas dipanasi oleh uap. Pada tahap ini perbedaan temperatur antara Top/Bottom mulai
Gambar 11. Kurva ΔT Upper dan Lower terhadap Pressure Steam drum di PLTU Indramayu
Pada pipa-pipa superheater, uap berfungsi sebagai media pendingin karena bagian luar
superheater dipanasi oleh gas panas. Ketika belum terbentuk uap atau ketika aliran
uap melintasi superheater masih sedikit, maka temperatur gas bekas harus dibatasi
untuk mencegah terjadinya overheating pada pipa-pipa superheater. Pembatasan ini
juga dilakukan dengan mengatur aliran bahan bakar (Firing Rate). Pada beberapa
jenis boiler, tersedia fasilitas untuk mendeteksi temperatur ruang bakar yang
disebut "Thermoprobe". Bila dilengkapi dengan thermoprobe, maka operasikan secara
periodik untuk memonitor temperatur ruang bakar.
Bila ternyata temperatur ruang bakar melebihi batasan yang ditetapkan, maka laju
aliran bahan bakar (Firing Rate) harus dikurangi. Bila tidak tersedia thermoprobe,
maka batasan terhadap laju kenaikan temperatur yang direkomendasikan oleh pabrik
dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengatur firing rate.
Setelah semua udara keluar dari drum (pada tekanan sekitar 2 bar) dengan adanya
indikasi uap keluar pada pipa venting, venting steam drum dapat ditutup. Naikkan
tekanan secara bertahap dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan.
Gambar 12 menunjukkan contoh tipikal grafik start dingin (cold start) boiler dan turbin.
Jalankan pompa pelumas bantu (Auxiliary Oil Pump) atau turning gear oil pump
dan amati tekanan pelumas. Pastikan bahwa minyak pelumas mengalir lancar
kesetiap bantalan (termasuk bantalan generator) dengan cara mengamati aliran
minyak pelumas melalui kaca pengamat aliran (Sight Flow) yang terpasang.
Apabila semua normal, jalankan "Jacking oil pump" (bila dilengkapi) dan periksa
tekanan jacking oil. Jalankan pemutar poros turbin (Turning/ barring Gear),
masukkan kopling sehingga poros turbin berputar pada putaran rendah (5 ~ 30
Rpm).
Pada boiler yang dilengkapi dengan "Boiler stop valve", maka setelah boiler
mencapai tekanan tertentu, saluran uap utama (main Steam line) dapat di
"warming" dengan membuka boiler stop valve.
Uap akan mengalir melintasi dan memanaskan saluran uap utama menuju
saluran drain yang posisinya sebelum turbin stop valve.
Setelah cukup hangat, tutup katup saluran drain tersebut untuk mengurangi
perbedaan tekanan ( P) sebelum dan sesudah boiler stop valve.
Buka boiler stop valve.
Buka kembali katup drain main steam disisi turbine stop valve.
Tutup katup balance pipe (By pass) boiler stop valve.
Sebelum turbin beroperasi, uap perapat umumnya dipasok dari saluran main
steam atau Auxiliary Steam. Dengan demikian, maka tekanan dan temperatur uap
perapat harus disesuaikan dengan kondisi perapat sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah. Karena itu tekanan uap perapat harus diturunkan melalui katup
pengatur. Selain itu, uap perapat sisi tekanan rendah juga diturunkan temperaturnya
dengan menggunakan air pancar (desuperheater). Pengaturan ini biasanya
dilakukan secara otomatis. Uap bekas dari perapat selanjutnya mengalir ke gland
steam condensor yang dibuat kondisi vakum dengan bantuan gland steam
exhauster dan didinginkan oleh air kondensat.
Untuk perangkat pembuat vacum berupa "Steam Ejector", maka ejector baru dapat
dioperasikan setelah tekanan boiler mencapai harga tertentu (25 ~ 30 bar ).
Umumnya yang dijalankan pertama adalah starting/Hoging Ejector. Setelah
mencapai harga vacum tertentu baru ditukar dengan " main " Ejector.
Pada harga vakum tertentu, turbine by pass (by pass system ) dapat dioperasikan
dengan membuka katup turbin by pass sehingga uap dari Main Steam Line akan
mengalir ke kondensor melalui saluaran turbine by pass. Dengan beroperasinya
Rolling up Turbin.
Setelah vakum kondensor mencapai harga normal dan tekanan serta temperatur
uap telah memadai, turbin dapat segera dioperasikan. Tetapi sebelum itu,
pemeriksaan akhir perlu dilakukan. Periksa apakah eksentrisitas (eccentricity)
poros telah berada dibawah harga batas yang telah ditetapkan.
Bila belum, tunda start turbin dan biarkan poros turbin tetap diputar oleh turning gear
sampai eksintrisitas poros mencapai batasan yang ditetapkan. Amati aliran minyak
pelumas pada setiap bantalan termasuk temperaturnya.
Periksa tekanan HP oil/working oil. Reset turbin dan amati reaksi katup-katup
governor. Segera setelah reset, maka governor valve akan membuka penuh.
Kini turbin siap diputar dengan membuka stop valve (throttle valve). Atur
pembukaan stop valve agar diperoleh laju percepatan (acceleration) poros yang
sesuai. Besarnya laju percepatan dapat ditentukan dari grafik start turbin yang
direkomendasikan pabrik. Pada turbin yang dilengkapi sistem start otomatis
(Automatic Turbine Start Up/ ATS), tersedia selector switch untuk memilih laju
akselerasi yaitu " Slow", "Normal" dan "Fast" dimana besaran akselerasi untuk
masing-masing posisi selector switch telah ditentukan oleh pabrik.
Untuk start secara manual, gunakan grafik start turbin sesuai dengan jenis start
(cold, warm, atau hot start) yang direkomendasikan oleh pabrik. Ketika melakukan
start dingin (cold start), umumnya putaran turbin harus ditahan pada harga
putaran tertentu selama periode waktu tertentu untuk tujuan pemerataan panas
(heat soak) dalam rangka meminimumkan thermal stress dan differensial
Disamping itu, perbedaan temperatur antara upper dengan lower casing dan
perbedaan temperatur antara flens dengan bolt juga harus diperhatikan. Untuk
menjaga agar semua besaran tersebut tetap berada dalam batas yang diizinkan,
maka turbin harus diberi cukup waktu untuk pemerataan panas (heat soak) sesuai
grafik start up dari pabrik. Pada turbin yang dilengkapi sistem ATS, terdapat
sistem monitoring "Stress Level". Bila stress tinggi, maka proses urutan
(Sequence) start akan tertunda secara otomatis ”hold” sehingga turbin akan tetap
berada pada putaran tertentu dalam waktu yang cukup untuk pemerataan panas.
Setelah "Stress level" turun hingga dibawah batas yang tentukan, maka proses
urutan start turbin akan berlanjut lagi.
Buka sedikit stop valve atau ada yang biasa disebut Main Steam Valve (MSV)
untuk mengalirkan uap ke turbin dan posisi governor valve atau control valve (CV)
buka 100%. Begitu putaran mulai naik, yakinkan bahwa turning gear terlepas
(disenggage) dan matikan. Pada beberapa jenis turbin, pabrik merekomendasikan
untuk mentripkan turbin ketika putaran turbin belum begitu tinggi (400 ~ 600
RPM). Ini dilakukan dengan tujuan untuk pemeriksaan akhir kalau-kalau ada
gejala atau tanda-tanda terjadinya gesekan (Rub check) serta menyakinkan
bahwa stop valve dapat berfungsi dengan baik.
Lakukan pengamatan yang seksama secara periodik terhadap seluruh parameter turbin
supervisory (Casing Expansion, Differensial Expansion, Rotor position, Vibration) .
Ketika putaran mendekati putaran nominal (+ 2850 RPM) akan terjadi proses valve
transfer (Partial Arc Load). Pada putaran ini, governor valve akan bergerak dari posisi
terbuka penuh ke posisi pembukaan minimum sesuai dengan kondisi beban saat itu,
sementara stop valve (MSV) akan membuka penuh. Pada tipe kontrol turbin yang lain,
proses Partial Arc Load ini ada yang dilakukan setelah sinkron dan unit berbeban.
Pengendalian pengaturan aliran uap kini diambil alih oleh governor valve. Saat dimana
valve transfer terjadi merupakan saat yang sangat rentan karena berpindahnya proses
throtling dari stop valve/MSV ke governor valve/CV. Bila tekanan dan temperatur uap
tidak memadai, maka ada kemungkinan terjadi kondensasi di steam chest. Setelah itu,
naikkan putaran turbin hingga putaran nominal dengan membuka governor valve.
Matikan jacking oil pump dan Auxiliary oil pump.
Seperti halnya pada boiler dan turbin, sebelum menjalankan generator juga perlu
dilakukan persiapan dan pemeriksaan. Periksa dan yakinkan bahwa semua instrumen
monitoring untuk generator berada dalam kondisi normal. Cek penunjukan temperatur
kumparan (winding) generator, selain itu periksa sistem pendingin generator.
Untuk generator berpendingin udara, periksa apakah air pendingin telah mengalir
kedalam pendingin udara (Air Cooler). Periksa seluruh sistem proteksi generator.
Periksa aliran pelumas bantalan dan temperaturnya. Amati juga vibrasi pada bantalan
bantalan generator. Ingat bahwa posisi rotor generator mungkin terpengaruh oleh
pergerakan poros turbin akibat pemuaian.
a. Sinkronisasi
Tahap berikutnya adalah memparalelkan generator dengan sistem jaringan (Sistem 500
KV atau 150 KV). Paralel generator dapat dilakukan secara otomatis maupun secara
manual. Untuk proses paralel dapat dilakukan di sistem 500 KV/150 KV atau ada yang
dilakukan 11,5 KV. Bila harus dilakukan secara manual, maka operator harus
mengetahui syarat - syarat paralel generator yaitu :
Paralel generator dilakukan dengan cara memasukkan PMT generator (generator circuit
breaker). PMT generator dapat dimasukkan ketika jarum synchronoscope tepat
menunjuk di angka "12" ± 3 0. Setelah sinkron, naikkan beban generator hingga beban
minimum yang direkomendasikan dengan mengatur katup governor secukupnya. Katup
drain main steam dan drain turbin lainnya dapat ditutup.
b. Pembebanan
Beban generator biasanya ditahan pada 10 % MCR selama beberapa menit. Selanjutnya
naikkan beban secara bertahap, sambil mengatur pembakaran (firing rate) agar tekanan
dan temperatur uap naik sesuai grafik jenis start yang dipilih. Bila diperlukan, nyalakan
burner untuk menambah jumlah burner yang beroperasi.
Aktifkan pula sistem kaskade kondensasi drain setiap pemanas awal. Normal drain dari
pemanas dialirkan ke pemanas awal yang lebih rendah (Cascade System) sedang
drain alternatifnya (alternate drain) akan langsung menuju kondensor atau flash tank
Seperti halnya pada saat start, untuk mematikan unit juga dikenal 2 macam metode stop
yaitu normal stop (Cold Shut Down) dan emergency stop (Hot Shutdown / Hot Banking
Stop). Jenis stop unit yang akan ditetapkan tergantung pada kebutuhan. Bila unit
akan di stop dan diprogram untuk tidak beroperasi dalam waktu yang cukup lama
(misalnya untuk keperluan overhoul), maka dapat dipilih jenis normal shut down.
Tetapi bila unit harus di stop dan direncanakan untuk secepatnya dapat beroperasi
kembali (misalnya ada kerusakan yang perbaikannya tidak memerlukan waktu lama tapi
unit harus shutdown), maka boiler harus dijaga agar tetap panas (hot banking). Untuk
kondisi ini, maka hot shut down dapat dilaksanakan.
Pada normal shut down, tersedia waktu yang cukup sehingga sambil menurunkan
beban, berbagai test untuk sistem proteksi dapat dilaksanakan untuk membuktikan
bahwa sistem proteksi berfungsi secara baik. Soot Blower dapat dioperasikan sebelum
boiler dimatikan. Mula-mula, turunkan beban secara bertahap dengan menggunakan
governor valve. Amati semua peralatan supervisori.
Matikan mill (Pulverizer) sesuai dengan kebutuhan beban. Untuk mematikan mill
biasanya tersedia urutan (sequence) stop yang bekerja secara otomatis. Namun secara
prinsip perlu juga diketahui, bahwa sebelum dimatikan, mill harus dikosongkan terlebih
dahulu. Matikan Mill sesuai dengan SOP yang ada di setiap unit pembangkit.
Turunkan beban dengan governor valve. Amati temperatur uap bekas (LP Exhaust
hood). Selain itu juga jangan sampai terjadi rotor short. Pada beban sekitar 20%,
lakukan pemindahan pasokan listrik untuk alat-alat bantu dari trafo unit (unit
transformer) ke trafo start (start up transformer). Matikan pasokan uap ekstraksi untuk
pemanas awal air pengisi, paling tinggi (top heater). Nyalakan burner minyak ataupun
ignitor sekedar untuk mempertahankan nyala api di boiler.
Pada beban mendekati 0 MW, lepas GCB generator. Trip kan turbin dengan menekan
tombol emergency trip. Tombol ini digunakan untuk mematikan turbin sambil menguji
apakah emergency trip dapat berfungsi dengan baik. Pastikan bahwa Field Breaker akan
trip dan stop valve serta governor valve menutup. Buka semua saluran drain (casing
drain, extraction line drain dan main steam line drain). Pada harga putaran tertentu,
pompa pelumas bantu (AOP) akan start secara otomatis. Bila dikehendaki , start secara
otomatis pompa-pompa yang lain (TOP dan EOP juga dapat dilaksanakan. Sama halnya
dengan turbin, boiler juga dapat dimatikan melalui tombol emergency trip. Sambil
menguji apakah emergency trip dapat berfungsi dengan baik. Setelah itu purging ruang
bakar (boiler).
Non aktifkan sistem bahan bakar, baik batu bara maupun minyak. Langkah berikutnya
tergantung pada metode pendingin (cooling) boiler yang dikehendaki. Bila dikehendaki
pendinginan alami (Normal Cooling) maka F.D. FAN dan ID.FAN dapat dimatikan
sementara damper-dampernya saja yang dibiarkan tetap terbuka sehingga tercipta
aliran udara untuk pendinginan normal.
Tetapi bila dikehendaki pendinginan paksa (Force Cooling), maka ID.Fan dan F.D.
Fan tetap jalan dan aliran udara diatur untuk memperoleh pendinginan paksa (Force
Cooling). Bila tekanan drum sudah cukup rendah, buka semua vent dan drain.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 31
Bila boiler akan dikosongkan, maka boiler bottom drain baru dapat dibuka bila
temperatur boiler sudah cukup rendah (umumnya < 90 0C). Sementara itu, putaran turbin
terus turun. Pada putaran sekitar 500 Rpm katup pelepas vakum (Vacuum Breaker)
dibuka. Sebelumnya, matikan dulu ejector atau vacuum pump. Laju penurunan
putaran akan semakin cepat.
Pastikan bahwa jacking oil pump start secara otomatis. Setelah rotor turbin berhenti,
hubungkan kopling turning gear (enggage) dan jalankan turning gear. Bila sistem ini
otomatis, pastikan bahwa rotor sekarang diputar oleh turning gear. Matikan semua
alat-alat bantu yang sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi pengatur temperatur exhaust
turbin (LP exhaust hood spray water) mungkin masih tetap diperlukan untuk menjaga
agar temperatur exhaust turbin tetap rendah.
Dalam pengoperasian PLTU, cukup banyak aspek operasi yang dapat dikategorikan
dalam kondisi operasi darurat. Sebagai contoh misalnya pada saat terjadi kerusakan
pada salah satu komponen turbin dimana untuk memperbaikinya turbin harus dimatikan.
Dalam hal ini masalah ada di turbin sedang pada boiler tidak ada masalah apapun.
Contoh lain misalnya terjadi kebocoran pada pipa boiler dimana untuk memperbaikinya
dibutuhkan untuk mematikan boiler. Untuk ini, masalah ada di boiler sementara pada
turbin tidak ada masalah apapun. Pada kedua contoh diatas, pekerjaan perbaikan yang
perlu dilakukan hanya membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama tetapi mengharuskan
unit di stop. Setelah pekerjaan selesai, unit harus segera distart lagi secepatnya.
Dalam kondisi ini berarti boiler tidak bermasalah sehingga dalam stop unit, boiler dapat
dijaga agar tetap panas (hot banking). Sementara turbin harus diusahakan cepat dingin
agar pekerjaan perbaikan segera dapat dimulai. Boiler diusahakan untuk tetap panas
dengan maksud untuk meminimumkan waktu dan biaya start manakala unit harus distart
kembali ketika pekerjaan sudah selesai.
Cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut adalah dengan membiarkan
boiler berada pada tekanan dan temperatur kerjanya. Turunkan beban unit melalui katup
governor sehingga terjadi proses throtling. Akibat throtling ini, temperatur turbin akan
Pada kasus tertentu, unit harus distop karena ada masalah pada boiler sedangkan turbin
dalam kondisi baik. Untuk kasus ini, berarti boiler harus diusahakan agar cepat dingin
sementara turbin sedapat mungkin dijaga tetap panas. Mematikan unit dengan cara ini
pada prinsipnya adalah mengusahakan agar temperatur uap tetap tinggi pada saat
penurunan beban sehingga turbin tidak mengalami pendinginan. Karena itu
penurunan beban dilakukan dengan cara menurunkan tekanan boiler dan tidak
menggunakan governor valve. Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya throtling
bila beban diturunkan dengan governor valve.
Manakala penurunan tekanan boiler sudah tidak lagi dapat diturunkan tanpa
mempengaruhi temperatur uap, maka penurunan tekanan boiler tidak perlu diteruskan.
Mulai saat ini, penurunan beban baru dilakukan dengan menggunakan governor valve.
Karena umumnya beban sudah rendah, maka penurunan beban lebih lanjut dengan
menggunakan governor valve tidak terlalu banyak menurunkan temperatur turbin.