Anda di halaman 1dari 2

BISA KARENA BIASA

Astaqhfirullah3X…… suara lagu opick sebagai alarm dari HP-ku membuat aku terkejut dan
membuat mataku terbuka, memang sengaja aku pasang alarm agar dapat bangun. malam masih pekat,
cuaca terasa dingin menusuk tubuh, jam dinding menunjukkah pukul 03.35. Sungguh malas rasanya
memaksa diri ini bangun, namun masih setumpuk tugas belum terselesaikan yang harus dikumpulkan
pelajaran pertama pagi ini. Tugas bahasa Indoensia harus membuat Power Pont yang harus
dipersentasikan di hadapan siswa dan guru. Aku ditunjuk kawan-kawan untuk menjadi nara sumber.
Kucoba bangun dan membuka laptop yang masih tergeletak di samping bantal, modem juga masih
melekat di laptop. Ingat malam tadi baru bisa tidur pukul 10 malam, tapi belum juga selesai tugas ini. Ku
buka google, di sinilah semua jawaban ada, tuk melengkapi tugas tersebut. Setelah kira 1 jam aku
browsing, terdengar azan subuh. Rasanya belum sempurna tugas yang kukerjakan, tapi ya sudahlah.
Inilah yang terbaik yang dapat kukerjakan. Apapun hasilnya, ya sudahlah. Shalat dulu ntar lanjut
ngerjakan PR.
Terdengar suara langkah kaki mendekati kamarku
“Dian …!” terdengar suara mamak memanggilku.
“Ya mak, ada apa mak” jawabku.
“lagi apa kamu nak?” tanya sambil berdiri di depan pintu kamarku.
“ ini mak, lagi ngerjakan PR,”
“oh, udah shalat belum?” tanya mamak lagi.
“udah mak” memang mamak dan bapak cerewet soal shalat. Semua anak-anaknya pasti ditanyakan
terus shalatnya.
“ya baguslah” mamak sambil melangkah menuju dapur.
Aku melanjutkan mengerjakan PR matematika yang belum sempat aku sentuh dari kemarin.
Pagi sudah menyingsing, di luar pun sudah terang, walaupun mendung dengan sedikit gerimis.
Jam dinding sudah menunjukkan jam 05.30. artinya aku cepat berangkat. Biasanya aku diantar abangku,
hari ini aku harus naik oplet, soalnya abang lagi ada kegiatan di kampuasnya. Perlengkapan sekolah
sudah aku masukkan dalam tas semua. Terasa berat sekali tas ini. Buku dan juga laptop plus pengecas.
Maklumlah laptop tidak boleh jauh dari pengecas, batrei sudah suak. Aku berharap tidak hujan,
sehingga barang-barang dalam tas ini tidak basah.
“ Mak Diana berangkat dulu” seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah aku cium tangan mamak dan
bapak.
“hati-hati di jalan” bapak menimpali, ini pesan yang selalu bapak ingatkan.
“penuh tas mu tuh, apa jak yang kamu bawa?”. Tanya mamak
“biase mak ini laptop dan pengecas mak, berat jadinye”. Jawabku.
“ngape pula harus bawa laptop terus?” tanya mamak lagi
“mamak ndak tahu sih, ini dah kurikulum baru, jadi harus bawa laptop terus. Jawabku lagi.
“oh yelah, hati-hati di jalan ye” mamak mengingatkan lagi.
Aku melangkah menuju sekolah, dengan membawa segudang peralatan yang memang terasa berat di
pundakku. Beginilah setiap hari yang harus kukerjakan. Memang melelahkan, tapi semua harus kujalani.
Beda dulu waktu SMP Cuma bawa buku doang, tidak terlalu beratlah. Sekarang aku dah SMA, langsung
jurusan IPA lagi. Di SMA ini memang banyak tugas. kerena itu, harus buka internet terus untuk
mendapatkan informasi lain tentang materi pelajaran. Perpustakaan di sekolah tidak lengkap, lagi pula
tidak ada waktu ke perpustakan. Katanya inilah bedanya kurikulum baru dengan kurikulum yang dulu.
Udahlah pulang setiap hari sampai pukul 2 siang, sampai di rumah pukul kira-kira pukul 3. Capek, tapi
harus tetap semangat untuk mengejar cita-cita.
Kring, kring, kring….Berapa menit tiba di sekolah, bel tanda masuk sudah berbunyi. Aku langsung
bergegas masuk kelas X B.
“Sul…!”, sapa seorang cowok sekelasku. Dialah cowok di kelas ku yang selalu aktif dan menguasi kelas
kalau ada diskusi. Kadang menyebalkan sih. Namanya Andi
“Ya… jawabku
“Jangan buru-buru, nyantai jak. Guru pun belum masuk”. Sergah Andi
“Ndak, soalnya Diana persentasi ni” jawabku sembari berjalan meninggalkan nya.
Ibu guru masuk, mengucapkan salam, mengabsen dan membuka pelajaran. Ibu guru mempersilahkan
kelompokku mempersentasikan makalah yang sudah disiapkan. Rasanya berdebar, ini pertama kali aku
harus persentasi.
“Baiklah kawan-kawan, hari ini kita akan berdisiku mengenai ……………Saya persilahkan nara sumber
untuk menyampaikan materi”. Mia sebagai moderator membuka diskusi.
“Baiklah kawan-kawan untuk memulai diskusi saya menyampaikan makalah tentang …… . aku memulai
diskusi, walau dengan sedikit nerveus aku menyampaikan materi diskusi dengan lancar, karena aku telah
siap. Setelah materi disampaikan, mulailah diskusi. Seperti biasa pastilah Andi tunjuk tangan bertanya.
Setelah itu menjawab, dibantu oleh kawan-kawan kelompokku. Ada …………diskusi selesai. Moderator
menutup diskusi.
“Kita berikan applause kepada kelompok II yang telah menyampaikan materi dan mengadakan diskusi
dengan baik. Semoga kelompok berikutnya lebih baik lagi”. Ibu menutup pelajaran, tanda berakhirnya
pelajaran pertama. Lega rasanya sudah menyelesaikan tugas ini. Mendapat pujian guru lagi.

Aku bangga yang telah aku buat hari ini, akhirnya semua dapat melakukan hal ini. Mungkin inilah yang
harus harus lakukan agar lebih kreatif dalam kehidupan ini. Memang aku harus lebih membiasakan hal
ini. Ya kata pepatah, “ala bisa karena biasa”.

Anda mungkin juga menyukai