Disusun Oleh :
1. Achmad Faris Fauzi
2. Erna Nisful Laili
3. Ifatul Febriyani
4. Lutfiatun Nisa
5. Nihayah Saefil Ikhsan
6. Riky Ardiansyah
7. Siti Nur Jannah
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmad
dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan “Makalah Perkembangan Islam Pada Masa
Modern”ini.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan pihak
lain nya yang telah membantu dan banyak memberika pengarahan dan bimbingan dalam
pembuatan “Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Modern”.
Meskipun demikian Kami menyadari “Makalah Perkembangan Islam Pada Masa
Modern” ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan agar sempurnanya laporan ini. Kami berharap “Makalah Perkembangan Islam
Pada Masa Modern” ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Serta dapat
menunjang pencapaian sasaran/tujuan terlaksananya “Makalah Perkembangan Islam Pada
Masa Modern” ini.
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Muslim yang
tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Arab, 20%
di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatanyakni Pakistan, India dan Bangladesh.
Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia. Populasi Muslim
juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika
Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara
pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%. Besaran ini menjadikan Islam sebagai
agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia. Beberapa pendapat
menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak negara Islam
(enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia adalah negara
dengan mayoritas Muslim. Namun belum lama ini, sebuah studi demografi telah menyatakan
bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat.
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode sejarah Islam mempunyai tujuan,
yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan dan juga
kemunduran. Bab ini akan menguraikan perkembangan Islam pada masa pembaruan. Pada
masa itu, Islam mampu menjadi pemimpin peradaban. Mungkinkah Islam mampu kembali
menjadi pemimpin peradaban? Dalam bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu
dipakai kata modern, modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan istilah
modernisme tersebut untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran, aliran atau paradigmabaru.
Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan, baik oleh ilmu
pengetahuan maupun tekhnologi. Untuk mengetahui lebih lanjut akan dibahas dalam makalah
ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Gambaran Dunia Islam Abad Pertengahan?
2. Bagaimana keadaan sosial ekonomi dan kebudayaannya?
C. TUJUAN MASALAH
1. Menjelaskan Gambaran Dunia Islam Abad Pertengahan
2. Menjeleskan keadaan sosial ekonomi dan kebudayaannya
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengantar
5
Ditinjau dari sisi teori, sejarah islam modern dimulai sejak tahun 1800 M. hingga
sekarang. Secara politis pada Abad 18 M dunia islam hampir di bawah kendali bangsa Barat.
Namun baru Abad 20 M mulai bermunculan kesadaran di dunia islam untuk bangkit melawan
penjajah Barat. Dalam sejarah islam periode islam disebut dengan kebangkitan dunia islam
karena ditandai banyaknya bermunculan pemikiran pembaharuan dalam dunia islam.
Jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M. ketangan bangsa mongol bukan saja
mengakhiri sistem pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga merupakan masa awal
kemunduran politik dan peradaban islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban islam yang sangat kaya dengan ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumi yang
dihanguskan oleh pasukan mongol yang dipimpin Hulgu Khan.
Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka mengadakan suatu gerakan
pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari
ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut antara
lain, Gerakan Wahhabiyah yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab (1703-1787
M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762) M di India dan Gerakan Sanusiyyah di Afrika
Utara yang dikomandoi oleh Said Muhammad Sanusi dari Al Jazair, Gerakan penerjemahan
karya-karya Barat kedalam bahasa Islam dan pengiriman para pelajar muslim untuk belajar ke
Eropa dan Inggris.
Dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan politik. Ide politik yang pertama
muncul yaitu Pan Islamisme atau persatuan Islam sedunia yang digencarkan oleh gerakan
Wahhabiyah dan Sanusiyah, setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh tokoh pemikir
Islam yang bernama Jamaluddin Al Afghani (1839-1897).
6
3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Kebudayaan
Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat,
dihadapannya masih terdapat kekuatan – kekuatan perang islam yang sulit dikalahkan,
terutama kerjaan Usmani yang berpusat di Turki.
Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan
Bani Umayyah. Di samping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak
terdapat di zaman Bani Umayyah. Yaitu pertama, dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad,
pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani
Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga
pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua
dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini, kedua
dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi
kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah dan
7
ketiga, ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah
lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al
Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat
dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang
musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad,
pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan.
Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para
khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
C. KEKHALIFAHAN
9
diri yakni Abdur Rahman, cucu Hisyam. ia berhasil mendirikan kekuasaan bani
Umayyah di Spanyol.
Perlakuan kejam Abbul Abbas tidak hanya terbatas pada mereka yang masih sidup
saja, bahkan ia menodai makam-makam keturunan Umayyah. Ia mengeluarkan
jenazah mereka dari kuburan lalu membakarnya menjadi abu. Dengan cara demikian
Abbul Abbas membuktikaan gelar dirinya sebagai as-Saffah (si pernumpah darah atau
si haus darah) dan sekaligus merealisasikan sumpahnya suaktu penobatan sebagai
khalifah. Masa pemerintahan Abbul Abbas tidak berjalan lama, hanya sekitar lima
tahun. Ia meninggal di istana Ambariyah pada tahun 133 H/ 754 M. Akibat serangan
penyakit cacar. Namun sebelum meninggal, ia telah menunjuk saudaranya yang
bernama Abul Jaa’far sebagai pengganti tahta kerajaan. Sekalipun ia terkenal kejam.
namun masa pemerintahannya dipandang sebagai pemerinyahan yang disiplin. Ia
diakui sebagai penguasa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
b. Abu Ja’far al-Mashur (137-159 H/754-775 M)
1) Pemberontakan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Ali yakni paman al-Mashur
yang menjadi gubernur di syiria
2) pemberontakan yang lakukan oleh sekte persia yang bernama “ Rawandiyah”
3) Pemberontakan yang dilakukan oelh gubernur Khurasan
11
Kebijakan pertama yang ditempuh Harun adalah melantik seorang penasehat
pribadinya yang bernama yahya ibn Khalid al-Barmaki sebagai perdana mentri dan
sekaligus mengangkat dua putera yahya yang bernama fadl dan ja’far sebagai pejabat
tinggi Harun. Harun sangat dikenal sebagai penguasda yang taat terhadap ajaran
agama, dan sangat dermawan. Atas pengaruh isterinya Zubaidah, Harun menunjuk tiga
anaknya sekaligus sebagai penggantinya secara berurutan yakni: al-amin, al-Makmun
dan al-Ma’tasim.
Harun al-Rasyid tidak hanya sebagai khalifah terbesar Abbasiyah sekaligus sebagai
penguasa terbesar dunia pada saat itu. “ Abad kesembilan belas ditandai dengan
tampilnya dua raja besar dunia: Charlemagne penguasa Barat. dan Harun di timur”.
Selama pemerintahannya rakyat hidup dalam kemakmuran yang merata, dan ilmu
pengetahuan dan peradaban memasuki era kemajuan yang menakjubkan. Untuk
melengkapi kesejahteraan rakyat, ia mendirikan rumah sakit, sekolahan, perguruan
tinggi, membangun masjid, jalan,irigasi dan menetapkan tunjangan fakir miskin.
Bidang tulis menulis merupakan kegiatan yang paling menonjol kemajuannya.
12
perjuangan Abbasiyah dan menggantinya dengan warna hijau, yakni warna yang
mnelambangkan perjuangan keluarga Ali.
Al-Makmun berkuasa selama 21 tahun. Masa pemerintahannya meninggalkan
warisan kemajuan intelektual Islam yang sangat berharga,dalam bisang pemikiran,
matematika, astronomi, kedokteran dan filsafatmencapai kemajuan yang hebat pada
masa ini. Masa pemerintahan al-makmun diwarnai dengan gerakan pendidikan, baik di
wilayah timur maupun barat. Masa pemerintahan al-Makmun merupakan kejayaan
sejarah bangsa Arab dan dapat disebut dengan “ zaman Agustan islam”.
h. Al-Mu’tasim (833-845 M)
Al-mu’tasim mengklaim dirinya sebagai khalifah ketika al-Makmun sedang dalam
keadaan sakit. Banyak tentara yang tidak sepakat atas tindakannya itu. Untuk
mengamankan rakyat baghdad, al- mu’tasim memindahkan ibukota kerajaan ke
Samarra tahun 836, sekitar 95 km dari arah hulu sungai Tigris. Di kota ini ia
membangun istana kerajaan dan perkampungan untuk 250.000 tentara, dan tidak lama
kemudian samarra menjadi semegah kota Baghdad, kecuali ia tidak mampu
menandingi baghdad sebagi pusat perkembangan intelektual muslim. Al-Mu’tasim
meninggal pada tahun 842 H. Menurut Gibbon, “ pada masa pemerintahan al-
Mu’tasim ini kebesaran Abbasiyah dan bangsa Arab mulai mundur”
2. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan kholifah sebagai kepala negarasangat
terasasekali dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan
negara. Sedang masa Abbasiyah II 847-946 M) kekuasaan kholifah sedikit menurun, sebab
Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan negara. Dan pada masa
Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah menjadi boneka saja, karena
para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang
berkuasa penuh. Dengan demikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.
13
Masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama
Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Namun, pada masa kholifah
Al-Mutawakkil sampai Al-Mu’tashim, Islam mengalami kemunduran dan keruntuhan.
Kehancuran Dinasti Abbasiyah melalui proses panjang yang diawali oleh berbagai
pemberontakan dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan kholifah
Abbasiyah. Selain kelemahan Khalifah, beberapa alasan lainnya.
D. FAKTOR –FAKTOR
2) Kemerosotan Ekonomi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-
marit. Kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti
Abbasiyah. Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
3) Konflik Keagamaan.
Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim
dan Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antaraliran dalam
Islam.
b. Faktor Eksternal
1) Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang dari pasukan Alp
Arselan yanag hanya berkekuatan 15.000 prajurit telah menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang kristen terhadap ummat Islam. Kebencian
14
itu bertabah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan
beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang
ingin berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II
menyerukan kepada ummat kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yang
kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau peride telah
banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan
peperangan antara tahun 1097-1124 M mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa,
Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre. Pengaruh Salib juga terlihat dalam
penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara
Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang
Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-
orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab.
Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki
Yerussalem.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada Dinasti Bani Abbasiyah inilah dimana peradaban islam berada pada masa
keemasannya, dengan lahirnya para ilmuan dan para sarjawan serta budayawan. Dimasa ini
islam lebih maju dan berkembang dari pada masa sebelumnya. Meski pada akhirnya terjadi
keruntuhan dan kemunduran yang diakibatkan dari berbagai faktor internal dan eksternal.
B. SARAN – SARAN
1. Dalam mencari bahan untuk membuat makalah dapat merefrensi buku dan
mencari di internet
2. Pembuatan makalah harus dilakukan dengan teliti dan benar sesuai aturan
pembuatan makalah
16
Kekhalifahan Abbasiyah
الخلفاة العباسية
Empire
← 750–1258 →
17