Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Aktifitas

tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung,

menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau

reaksi organisme terhadap lingkungannya.7

Faktor perilaku merupakan hal yang sangat mempengaruhi status

kesehatan seseorang dan termasuk pilar ilmu kesehatan masyarakat yang

wajib dipahami, dihayati dan diamalkan karena hampir semua penyakit

ditimbulkan oleh perilaku masyarakat yang kurang peduli dan kurang

memperhatikan kesehatannya. 8

Skiner seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses

Stimulus – Organisme – Respon sehingga teori skiner ini disebut teori “S-

O-R”(stimulus,organisme,respons).

Berdasarkan teori “S-O-R” maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

menjadi dua yakni :

8
9

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur

adalah pengetahuan dan sikap.

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersabut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.9

2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Becker (1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang

dibedakan menjadi tiga, yakni.

a) Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan.

b) Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang yang sakit dan terkena masalah kesehatan atau

keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah

kesehatan yang lain.


10

c) Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran

(roles), yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai

orang sakit (obligation). Menurut becker hak dan kewajiban orang

yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran sakit.10

3. Domain Perilaku

Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert),

maupun perilaku terbuka (overt) seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi

pada orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama antar faktor internal dan faktor eksternal

tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan

untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

a) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Sebagaian besar pengetahuan

seseorang diperoleh mulai indra pendengaran (telinga), dan indra

penglihatan (mata). Tanpa pengetahuan seseorang tidak

mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang dihadapi.


11

b) Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik,

tidak baik dan sebagainya). Campbell (1950) mendefiniskan secara

sederhana yakni sikap suatu sidrom atau kumpulan gejala dalam

merespons stimulus atau objek.

c) Praktik atau Tindakan (practice)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan

untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam

tindakan, sebab untuk tewujudnya tindakan perlu faktor lain antara

adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini

dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya. 11

4. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6

macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah

satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci

perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor

penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain :


12

a) Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari

tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2

faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar

perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh faktor :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat-alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

b) Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak

bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan

atau perawatan kesehatannya (behavior itention).

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).


13

3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau

fasilitas kesehatan (accesebility of information).

4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil

tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

c) Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu adalah :

1. Pemahaman (dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek)

2. Orang penting sebagai referensi yaitu individu yang dapat di

jadikan patokan dalam berperilaku. Apabila seseorang itu

penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat

cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya, Sumber-sumber daya (resources),

mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

4. Kebudayaan, Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan

penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan

menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam

waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat

sesuai dengan peradapan umat manusia.12


14

B. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah

dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan

masa yang penuh kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi

keluarga dan lingkungan sosial. 13

Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja

(adolescene) adalah masa perkembangan transisi antara masa

kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,

kognitif, dan sosial-emosional. Remaja merupakan suatu periode

yang panjang yang semua orang pasti mengalaminya sebagai

proses siklus hidup yang tidak bisa dilewati tanpa dijalani, masa

remaja inilah yang menjadi tolak ukur menuju masa dewasa.14

Dari pengertian tersebut berarti remaja merupakan masa

peralihan dari anak-anak menuju ke usia dewasa, perkembangan

masa remaja itu sendiri berbeda antara laki-laki dan perempuan,

dikarenakan perempuan mengalami perkembangan biologis

(bentuk fisik) dan psikologis (kematangan emosi) cenderung lebih

cepat dari laki-laki.

Pendapat lain dikemukakan oleh WHO (World Health

Organization) seperti dalam uraian Sarwono, bahwa remaja adalah

suatu masa ketika individu berkembang pada pertama kali ia

menjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai


15

kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis

dan pola dentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi

peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif mandiri. WHO (World Health Organization)

menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan usia

remaja15

Dalam uraian Deswita, batasan usia remaja yang umum

digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.

Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu

12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja

pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi

Monks, Knoers, dan Haditono dalam uraian Deswita, membedakan

masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12

tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan

15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.16

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa

anak-anak menuju masa dewasa dengan rentan umur antara 12

sampai 22 tahun yang disertai tingkat kematangan psikologis dan

cara berpikir. Umumnya, remaja dikaitkan dengan mulainya

pubertas, yaitu proses yang mengarah pada kematangan seksual,

atau fertilitas yang merupakan kemampuan untuk reproduksi.


16

Kemudian ditambahkan lagi bahwa remaja dimulai dari usia 12

sampai 21 tahun.

2. Perkembangan Remaja

Perkembangan Remaja sering disebut juga dengan masa

pubertas adapun masa puber adalah suatu tahap dalam

perkembangan saat terjadi kematangan alat-alat seksual dan

tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan

perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada

perspektif psikologis, seperti pertumbuhan dan perkembangan fisik,

emosi, dan psikososial diantaranya adalah :

a. Pertumbuhan Fisik

Pada remaja meliputi perubahan progresif yang bersifat

internal maupun eksternal. Perubahan internal meliputi perubahan

ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya besar dan berat

jantung dan paru-paru, serta bertambah sempurnanya sistem

kelenjar endoktrin atau kelamin dan berbagai jaringan tubuh.

Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi dan

berat badan, bertambahnya proporsi tubuh, bertambahnya ukuran

besarnya organ seks, dan munculnya tanda-tanda kelamin

sekunder.

b. Perkembangan Emosi

Pada perkembangan emosi remaja belum stabil sepenuhnya atau

masih sering berubah-ubah. Kadang-kadang mereka semangat


17

bekerja tetapi tiba-tiba menjadi lesu, kadang-kadang mereka

terlihat sangat gembira tiba-tiba menjadi sedih, kadang-kadang

mereka terlihat sangat percaya diri tiba-tiba menjadi sangat ragu.

Hal ini disebabkan karena mereka memiliki perasaan yang sangat

peka terhadap rangsangan dari luar.

c. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu,

remaja mulai mencari identitas jati dirinya. Remaja mulai

menyadari adanya rasa kesukaan dan ketidak sukaan atas sesuatu,

sudah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai di masa depan,

sudah mempunyai kekuatan dan hasrat untuk mengontrol

kehidupan sendiri. Dalam menjalin hubungan relasi, remaja lebih

banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya daripada

dengan orang tuanya, sehingga lebih terjalin kedekatan secara

pribadi dengan teman sebaya daripada dengan orang tua. Hal itu

membuat mereka lebih suka bercerita masalah-masalah pribadi

seperti masalah pacaran dan pandangan-pandangan tentang

seksualitas kepada teman sebayanya. Sedangakan masalah-masalah

yang mereka ceritakan kepada orang tua hanya seputar masalah

sekolah dan rencana karir.17

3. Permasalahan kesehatan remaja

Permasalahan kesehatan remaja yang menjadi prioritas dapat

dikelompokkan seperti di bawah ini.


18

a. Penyakit menular seksual (PMS)

termasuk HIV/AIDS.

b. Aborsi tidak aman yang diakibatkan sebagian besar dari

kehamilan tidak diinginkan.

c. Kehamilan dan persalinan dini (terjadi pada usia terlalu muda).

d. Kekerasan seksual termasuk pemerkosaan, pelecehan dan

perdagangan perempuan serta penyalahgunaan Nafza 18

Menurut para ahli, salah satunya adalah Kartono seorang

ilmuan sosiologi, mengemukakan pendapatnya bahwa kenakalan

remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile

delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang

disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka

mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.19

C. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR)

1. Pengertian PKPR

PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai upaya untuk

meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada

Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang

ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan

terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam

memenuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan


19

kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat

diakses oleh semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai,

komprehensif, efektif dan efisien. Program ini dalam pelaksanaannya,

diharapkan petugas Puskesmas mempunyai kepedulian yang tinggi,

mau menerima remaja dengan permasalahnnya dan dapat

menciptakan suasana konseling yang menyenangkan tanpa adanya

stigma dan diskriminasi terhadap remaja tersebut. Lokasi pelayanan

PKPR harus mudah dijangkau, nyaman, aman, kerahasiaan remaja

dijaga tanpa ada diskriminasi dan stigma.20

2. Dasar Hukum PKPR

Dasar hukum yang menunjang program PKPR diantaranya

adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang kesehatan yang tercantum dalam beberapa pasal dibawah ini.

1. Pasal 131

Pasal 131 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak

harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang

sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi

dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak

masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai

berusia 19 tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak

sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab

dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah


20

2. Pasal 136

Pasal 136 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus

ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan

produktif baik sosial maupun ekonomi, (2) Upaya pemeliharaan

kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) termasuk

untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai

gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani

kehidupan reproduksi secara sehat, (3) Upaya pemeliharaan kesehatan

remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

3. Pasal 137

Pasal 137 Ayat (1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar

remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai

kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab, (2)

Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar

remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan

peraturan perundang – undangan3

3. Sasaran PKPR

Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai

kelompok remaja, antara lain:


21

a. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah

luar biasa.

b. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang

merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar

mengajar, organisasi remaja, rumah singgah, kelompok keagamaan.

c. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa

mempermasalahkan status pernikahan.

d. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah

terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja

yang menjadi yatim/piatu karena AIDS

e. Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok remaja

sebagai berikut:

1) Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi seksual

2) Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS), anak

jalanan, dan remaja pekerja

3) Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah terpencil21

4. Tujuan PKPR

a. Tujuan Umum

Terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat

pelayanan remaja lainnya, yang mampu menghargai dan memenuhi

hak-hak serta kebutuhan remaja sebagai individu, dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan

yang optimal bagi remaja sesuai dengan potensi yang dimiliki.


22

b. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang

berkualitas.

b) Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam

pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.

d) Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.3

c. Karakteristik PKPR

Karakteristik Puskesmas Mampu Laksana PKPR

a. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang

memerlukan konseling yang kontak dengan petugas.

b. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah dalam

setahun di sekolah umum atau sekolah berbasis agama, dengan

minimal melaksanakan kegiatan KIE dua kali setahun.

c. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal sebanyak

10% dari jumlah murid di sekolah binaan.22

d. Pelayanan Konseling Remaja

1) Konseling

Proses hubungan saling membantu dan bekerjasama antara

konselor dan klien remaja (dalam situasi tatap muka dan

kedudukan yang setara) sebagai upaya menolong klien untuk


23

menyelesaikan masalah tertentu dalam kehidupannya.Konseling

dapat dilakukan secara individual atapun kelompok. Konseling

kelompok melibatkan lebih dari 1 klien (biasanya 6-12 orang) yang

memiliki kesamaan tema, tingkat permasalahan, tujuan dan

usia/kematangan. Konseling kelompok bisa dilakukan dalam

bentuk fokus grup diskusi.

2) Tenaga kesehatan terlatih konseling

Tenaga kesehatan Puskesmas sebagai anggota Tim PKPR

yang sudah mendapatkan pelatihan konseling remaja yang

diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota

termasuk Instansi dan Institusi terkait dan atau orientasi serta

peningkatan wawasan konseling dengan acuan “Pedoman Teknik

Konseling Remaja Bagi Tenaga Kesehatan” yang dilaksanakan

secara internal oleh puskesmas.

3) Pedoman Pelayanan Konseling

Dokumen atau buku-buku yang menjadi dasar (pegangan,

petunjuk) bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan proses

konseling, yaitu “Pedoman Teknik Konseling kesehatan Remaja

bagi Tenaga Kesehatan”, dan pedoman konseling lainnya yang

dikeluarkan oleh lintas program.

e. Pelayanan KIE

Pemberian informasi dan edukasi oleh tenaga kesehatan

Puskesmas kepada kelompok-kelompok remaja dan dilaksanakan


24

di luar gedung (sekolah, pesantren, rumah singgah, dan

sebagainya).Paket pelayanan KIE terdiri dari:

1) Persyaratan Petugas dalam Menyelenggarakan Pelayanan KIE

bagi Remaja

Hal-hal terkait kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan

sikap) yang harus dimiliki oleh petugas Puskesmas dalam

memberikan pelayanan KIE. Pengetahuan: petugas memiliki

pengetahuan terkait kesehatan remaja dan

permasalahannya.Keterampilan: petugas memiliki keterampilan

dalam menggunakan berbagai metode KIE (ceramah Tanya jawab,

Focus Group Discussion, diskusi interaktif, role play, dan

sebagainya) dan alat bantu (slide, video, lembar balik, dan

sebagainya). Sikap: petugas memilki sikap yang ramah remaja,

menyenangkan, tidak menggurui, menggunakan bahasa yang sesuai

dengan bahasa remaja

2) Media KIE/Konseling yang Memadai/Cukup

Memadai/cukup disini tidak dilihat dari kuantitas tetapi

dalam arti media yang digunakan petugas dalam memberikan

informasi kesehatan remaja sesuai dengan kebutuhan dan selera

sasaran remaja dan permasalahannya.


25

f. Program Paket Pelayanan Remaja

Meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang harus diberikan secara komprehensif di semua

tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan pendekatan

PKPR. Programnya meliputi:

a. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi menular

seksual /IMS, HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan pubertas

b. Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja

c. Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi) termasuk

konseling edukasi

d. Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi: masalah psikososial,

gangguan jiwa, dan kualitas hidup

e. Pencegahan dan penanggulangan NAPZA

f. Deteksi dan penanganan kekerasan terhadap remaja

g. Deteksi dan penanganan tuberculosis

h. Deteksi dan penanganan kecacingan

D. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau

wilayah kerja.
26

Puskesmas meliputi suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi

sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta

masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,

terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat

tinggal dalarn suatu wilayah tertentu.

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul

oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan

yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka

peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistim

pelayanan kcsehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan

terdepan di Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab dalam

menyelenggarakan pelayartan kesehatan masyarakat, juga bertanggung

jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju

Indonesia sehat. Indikator utama yakni:


27

1. Lingkungan sehat.

2. Perilaku sehat.

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi puskesmas, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan

masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga

dan masyarakat berserta lingkungannya.

3. Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang

berbeda-beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan

oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian

kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah

sebagai berikut : KIA, Keluarga Berencana, Usaha

Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular, Pengobatan termasuk

pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan Kesehatan

Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga,


28

Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan keselamatan

Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan

Mata, Laboratorium Sederhana, Pencatatan Laporan dalam rangka

Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia Lanjut dan

Pembinaan Pengohatan Tradisional.

4. Fungsi puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator,

fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses

pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan

dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya

pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya

lingkungan dan perilaku sehat. Fungsi dari Puskesmas adalah:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di

wilayah kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya

dalam rangka kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

masyarakat di wilayah kerjanya.

5. Jangkauan Pelayanan Puskesmas

Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah, sarana

perhubungan, dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja


29

Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan

meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas pembantu,

penempatan bidan di desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang

ada, dan Puskesmas keliling. Disamping itu pergerakkan peran serta

masyarakat untuk mengelola posyandu.23

E. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Sebagaian besar pengetahuan

seseorang diperoleh mulai indra pendengaran (telinga), dan indra

penglihatan (mata). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai

dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap

masalah yang dihadapi. Secara garis besar ada enam tingkatan domain

pengetahuan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehesion)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat mengintepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.
30

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam satu objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkataitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertuntu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.10

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang

diketahui remaja mengenai program pelayanan kesehatan peduli

remaja yang meliputi pengetahuan mengenai program PKPR serta

bentuk kegiatan yang berupa konseling, KIE serta pengetahuan

tentang HIV/AIDS, infeksi melular seksual (IMS), narkotik dan zat

adiktif (NAPZA), anemia dan lain sebagainya.


31

F. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak

baik dan sebagainya). Campbell mendefiniskan secara sederhana

yakni sikap suatu sidrom atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek. Menurut Allport sikap terdiri dari tiga komponen

pokok, yakni :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga

mempunyai tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti


32

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.11

G. Tinjauan Umum Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peraturan Presiden RI No. 12 tahun 2013 tentang jaminan

Kesehatan, pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 No. 14, disebutkan

bahwa pengertian dari fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau

masyarakat. Fasilitas kesehatan tersebut haruslah menjamin kesehatan

dari pesertanya. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja terdiri dari :

a. Lingkungan yang aman

Lingkungan aman disini berarti bebas dari ancaman dan

tekanan dari orang lain terhadap kunjungannya sehingga

menimbulkan rasa tenang dan membuat remaja tidak segan

berkunjung kembali.

b. Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai

Lokasi ruang konseling tersendiri, mudah dicapai tanpa

perlu melalui ruang tunggu umum atau ruang-ruang lain sehingga


33

menghilangkan kekhawatiran akan bertemu seseorang yang

mungkin beranggapan buruk tentang kunjungannya (stigma).

c. Fasilitas yang baik

Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.

Suasana semarak berselera muda dan bukan muram, dari depan

gedung sampai ke lingkungan ruang pelayanan, merupakan daya

tarik tersendiri bagi remaja agar berkunjung. Hal lain adalah

adanya kebebasan pribadi (privasi) di ruang pemeriksaan, ruang

konsultasi dan ruang tunggu, di pintu masuk dan keluar, serta

jaminan kerahasiaan. Pintu dalam keadaan tertutup pada waktu

pelayanan dan tidak ada orang lain bebas keluar masuk ruangan.

Kerahasiaan dijamin pula melalui penyimpanan kartu status dan

catatan konseling di lemari yang terkunci, ruangan yang kedap

suara, pintu masuk keluar tersendiri, ruang tunggu tersendiri,

petugas tidak berteriak memanggil namanya atau menanyakan

identitas dengan suara keras.

d. Jam kerja yang nyaman.

Umumnya waktu pelayanan yang sama dengan jam sekolah

menjadi salah satu faktor penghambat terhadap akses pelayanan.

Jam pelayanan yang menyesuaikan waktu luang remaja menjadikan

konseling dapat dilaksanakan dengan santai, tidak terburu-buru,

dan konsentrasi terhadap pemecahan masalah dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya.
34

e. Tidak adanya stigma.

Pemberian informasi kepada semua pihak akan meniadakan

stigma misalnya tentang kedatangan remaja ke puskesmas yang

semula dianggap pasti mempunyai masalah seksual atau

penyalahgunaan NAPZA.

f. Tersedia materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

Materi KIE perlu disediakan baik di ruang tunggu maupun

di ruang konseling. Perlu disediakan leaflet yang boleh dibawa

pulang tentang berbagai tips atau informasi kesehatan remaja. Hal

ini selain berguna untuk memberikan pengetahuan melalui bahan

bacaan juga merupakan promosi tentang adanya PKPR kepada

sebayanya yang ikut membaca brosur tersebut.6

H. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Petugas

Dukungan Petugas Kesehatan merupakan keputusan suatu

organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan

tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu,

misalnya ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman

perilaku dalam 1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus

dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi

pelaksana kebijakan; 2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu

kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan

(unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran

yang dimaksud.
35

1) Kebijakan yang peduli remaja

Kebijakan peduli remaja ini bertujuan untuk:

a) Memenuhi hak remaja sesuai kesepakatan internasional.

b) Mengakomodasi segmen populasi remaja yang beragam,

termasuk kelompok yang rapuh dan rawan.

c) Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, rentang usia

dan status.

d) Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender

dalam menyediakan pelayanan.

e) Menjamin privasi dan kerahasiaan.

f) Mempromosikan kemandirian remaja, tidak mensyaratkan

persetujuan orang tua, dan memberikan kebebasan berkunjung.

g) Menjamin biaya yang terjangkau/gratis. Perlu kebijakan

pemerintah daerah misalnya pembebasan biaya untuk kunjungan

remaja.

2) Prosedur pelayanan yang peduli remaja.

a) Pendaftaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin

kerahasiaannya.

b) Waktu tunggu yang pendek.

c) Dapat berkunjung sewaktu-waktu dengan atau tanpa perjanjian

terlebih dahulu. Bila petugas PKPR masih merangkap tugas

lain, berkunjung dengan perjanjian akan lebih baik, mencegah


36

kekecewaan remaja yang datang tanpa bisa bertemu dengan

petugas yang dikehendaki.

3) Petugas khusus yang peduli remaja.

a. Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh

pengertian, bersahabat, memiliki kompetensi teknis dalam

memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai

keterampilan komunikasai interpersonal dan konseling.

b. Termotivasi bekerja-sama dengan remaja.

c. Tidak menghakimi, merendahkan, tidak bersikap dan

berkomentar tidak menyenangkan.

d. Dapat dipercaya, dapat menjaga kerahasiaan.

e. Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.

f. Dapat ditemui pada kunjungan ulang.

g. Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak

membedakannya.

h. Memberikan informasi dan dukungan cukup hingga remaja

dapat memutuskan pilihan tepat untuk mengatasi masalahnya

atau memenuhi kebutuhannya.24


37

B. Tinjauan Hasil Penelitian Berdasarkan Penelitian Sebelumnya

Penelitian/ Masalah Subjek Instrumen Metode Temuan


Tahun Utama
Rini Persepsi 27 informan Pedoman Penelitian - Penelitian ini
Winangsih/ Remaja FGD dan 4 wawancara, Rancanga menunjukkan
2015 Terhadap informan pedoman n bahwa persepsi
Pelayanan wawancara FGD, dan kualitatif remaja terhadap
Kesehatan mendalam. pedoman dengan program PKPR
Peduli observasi pendekata ini positif, akan
Remaja Di terbuka n tetapi ada
Wilayah Fenomeno beberapa faktor
Puskesma logi pendukung
s Kuta diantaranya
Selatan dukungan
sekolah, materi
dan
penyampaian
dalam
penyuluhan
serta peran
konselor
sebaya.
- Untuk faktor
penghambatnya
yaitu tidak
adanya ruang
konseling,
minimnya
pengetahuan,
dan sosialisasi
tentang PKPR,
Kurang
lengkapnya
sarana dan
prasarana,Mini
mnya tenaga
kesehatan,
Kurangnya dana
serta sikap
petugas yang
kurang ramah.
38

Mutmainnah Analisis Subjek wawancara Penelitian Penelitian ini


2013 Stakehold penelitian mendalam ini bertujuan untuk
er Remaja adalah dan FGD merupaka menganalisis
Terhadap antara n stakeholder
Implement stakeholder peneliti dan penelitian remaja dalam
asi remaja yang stakeholder deskriptif implementasi
Program terdiri dari terkait. dengan program PKPR,
PKPR Di remaja mengguna ditinjau dari
Kota sekolah, kan persepsi tingkat
Semarang remaja metode pengaruh
komunitas, kualitatif, (power), sikap
remaja (attitude) dan
masjid dan keterlibatan
remaja (interest)
jalanan. kaitannya
Total subjek dengan langkah
penelitian strategis PKPR.
adalah 12 Hasil
responden. penelitian
menunjukkan
bahwa
stakeholder
remaja masih
dikategorikan
sebagai
‘pemerhati’,
berarti
remaja masih
belum merasa
mempunyai
pengaruh dan
keterlibatannya
pasif dalam
pelaksanaan
langkah
strategis PKPR.
Dengan demikian,
perlu adanya
keterlibatan
remaja dalam
implementasi
program PKPR
mulai dari
perencanaan
hingga evaluasi
39

C. Kerangka Teori

Lawrence Green melakukan analisis perilaku manusia terkait

kesehatan. Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor

diantaranya seperti dibawah ini :

1. Faktor predesposisi (predisposing faktor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai sosial

budaya, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors), berkaitan dengan keadaan

fisik, seperti sarana dan prasarana, fasilitas puskesmas dan lain

sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing faktor), yaitu berhubungan dengan

kebijakan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berhubungan

dengan kesehatan masyarakat10

Anda mungkin juga menyukai