Anda di halaman 1dari 12

STUDI MIKROTREMOR PADA MIKROZONASI KAMPUS PINANG MASAK

MAGISTER TELANAI PURA, DAN FAKULTAS KEDOKTERAN BULURAN


JAMBI, PROVINSI JAMBI
(MIKROTREMOR)
RATNA FITRI (F1D317006)
Program studi Teknik Geofisik Jurusan Teknik Kebumian Fakultas Sains dan Teknologi Umiversitas
Jambi
Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian Km. 15, Mendalo Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi 36361
Email : ratnafitri53@gmail.com
ABSTRAK
Pada Pratikum yang telah dilaksanakan mengenai mikrotremor pada mikrozonasi
untuk kerentanan tanah dan Kerentanan bangunan merupakan salah satu yang harus dicapai
dalam dunia pembangunan. Mikrotremor merupakan vibrasi lemah di permukaan bumi yang
berlangsung terus menerus akibat adanya sumber getar seperti aktivitas manusia, industri
dan lalulintas. Sumber-sumber lain yang bersifat alami seperti interaksi angin-bangunan,
arus laut, dan gelombang laut periode panjang juga merupakan sumber mikrotremor. Tujuan
dari analisis data mikrotremor adalah untuk mengetahui karaktristik dinamis lapisan tanah
permukaan, seperti frekuensi resonansi (fo) dan faktor amplifikasi (A). Data mikrotremor
dianalisis menggunakan Metoda Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) atau Metoda
Nakamura. Untuk mengolah data mikrotremor dapat digunakan perangkat lunak GEOPSY.
Data mikrotremor sangat bermanfaat untuk:) menprediksi ketebalan lapisan sedimen secara
kualitatif, menyusun peta periode dominan, menyusun peta faktor amplifikasi, dan menyusun
peta indeks kerentanan seismik. Indeks kerentanan seismik merupakan parameter penting
untuk mengestimasi kawasan yang berpotensi terjadi kerusakan saat terjadi gempabumi.
Pemetaan indeks kerentanan seismik menggunakan survey mikrotremor sangat ekonomis
namun sangat efektif untuk mitigasi bencana gempabumi. Hal ini dikarenakan pada daerah
dijambi tersebut terletak pada kondisi geologi yang tersusun dari tuff dan pasiran yang
mempunyai potensi bahaya yang lebih besar terhadap efek intensitas gerakan tanah. Untuk
mengetahui karakteristik lapisan tanah yang rentan terhadap bahaya gerakan tanah
dilakukan pengukuran mikrotremor dengan metode HVSR. Kemudian data mikrotremor
dianalisis untuk mendapatkan kurva HVSR yang akan digunakan untuk mengetahui
penyebaran kecepatan gelombang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai frekuensi
natural 1.7-3.7 Hz, Puncak HVSR 2-9 dan Indeks Kerentanan 1.5-44.7. Daerah yang diduga
sebagai bidang gelincir memiliki nilai kecepatan geser 200-300 m/s yang di klasifikasikan
sebagai tanah tipe D berdasarkan SNI 1726-2012 dan tipe C menurut Eurocode 8. Sedangkan
bedrock pada penelitian ini memiliki nilai kecepatan geser 750- 1200 m/s yang tersebar pada
kedalaman 50-60 meter.

Kata kunci: Mikrotremor, mikrozonasii,HVSR, frekuensi resonansi, faktor amplifikasi, indeks


kerentanan seismik

ABSTRACT
In the practice that has been carried out regarding microtremor in microzonation for
soil vulnerability and vulnerability of buildings is one that must be achieved in the world of
development. Microtremor is a weak vibration on the surface of the earth that continues due
to vibrational sources such as human activity, industry and traffic. Other natural sources such
as wind-building interactions, ocean currents, and long period ocean waves are also sources
of microtremor. The purpose of microtremor data analysis is to know the dynamic
characteristics of surface soil layers, such as resonance frequency (fo) and amplification factor
(A). Microtremor data were analyzed using the Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR)
Method or the Nakamura Method. To process microtremor data can be used GEOPSY software.
Microtremor data is very useful for predicting the thickness of the sediment layer qualitatively,
compiling a map of the dominant period, compiling an amplification factor map, and compiling
a seismic vulnerability index map. The seismic vulnerability index is an important parameter
for estimating the area that has the potential to occur when an earthquake occurs. Seismic
vulnerability index mapping using microtremor survey is very economical but very effective for
earthquake disaster mitigation. This is because the area in the foyer lies in the geological
condition This is because the area in the foyer lies in a geological condition composed of tuff
and sand that has a greater potential danger to the effect of the intensity of ground motion. To
determine the characteristics of soil layers that are susceptible to the danger of soil movement
microtremor measurements were carried out using the HVSR method. Then the microtremor
data was analyzed to obtain the HVSR curve that will be used to determine the spread of wave
velocity. Based on the results of the study it was found that natural frequency values were 1.7-
3.7 Hz, 2-9 HVSR peaks and Vulnerability Index 1.5-44.7. The area suspected of being a slip
plane has a sliding speed value of 200-300 m / s which is classified as type D land based on
SNI 1726-2012 and type C according to Eurocode 8. Whereas bedrock in this study has a
sliding velocity of 750- 1200 m / s spread at a depth of 50-60 meters.

Keywords: Microtremor, mikrozonasi, HVSR, resonance frequency, amplification factor, seismic


vulnerability index

PENDAHULUAN
Mikrotremor adalah vibrasi tanah yang disebabkan oleh aktivitas lalulintas, industri,
dan aktivitas manusia lain di permukaan Bumi. Sumber-sumber vibrasi tanah yang
disebabkan oleh faktor alam dapat berupa interaksi angin dan struktur bangunan, arus dan
gelombang laut periode panjang juga mempengaruhi vibrasi mikrotremor (Motamed et al.,
2007; Petermans et al., 2006).

Gambar 2. Tampilan mikrotremor pada perangkat lunak (Mirzaoglu & Dykmen, 2003).
Metode analisis HVSR yang dikembangkan oleh Nakamura menghitung rasio spektrum
fourier dari sinyal mikrotremor komponen horizontal terhadap komponen vertikalnya. Hasil
analisis HVSR akan menunjukkan suatu puncak spektrum pada frekuensi predominan.
Frekuensi resonansi (fo) dan faktor amplifikasi (A) yang menggambarkan karakteristik dinamis
tanah dihasilkan dari analisis HVSR (Nakamura et al., 2000).
Metode analisis HVSR diakui secara luas sangat handal dalam mengestimasi frekuensi
resonansi lapisan tanah permukaan local mengkaji hubungan antara spektrum HVSR dengan
data kerusakan gempabumi, hasilnya menunjukkan adanya korelasi antara data kerusakan
dengan pola spektrum HVSR tertentu. Nilai intensitas kerusakan yang tinggi terjadi pada zona
frekuensi resonansi rendah dengan faktor amplifikasi yang tinggi, sebaliknya tingkat
kerusakan rendah terjadi pada zona frekuensi resonansi yang tinggi dengan faktor amplifikasi
rendah. Metode HVSR mampu memprediksi persebaran kerusakan gempabumi masa lampau
dan masa yang akan datang.

HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio)


HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) merupakan salah satu cara paling mudah
dan paling murah untuk memahami sifat struktur lapisan bawah permukaan tanpa
menyebabkan gangguan pada struktur permukaan tersebut. Metode HVSR dikemukakan
pertama kali oleh Nogoshi dan Igarashi pada tahun 1971, dan secara meluas diperkenalkan
oleh Nakamura (1989).
Metode ini dikenal juga dengan teknik Nakamura. HVSR adalah metode yang
didasarkan pada asumsi bahwa rasio spektrum horizontal dan vertikal dari getaran
permukaan merupakan fungsi perpindahan. Hal itu juga menunjukkan bahwa karakteristik
dinamis lapisan permukaan secara kasar bisa dipahami pada titik yang diobservasi, jika
pengamatan bentuk gelombang seismic tremor dilakukan pada tiga komponen, yaitu dua
komponen horizontal dan satu komponen vertikal (Nakamura, 1989).
Faktor amplifikasi gerakan horizontal dan vertikal pada permukaan tanah sedimen
didasarkan pada gerakan seismik di permukaan tanah yang bersentuhan langsung dengan
batuan dasar di area cekungan yang dilambangkan dengan 𝑇𝐻 dan
𝑇𝑉 (Nakamura, 2000). Besarnya faktor amplifikasi horizontal 𝑇𝐻 adalah :

dengan 𝑆𝐻𝑆 adalah spektrum dari komponen gerak horizontal di permukaan tanah dan 𝑆𝐻𝐵
adalah spektrum dari komponen gerak horizontal pada dasar lapisan tanah. Besarnya faktor
amplifikasi vertikal 𝑇𝑉 adalah:

dengan 𝑆𝑉𝑆 adalah spektrum dari komponen gerak vertikal di permukaan tanah dan 𝑆𝑉𝐵
adalah spektrum dari komponen gerak vertikal pada dasar lapisan tanah. Data mikrotremor
tersusun atas beberapa jenis gelombang, tetapi yang utama adalah gelombang Rayleigh yang
merambat pada lapisan sedimen di atas batuan dasar. Pengaruh dari gelombang Rayleigh pada
rekaman mikrotremor besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal saat rentang
frekuensi 0,2 Hz - 20,0 Hz, sehingga rasio spektrum antara komponen horizontal dan vertikal
di batuan dasar mendekati:

Karena rasio spektrum antara komponen horizontal dan vertikal di batuan dasar
mendekati nilai satu, maka gangguan yang terekam pada permukaan lapisan tanah akibat
efek dari gelombang Rayleigh dapat dihilangkan, sehingga hanya ada pengaruh yang
disebabkan oleh struktur geologi lokal atau site effect (𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸). 𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸 menunjukkan puncak
amplifikasi pada frekuensi dasar dari suatu lokasi (Slob, 2007). Berdasarkan persamaan
didapatkan besarnya 𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸 sebagai :

Sehingga:
Gambar : kotak merah menunjukkan gelombang stasioner

Terlihat adanya tremor dan transient. Transient ini umumnya disebabkan oleh
adanya kendaraan yang lewat di dekat sensor. Transient ini di hilangkan dengan algortitma
anti-trigger seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Data mentah tersebut kemudian
diolah dengan metode HVSR untuk mendapatkan nilai frekuensi resonansi dan nilai
amplifikasi untuk masing-masing titik. Hasil pengolahan HVSR seperti ditunjukkan. Hasil
pengolahan HVSR umumnya akan memunculkan suatu puncak spectrum yang
menunjukkan frekuensi resonansinya serta amplifikasinya.
Metode HVSR biasanya digunakan pada seismik pasif tiga komponen. Terdapat dua
parameter penting yang didapatkan dari hasil pengolahan metode ini antara lain frekuensi
natural (f0) dan amplifikasi (A). Kedua parameter ini pada dasarnya merupakan implementasi
dari karakterisasi geologi setempat, bahwa nilai frekuensi natural dan amplifikasi pada
permukaan suatu daerah berkaitan dengan parameter fisik bawah permukaannya, Herak
(2008).

Amplifikasi (A0)
Amplifikasi merupakan perbesaran gelombang seismik yang terjadi akibat adanya
perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain gelombang seismik akan
mengalami perbesaran, jika merambat pada suatu medium kemedium lain yang lebih
lunak dibandingkan dengan medium awal yang dilaluinya. Semakin besar perbedaan
itu, maka perbesaran yang dialami gelombang tersebut akan semakin besar. Nilai
faktor penguatan (amplifikasi) tanah berkaitan dengan perbandingan kontras impedansi
lapisan permukaan dengan lapisan di bawahnya. Bila perbandingan kontras impedansi
kedua lapisan tersebut tinggi maka nilai faktor penguatan juga tinggi, begitu pula
sebaliknya (Nakamura, 2000).
Amplifikasi berbanding lurus dengan nilai perbandingan spektral horizontal dan
vertikalnya. H/V Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan telah mengalami deformasi
(pelapukan, pelipatan atau pesesaran) yang mengubah sifat fisik batuan. Pada batuan yang
sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi sesuaidengan tingkat deformasi dan pelapukan
pada tubuh batuan tersebut.
Nilai Frekuensi Alami (F0)
Nilai frekuensi dominan merupakan parameter yang sangat berguna dalam
perencanaan dan pembangunan bangunan yang rentang terhadap gangguan vibrasi seperti
gempa bumi, angin, kendaraan ataupun aktifitas manusia. Nilai frekuensi dominan (f0) yang
dimiliki struktur bangunan tidak boleh memiliki kesamaan dengan nilai frekuensi dominan
(f0) yang dimiliki oleh gangguan vibrasi yang salah satunya aktifitas manusia karena akan
mengalami resonansi jika f0 dari kendaraan menyamai f0 bangunan. Frekuensi dominan
adalah nilai frekuensi yang kerap muncul sehingga diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan
batuan di wilayah tersebut sehingga nilai frekuensi dapat menunjukkan jenis dan
karakterisktik batuan tertentu Nilai frekuensi dominan berkaitan dengan kedalaman bidang
pantul bagi gelombang di bawah permukaan, dimana bidang pantul tersebut merupakan batas
antara sedimen lepas dengan batuan keras, sehingga semakin kecil frekuensi yang terbentuk
pemantulan gelombang tersebut menunjukkan bahwa semakin tebal sedimennya atau
semakin dalam bidang pantul gelombang tersebut. Amplitudo gelombang mikrotremor
berubah terhadap waktu sesuai dengan tingkat intensitas sumber di permukaan, tetapi
frekuensi/periode gelombang relatif tetap (Kanai, 1983., Nakamura 1989).
Batasan pengamatan frekuensi untuk mikrotremor secara umum antara 0.5-20 Hz
dan untuk mikrotremor frekuensi kecil bisa mencapai 0.2 Hz. Nilai frekuensi natural suatu
daerah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan lapuk dan kecepatan rata-rata bawah
permukaan. Menurut Mucciarelli et al, 2008:

Nilai Kerentanan (Kg)

Pengukuran dalam Metode Mikroseismik dilakukan untuk berbagai tujuan. Salah


satunya yaitu untuk mikrozonasi. Pada pengukuran Mikroseismik untuk Mikrozonasi,
parameter yang dilihat diantaranya adalah amplifikasi dan indeks Kg. Amplifikasi tanah atau
site amplification adalah respon lapisan batuan, dalam hal ini adalah lapisan permukaan
terhadap gelombang gempabumi. Amplifikasi menggambarkan besarnya penguatan
gelombang pada saat melalui medium tertentu. Penguatan gelombang pada saat melalui suatu
medium berbanding lurus dengan perbandingan antara spektral horisontal terhadap spektral
vertikal.
Sedangkan Indeks Kerentanan Seismik (Kg) menurut Nakamura (1998) dan Huang dan
Tseng (2002) bahwa Indeks Kerentanan Tanah (Kg) mengindentifikasikan tingkat kerentanan
suatu lapisan tanah yang mengalami deformasi akibat gempa bumi dengan persamaan sebagai
berikut:

Dengan Am dan f adalah amplitude (factor amplifikasi) dan frekuensi HVSR. Nilai Kg yang
tinggi umumnya ditemukan pada tanah dengan litologi batuan sedimen yang lunak. Nilai yang
tinggi ini menggambarkan bahwa daerah tersebut rentan terhadap gempa dan jika terjadi
gempa dapat mengalami goncangan yang kuat. Sebaliknya, nilai Kg yang kecil umumnya
ditemukan pada tanah dengan litologi batuan penyusun yang kokoh sehingga saat terjadi
gempa tidak mengalami banyak goncangan.

METODOLOGI PENELITIAN
Mulai

Dilakukan
pengolahan
lapangan

Pencatatan
noise Pengukuran
Mikrotremor

Penyimpanan
data

Analisis data
Pengolahan A0,FO,KG
data
menggunakan
geopsy
Pembuatan
Analisis Peta
di Surfer

Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini, dilakukan pengolahan data tugas akhir mengenai Analisis
data langkah pemilahan data dalam pengolahan HVSR menggunakan program GEOPSY
diantaranya adalah auto. Maksud dari pengolahan manual disini adalah pemilahan data yang
hendak diolah dilakukan secara auto adalah pemilahan data dilakukan oleh komputer dengan
memasukkan ketentuan-ketentuan atau parameter-parameter.
Prosedur awal yang harus dilakukan untuk mengolah data mikrozonasi dengan Software
Geopsy adalah melakukan import data. sebelum melakukan input data pada Software Geopsy,
data yang akan diinput berupa data berformat (.CDM) sehingga perlu dilakukan pembuatan
header untuk mempermudah import ke geopsy, header yang dibuat seperti pada (Gambar 11).
Setelah itu bisa dilakukan import data dengan cara yaitu Pilih Menu File - Import Signals –
File, lalu pilih file yang akan di-import. Data hasil pengukuran mikrotremor diimport kedalam
Geopsy, lalu akan muncul tiga komponen dari gelombang, yaitu Vertical, North dan East dalam
bentuk grafik gelombang. Dan akan muncul pula tabel keterangan tentang profil dari ketiga
komponen gelombang yang akan diproses tersebut, seperti waktu pengambilan data, awal
perekaman, akhir perekaman dan sebagainya. Hasil import data dapat dilihat pada gambar
gambar: import data

Gambar 11. Header Data Mikrozonasi


Gambar 12. Tabel dan Grafik Hasil Import Data

a. Pengolahan Data dengan H/V


Tahap ini adalah tahap inti pada pengolahan data mikrotremor dengan menggunakan
Metode HVSR. Pada tahap ini akan dilakukan olah data dengan H/V Tools yang tersedia di
Geopsy yaitu tahap windowing (Gambar 13), dengan menggunakan window length 5-15 s,
pada saat windowing dianjurkan menggunakan anti-trigering on raw signal, dalam pemilihan
window sesuai dengan kesepakatan SESAME, bahwa setiap pengukuran yang dilakukan
selama 3-5 menit, jumlah window minimal 10. Kemudian klik start dan akan muncul kurva
H/V

31
Gambar 13. Kotak Dialog H/V Tools

32
Gambar 14. Grafik Tiga Komponen Hasil H/V Tools

Kemudian pada bagian Time –Raw Signal dapat diatur nilai STA, LTA, Min. STA/LTA dan Max.
STA/LTA. Nilai pada keempat komponen tersebut harus diisi dengan ketentuan dan
rekomendasi yang telah ada. Pada bagian Processing dapat dipilih jenis smoothing pada grafik.
Yang umum digunakan yaitu metode smoothing oleh Konno & Ohmachi. Saat kita
menggunakan Konno & Ohmachi untuk proses smoothing grafik hasil H/V, harus diperhatikan
bahwa jika nilai Smoothing Constant semakin kecil maka smoothing yang dilakukan akan
semakin halus, sedangkan jika nilai Smoothing Constant semakin tinggi maka smoothing yang
dilakukan akan semakin kasar. Pada bagian Output dapat dipilih Frequency Sampling yang
ingin digunakan untuk menampilkan grafik HVSR. Setelah itu, pilih Start, maka muncul grafik
sebagai berikut:
Gambar 15. Grafik hasil pengolahan H/V

33
b. Melakukan Pengolahan Data dengan M. Excel
Dari grafik hasil olahan H/V maka akan diperoleh nilai frekuensi dominan. Nilai frekuensi
yang didapat lalu diproses dengan Microsoft Excel untuk periode dominan. Setelah itu
mendownload data Vs30 di USGS dan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai amplifikasi
dengan persamaan berikut:
log (ampv) = 2,367 – 0,852・log (Vs30) (6)
Dimana: Vs30 = Kecepatan gelombang sekunder pada 30m (m/s)
Ampv = Faktor Amplifikasi

c. Pembuatan Peta Menggunakan Surfer 12


Tahap ini adalah membuat peta kontur frekuensi dominan, amplifikasi, , periode dominan
dan Vs30 dengan Software Surfer. Langkah pertama yaitu melakukan gridding terhadap data
Microsoft Excel yang telah berisi komponen-komponen utama seperti frekuensi dominan,
amplifikasi, periode dominan, A0, dan F0 dan Vs30. Selanjutnya dilakukan input kontur
dengan menggunakan file hasil gridding diatas. Maka akan muncul kontur dari tiap-tiap
komponen. Setelah itu, memasukan basemap berupa peta dasar administrasi daerah
penelitian dengan format Shapefile (*.shp). Setelah itu, peta persebaran tiap komponen
dioverlay dengan peta shapefile tersebut. Maka akan didapatkan peta persebaran frekuensi
dominan, periode dominan, Vs30 dan Amplifikasi di daerah penelitian lengkap dengan
administrasi daerah penelitian.

KESIMPULAN

Kesimpulan digital dan seismograph sebagai alat perekam sinyal seismik dalam kecepatan 3
komponen aplikasi peralatan ini untuk merekam data pengukuran mikrotremor dalam
mendukung penelitian di bidang mitigasi gempabumi
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. Dkk. 2009. Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta
2006 dari Hasil Survei GPS. Jurnal Geologi Indonesia. p.275-284

Aki, Keiiti. 1965. Maximum likelihood estimate of b in the formula logN= a-bM
and its confidence limits. Earthquake Research Institute.

Daryono, dan Bambang. 2009. Data Mikrotremor dan Pemanfataannya untuk


Pengkajian Bahaya Gempabumi. Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.

Daryono, dkk. 2009. Efek Tapak Lokal di Graben Bantul berdasarkan Pengukuran
Mikrotremor. Yogyakarta: International Conference Earth Science and
Technology.
Daryono. 2010. Aktivitas Gempa Tektonik di Yogyakarta Menjelang Erupsi Merapi
2010. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Elnashai A, and Luigi, D. Fundamentals of Earthquake Enggineering. Hongkong:


Willey.

ESDM. 2016. Gempabumi Yogyakarta. Diakses dari


http://geomagz.geologi.esdm.go.id/10-tahun-gempa-yogyakarta/
pada tanggal 26 Mei 2016

Fathonah, Ira Maya. 2014. Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis
Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Haifani, Muktaf Ahmad. 2008. Manajemen Resiko Bencana Gempa Bumi. Seminar
Nasional SDM Teknologi Nuklir

Ibrahim, Gunawan, dan Subardjo. 2005. Pengetahuan Seismologi. Jakarta:


Badan Meteorologi dan Geofisika.
Irham, M., Dkk. 2010. Pemetaan Sesar Opak dengan Metode Gravity (Studi
Kasus Daerah Parangtritis dan Sekitarnya). Semarang: Prosiding
Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng dan DIY.

Irjan, dan Bukhori. 2011. Pemetaan Wilayah Rawan Bencana Berdasarkan


Data ikroseismik menggunakan TDS. Malang: Jurusan Fisika UIN
Maulana Malik Ibrahim.

Kanai, K. 1983. Seismology in Engineering. Tokyo University: Japan.

Kayal, J. R. 2008. Microearthquake seismology and seismotectonics of south asia.


New York: Springer.

Kumar, Praveen, and Foufoula, Efi. 1994. Wavelet in Geophysics. San Diego:
Academic Press.

Kusky, Timothy. 2008. Earthquakes: Plate Tectonics and Earthquake Hazards.


New York: Infobase Publishing.

Marsyelina, Merizka. 2014. Karakteristik Mikrotremor dan Analisis


Seismisitas pada Jalur Sesar Opak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Mirzaoglu, Mete. and Dýkmen, Ünal. 2003. Application of microtremors to


seismic microzoning procedure. Balkan: Jornal of the Balkan
Geophysical, Vol. 6, No. 3,p. 143 – 156

Motamed, et.al.. 2007. Seismic Microzonation and Damage Assesment of Bam


City. Southern Iran: Journal of Earthquake Engineering.

Nakamura, Y. 1989. A Method for Dynamic Characteristics Estimation of


Subsurface using Microtremor on the Ground Surface. Japan: Quarterly
Report of Railway Technical Research Institute (RTRI), Vol. 30, No.1.

Nakamura, Y. 2000. Real Time Information Systems for Seismic Hazards


Mitigation UrEDAS, HERAS and PIC. Japan: Quarterly Report of RTRI,
Vol. 37, No. 3, 112-127.

Anda mungkin juga menyukai