Anda di halaman 1dari 35

BAB IX

PEMBAHASAN

Pokok Bahasan : AKUNTANSI KLIRING

Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring


untuk memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling
memperhitungkan hutang piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan
masng-masing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat
bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.
Penyelesaian hutang piutang bisa saja dilakukan diluar cara ini, namun dengan kliring
akan dapat dilakukan secara cepat, aman, efektif, dan efisien.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan
oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring
tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh
karena itu kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat atau data keuangan
elektronik antar bank atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya
diselesaikn pada waktu tertentu.
9.1 Sistem Kliring
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:
A. Sistem manual
yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan,
pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara manual
oleh setiap peserta.
B. Sistem semi otomasi
yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan
dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan
pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
C. Sistem otomasi
yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan,
pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi. Yang dimaksud dengan kliring otomasi adalah
terjadinya pertukaran data secara elektronik melalui pemrosesan dengan mesin
dalam bentuk standar yang telah diformat terlebih dahulu. Dipergunakannya
elektronik artinya setiap media yang dapat dibaca dan diproses dengan mesin.
Selain itu, pemrosesan elektronik ini juga melibatkan pengiriman media
penyimpanan data komputer seperti pita rekam, disket atau media lainnya.
Media ini merupakan media utama untuk transaksi kliring dengan otomasi,
dikenal dengan Automated Clearing House (ACH). Dalam pemrosesan data
secara elektronik ini mesin akan membaca Magentic Ink Character Recognition
(MICR) pada setiap lembar cek nasabah. MICR ini yang akan dibaca oleh mesin
dalam transaksikliring otomasi yang akan memberikan informasi tentang : nama
bank, nama cabang, nomor bank yang bersangkutan, dan parity check digit
(untuk tujuan error control). Maksud dari kliring otomasi adalah untuk
mengganti proses dengan kertas yang mahal biayanya dan adanya keterbatasan-
keterbatasan. Dengan demikian, kliring otomasi dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan pengolahan dan komunikasi komputer,
sehingga mengakibatkan mekanisme penyelesaian hutang piutang menjadi lebih
murah. Selain itu juga dapat memberikan manajemen akan informasi yang up to
date dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.Stone menguraikan keuntungan
dari kliring otomasi dengan memperlihatkan beberapa karakteristik berikut ini :

Karakteristik Keuntungan
- Biaya - Rendah, bahkan dapat menjadi sangat
rendah
- Notifikasi - Tidak Ada
- Konfirmasi - Tidak Perlu
- Pelaksanaan - Pemindahan Dana Hari Berikutnya
- Jenis Transaksi - Batch
- Kemampuan - Terbatas, Luas
- Nilai Ekonomis - Biaya tetap tinggi tetapi tidak ada
masalah dengan volume yang tinggi
- Keamanan - Penting
Pemrosesan dengan kliring otomasi akan menyebabkan lebih murahnya biaya
pengolahan per lembar cek dibandingkan dengan proses manual.

1) PEMROSESAN DENGAN KLIRING OTOMASI


Kliring otomasi merupakan pemrosesan transaksi kliring atas seluruh cek
dengan mempergunakan komputer. Cek – cek yang dalam transaksi disortir
dengan komputer dengan image elektronik dan mentransfer catatan dalam
bentuk elektronik. Logik pemrosesan dalam kliring otomasi dimulai oleh bank
penarik atau bank yang menyerahkan warkat kliring untuk memindahkan dana
atau menarik sejumlah uang pada bank tertarik. Transaksi otamasi dipecah
menjadi dua jenis transaksi, transaksi local (intraregional) dan transaksi antar
daerah (interregional).
Gambar berikut menjelaskan kedua jenis kliring tersebut :

Nasabah
Penarik Sort/Merge
Arsip
Processing
Transaksi
Lokal
Bank Penarik

Bank
Tertarik

Nasabah
Tertarik

Dalam transaksi kliring otomasi local, bank penarik mempersiapkan seluruh


warkat untuk dikirim ke bank tertarik. Disini bank penarik akan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kebenaran cek, membedakan apabila transaksi
tersebut berasal dari bank sendiri, kemudahan menyampaikan data tersebut kepada
Lembaga Kliring.
Dalam transaksi kliring otomasi antar daerah, bank penarik menyampaikan
transaksinya kepada pusat pengolahan data di lambaga kliring lokal. Transaksi-
transaksi disortir oleh bank penarik dalam lokasi yang bersangkutan. Volume data
yang besar ini akan digabung menjadi suatu ringkasan arsip untuk setiap lokasi,
kemudian arsip ini dipindahkan ke setiap lokasi lainnya untuk diproses lebih lanjut.
Berikut disajikan diagram kliring otomasi antar daerah

Nasabah Pengolahan Lokal


Penarik Arsip
Sort/Merge
Transaksi
Processing
Lokal
Bank Penarik

Pengolahan Luar Daerah

Sort/Merge Ringkasan arsip


transaksi untuk setiap
Processing bank tertarik

Nasabah Bank
Tertarik Tertarik

2). ORGANISASI PENGOLAHAN DATA


Setiap daerah atau lokal memiliki satu pusat pengolahan data yang melayani
bank-bank yang berada pada lokasi tersebut dalam transaksi kliring otomasi untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Menangani transaksi – transaksi dalam lokasi yang bersangkutan.
b) Menerima, mensortir, dan memindahkan transaksi antar daerah yang berasal
dari bank yang berlokasi dalam daerah tersebut.
c) Menerima transaksi – transaksi antar daerah yang berasal dari bank – bank
diluar daerah tersebut.

3). BIAYA KLIRING OTOMASI


Biaya pemakaian jaringan harus didayagunakan seefisien mungkin agar biaya
kliring otomasi dapat menjadi rendah untuk setiap transaksi. Efisiensi dari
pengolahan dalam mensortir dan menggabung serta data komunikasi merupakan
kunci dari biaya kliring otomasi. Biaya tetap seperti fasilitas, peralatan dan
karyawan jauh melampaui komponen biaya variabel seperti pita magnetic, disk,
unit penyimpanan data, dan biaya – biaya pengiriman data secara pisik kepada bank
– bank penarik. Ketidakseimbangan struktur biaya ini memberikan arti bahwa
volume akan menentukan rata – rata biaya transaksi suatu kliring otomasi, dan
dengan demikian sistem elektronik ini merupakan faktor persaingan dengan sistem
kliring manual dari segi biaya.

4). MEKANISME AKUNTANSI KLIRING OTOMASI


Ayat jurnal yang dibuat merupakan hasil transaksi secara berumpun yang
akan langsung mendebet atau mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia
dan nasabah bersangkutan. Proses ini semua dilakukan secara elektronik pada
akhir hari baru dapat diketahui hasil kliringnya.Bagi bank peserta kliring, dapat
mempergunakan aplikasi khusus untuk dapat saling berhubungan dengan pusat
pengolahan data kliring otomasi. Fasilitas perpindahan data secara elektronik ini
akan sangat mendukung terciptanya kliring otomasi.

D. Sistem elektronik
yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang selanjutnya disebut
kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada Data Keuangan
Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan penyampaian warkat
peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.
9.2 Peserta Kliring
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi:
1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
secara langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung
dapat terdiri dari kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang
tidak berada dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk
menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat:
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
diluar negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk
beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari kantor induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah
satu kantor Bank Indonesia
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang
perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke
lokasi penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
2. Peserta Tidak Langsung
Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya
yang merupakan bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor
pusat, kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak
langsung harus memenuhi persyaratan :
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
diluar negeri yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan
didalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia
b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor
lain yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung
diwilayah kliring yang sam
9.3 Warkat Dan Dokumen Kliring
Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib
memenuhi spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai warkat, dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan
percetakan dokumen sekuriti.
a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban
atau untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang
dapat diperhitungkan dalam kliring otomasi adalah:
1. Cek
Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata,
dan jenis cek lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh
Bank Indonesia.
2. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan
dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya,
termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI)
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam
KUHD yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer
dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana
transder melalui kliring lokal.
5. Nota Debet
Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk enagih dana pada bank
lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat
tersebut. Nota debet yang dikliringkan hendaknya teah diperjanjikan dan
dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank yang menyampaikan nota debet
kepada ank yang akan menerima nota debet tersebut.
6. Nota Kredit
Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana
pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima
warkat tersebut.
2. Dokumen Kliring
Dokumen Kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang
digunakan dalam penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa
daftar warkat kliring penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti
penyerahan (pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring
pengembalian. Daftar warkat klirng penyerahan/pengembalian ini disediakan
oleh masing-masing peserta.
3. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem
manual meliputi :
a. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini
disediakan oleh penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk
menyusun rekapitulasi neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari
seluruh peserta.
b. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh
peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan/pengembalian atas dasar daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian.
c. Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan
oleh peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca
kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
9.4 Tata Cara Penyelenggara Kliring Lokal Manual
Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan
dan kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta
wajib mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh
penyelenggara dengan mengirimkan wakil peserta walalupun peserta yang
bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan dikliringkan pada kedua tahap
kliring tersebut.
1. Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan
kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara.
A. Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai
berikut :
1) Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan,
apakah warkat tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan
telah memenuhi spesifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah
dipilah berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet
dan warkat kredit.
3) Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal
warkat serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat
kliring penyerahan tersebut dibuat tersendiri untuk kelompok warkat
debet dan kelompok warkat kredit per bank penerima.
B. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
penyerahan ditempat penyelenggara, wakli peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut :
1) Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada
jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang
disediakan penyelenggara.
2) Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :
a) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima
1. Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan
2. Warkat
b) Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua daftar warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan
warkat
c) Menyerahkan lembat ketiga daftar warkat kliring penyerahan
kepada penyelenggara
3) Melakukan kegiatan penerimaan warkat :
a) Menerima dari peserta lain
1. Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
2. Warkat
b) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai
bukti penerimaan warkat
4) Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain dengan warkat yang
diterima.
5) Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat
kliring penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca
kliring penyerahan ini diisi rincian warkat yang diserahkan maupun
yang diterima serta saldo debet/kredit kliring penyerahan bagi peserta
yang bersangkutan.
6) Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan
lembar pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
C. Kegiatan petugas penyelenggara
1) Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca
kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta.
2) Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
kliring penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c,
d, e, dan f atas nama wakil peserta. Dalam hal kemudian wakil peserta
hadir sebelum kliring penyerahan dinyatakan berakhir maka kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f yang belum
dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil
peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada
peserta yang terlambat diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil
peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir
sampai kliring penyerahan dinyatakan berakhir maka penyelenggara
akan menghubungi peserta untuk mengambil warkat dan neraca
kliring penyerahan.
2. Kliring Pengembalian
KlirIng pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan
kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara.
1) Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring
pengembalian ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan
bagai berikut :
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada
pertemuan kliring penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan
untuk dibukukan. Dalam hal warkat debet :
a) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG
tanggal 5 Januari 1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
b) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan
mengenai nila nominal nota debet; maka warkat debet tersebut
wajib ditolak dalam pertemuan kliring pengembalian yang
merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring
penyerahan yang bersangkutan.
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang
ditolak wajib disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan
penolakan warkat
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank
penerima
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal
serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk
masing-masing bank penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu
untuk memudahkan perhitungan, dapat pula dibuat telstruk per bank
penerima untuk masing-masing daftar warkat kliring pengembalian
apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1 (satu) lembar.
2) Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut :
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada
jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang
disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :
a) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :
1. Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian
2. Warkat debet tolakan
3. Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk
diteruskan oleh peserta penerima kepada nasabah penyetor.
b) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua daftar kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan
warkat debet tolakan.
c) Menyerahkan kepada penyelenggara :
1. Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
2. Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.
a) Menerima dari peserta lain :
1. Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian
2. Warkat debet tolakan
3. Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP
untuk diteruskan oleh peserta kepada nasabah penyetor.
b) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai
bukti penerimaan warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
pengembalian degan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan
maupun yang diterima. Neraca kliring pengembalia ini diisi rincian
warkat debet tolakan yang diserahkan maupun yang diterima serta
saldo debet/kredit kliring pengembalian peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
neraca kliring pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama
neraca kliring pengembalian kepada penyeleggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan neracakliring penyerahan dan neraca kliring
pengembalian.
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
BSK, kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada
penyelenggara.
3) Kegiatan Petugas Penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca
kliring pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta,
kemudian membubuhkan tanda tangan dan nama jelas petugas
penyelenggara pada neraca kliring pengembalian gabungan tersebut.
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian)
gabungan yang disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun
oleh peserta.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas
penyelenggara pada BSK rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokkan
antara neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan dengan
BSK.
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut :
a) Lembar pertama untuk penyelenggara;
b) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan
didistribusikannya BSK maka kliring pengembalian dinyatakan
berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang
diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank
Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
kliring pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c,
d, e, f, g, dan h atas nama wakil peserta yang bersangkutan. Dalam hal
kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka
2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh petugas
penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang bersangkutan.
Seluruh warkat debet tolakan yang ditujukan kepada peserta yang
terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta
yang bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan
menghubungi peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari
peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK. Sementara itu
perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan
pada pertemuan kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan
kesepakatan peserta yang terkait. Namun, peserta yang bersangkutan
wajib menyampaikan warkat debet tolakan beserta lembar 1 dan 2
SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada
penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.

3. Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan
hasil kliring masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di
Bank Indonesia yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan
sebagai berikut :
1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke
kantor Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks
setelah dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia
membukukan hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing
peserta yang ada di kantor Bank Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil
kliring yang bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah
hasil kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka
penyelesaiannya dilakukan antara penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana
teleks dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3
tidak berlaku dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.

9.5 Jadwal Kliring Lokal Dan Pelimpahan Hasil Kliring


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil
kliring ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang
mewilayahi. Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi
wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraaan kliring penyerahan/pengembalian, sebagai contoh :
1. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00
2. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti
bahwa kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan
dapat dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta
pukul 13.30
Contoh transaksi kliring dan pencatatannya :
1. Tanggal 1 Mei 2012 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang
kepada B nasabah Bank BAP senilai Rp 10.000.000. Sdr. A membayarnya
dengan cek Bank ABC Semarang.
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B
nasabah Bank BAP Semarang sebesar Rp 20.000.000 sebagai pelunasan hutang.
Pencatatan di Bank ABC Semarang

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 2 1 Mei 2012 Dr. Giro A 30.000.000

Cr. Giro BI 30.000.000

Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang
ditarik oleh A berupa cek dari peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini
merupakan warkat debet masuk karena Bank ABC harus mendebet rekening
nasabah (Sdr. A). Rekening lawannya adalah mengkredit rekening Giro BI (Bank
Indonesia). Disamping itu Bank ABC Semarang juga menerima amanat dari A
untuk membebani rekening gironya melalui bilyet Giro sebesar Rp 20.000.000.
Warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena Bank ABC diperintahkan oleh A
untuk mengkredit rekening Giro BI. Dua warkat ini sudah memberikan kepastian
dana, baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo rekening yang dimiliki
penarik cek (Sdr. A) mencukupi, sedangkan kalau tidak mencukupi langsung
ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara langsung pada rekening rill.
Pencatatan di Bank BAP Semarang

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 1 1 Mei 2012 Dr. RAR Kliring 10.000.000

Kliring 2 1 Mei 20012 Dr. Giro BI 20.000.000

Cr. Giro B 20.000.000

Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa cek Bank ABC
Semarang sebesar Rp 10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan dari Bank
BAP terhadap Bank ABC sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia
Semarang. Bank BAP yang melakukan penagihan terhadap Bank ABC Semarang
akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar. Untuk kliring
pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada kliring
kedua. Oleh karena itu, pada saat kliring pertama (penyerahan) Bank BAP harus
mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif sampai dengan kliring
kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro dari Bank
ABC sebesar Rp 20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung
dibukukan dalam rekening rill.
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur) ? Bila pada kliring kedua
terjadi penolakan warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus
dinihilkan dengan cara membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini
misalnya warkat debet keluar senilai Rp 10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat
langsung mengkredit rekening RAR warkat kliring Rp 10.000.000 sehingga
rekening administratif ini menjadi nihil.

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring 1 1 Mei 2012 Cr. RAR Kliring 10.000.000

Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka


pencatatannya di samping menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat
hasil tagihan kliring tersebut pada rekening rill.

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Cr. RAR.
Kliring 2 1 Mei 2012 10.000.000
Kliring

Dr. Giro BI 10.000.000

Cr. Giro B 10.000.000

Contoh 2 :
Transaksi – transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui
kliring. Peserta kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank
Caraka Investama Sejati (Bank CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS)
Semarang.
1. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah
menarik cek no. 011.000.4 sebesar Rp 25.000.000 dan cek no. 0111.000.5
sebesar Rp 20.000.000 untuk membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah
Giro Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) Semarang.
2. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot
(nasabah Giro) untuk keuntungan Sdr, Dalimin Nasabah Giro Bank CUS
Semarang sebesar RP 15.000.000.
3. Astuti nasabah Bank CUS menarik cek untuk membayar barang dagangan
kepada Abdullah nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp 20.000.000.
4. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro
Sdr, Dwi Rahayu sebesar Rp 30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS
Semarang melalui lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk
keuntungan Giro Sdr. Andika.
Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia
Semarang, maka diminta :
1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring.
Jawaban :
Pencatatan jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) :

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. RAR
A Kliring 1 45.000.000
Kliring

Cr. RAR
A Kliring 2 45.000.000
Kliring

Dr. Giro BI 45.000.000

Cr.
45.000.000
Giro Anggi

B Kliring 1 Dr. Giro 15.000.000


Rudi

Cr.
15.000.000
Giro BI

Dr. RAR.
C Kliring 1 20.000.000
Kliring

Cr. RAR.
C Kliring 2 20.000.000
Kliring

Dr. Giro BI 20.000.000

Cr.
Giro 20.000.000
Abdullah
Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang :

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. Giro
A Kliring 2 45.000.000
Kirana

Cr.
45.000.000
Giro BI

D Kliring 2 Dr. Giro Dwi 30.000.000

Cr.
30.000.000
Giro BI

Pencatatan jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) :


Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

B Kliring 2 Dr. Giro BI 15.000.000

Cr. 15.000.000
Giro Dalimin

Dr. Giro
C Kliring 2 20.000.000
Astuti

Cr.
20.000.000
Giro BI

Dr. RAR.
D Kliring 1 20.000.000
Kliring

Cr. RAR.
D Kliring 2 20.000.000
Kliring

Dr. Giro BI 30.000.000

Cr.
30.000.000
Giro Andika

Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal dimasing-masing bank peserta,


maka dapat disusun neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut :
Bank CIS
Neraca Kliring

Tangg Keterang Saldo Tangg Keterang Saldo


al an (Rp) al an (Rp)

45.000.0 15.000.0
WDK (a) WKK (b)
00 00

20.000.0
WDK (c)
00

Menang 50.000.0
Kliring 00

Jumlah 65.000.0 Jumlah 65.000.0


00 00
BANK CAS
Neraca Kliring
Tangg Keterang Saldo Tangg Keterang Saldo
al an (Rp) al an (Rp)

45.000.0
WDM (a)
00

Kalah 75.000.0 WDM 30.000.0


Kliring 00 (d) 00

75.000.0 75.000.0
Jumlah Jumlah
00 00
BANK CUS
Neraca Kliring
Tangg Keterang Saldo Tangg Keterang Saldo
al an (Rp) al an (Rp)

WKM 15.000.0 20.000.0


WDM (c)
(b) 00 00

30.000.0 Menang 25.000.0


WDK (d)
00 Kliring 00

45.000.0 45.000.0
Jumlah Jumlah
00 00
BANK INDONESIA
Neraca Kliring
Kalah Menan
Tangga Tangga
Klirin Saldo (Rp) g Saldo (Rp)
l l
g Kliring

Bank 75.000.00 Bank 50.000.00


CAS 0 CIS 0

Bank 25.000.00
CUS 0

Jumla 75.000.00 75.000.00


Jumlah
h 0 0

9.6 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk
melakukan verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank
Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet
giro yang berasal dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar
wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan
BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta diwilayah kliring dimana
cek dan BG tersebut dikliringkan.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa
efisiensi dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun
biaya, sebab :
1. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan
(Same day settlement)
2. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak ada
biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.
Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatannya :
Pada 12 Juni 2012 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp
100.000.000, Sdr. X adalah nasabah Bank B Surabaya sehinnga melakukan
pembayaran dengan menarik cek bank tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan
diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta. Tanggal 14 Juni 2012 Sdr. Y
melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek tersebut yang telah
diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebut dinyatakan
efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank yang
terlibat transaksi kliring ini?
Jawab :
Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta
Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. RAR
Kliring 1 14/6/2012 100.000.000
Kliring

Cr. RAR
Kliring 2 14/6/2012 100.000.000
Kliring

Dr. Giro
100.000.000
BI

Cr.
100.000.000
Giro Y
Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kliring Dr. RAK Cab.


14/6/2012 100.000.000
2 Surabaya

Cr.
100.000.000
Giro BI

Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Transaksi 14/6/2012 Dr. Giro X 100.000.000

Cr.
Antar
RAK Cab. 100.000.000
Cabang
Jakarta

Contoh tersebut memberikan pemhaman bahwa transaksi kliring warkat luar


wilayah dalam penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antar cabang bank
sendiri. Pada kliring pertama antar Bank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang
hanya melibatkan bank tersebut dengan Bank Indonesia Jakarta, namun ketika
kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif, maka Bank B Jakarta akan
mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B Jakarta telah
membayar kepada Bank A Jakarta. Dengan demikian Bank B Jakarta mempunyai
rekening tagihan antar cabang kepada Bank B cabang Surabaya. Sedangkan untuk
Rekening Administratif Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.
A. Prinsip – Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah
Prinsip – prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah
adalah sebagai berikut:
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di
wilayah kliring manapun sepanjang :
a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah.
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor
cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan :
a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat
wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup
dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank
yang bersangkutan.
c. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring
dimana bank tersebut menjadi peserta.
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar
kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas
dana cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana
cek/BG tersebut dikliringkan.
5. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.

Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank,
baik yang mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat
luar wilayah karena :
1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta
kliring warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan
oleh bank peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun
sepanjang di wilayah kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme
inkaso.

Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :


1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk
memilah mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah
kliring saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi
peserta kliring dimasing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
a. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi
Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun,
bank perlu melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal
dari wilayah kliring lain yang belum otomasi/elektronik.
b. Bank Peserta Kliring SOKL
Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada
bank peserta kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada
penambahan/pengurangan peserta langsung dari kantor bank peserta
kliring warkat luar wilayah. Proses updating dilakukan agar cek/BG luar
kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank melakukan rekam data
SOKL.
c. Bank Peserta Kliring Manual
Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta
kliring lokal dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan masih
dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan
disetujui oleh Bank Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah.
Dengan mendaftar sebagai peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG
yang dikeluarkan oleh seluruh kantor bank tersebut dapat dikliringkan dimanapun
sepanjang diwilayah kliring tersebut terdapat kantornya yang menjadi peserta
kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa implikasi
khusus sebagai berikut :
1. Sistem Verifikasi Cek/BG
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat
luar wilayah adalah sistem dan prosedur untuk melakukan walidasi atas
cek/BG yang diterbitkan oleh kantornya yang berada di wilayah kliring lain.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur
tersebut cukup aman dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem validasi
online maka bank perlu menyiapkan contingency plan untuk mengatasi
terjadinya gangguan pada sistem.
2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank
mengenai pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau
kembali prosedur operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian
fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang berada diwilayah kliring lain.
3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring
warkat luar wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai
sandi peserta dan nomor rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh
kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bank lain pada saat akan
meng-encode (pada sistem otomasi/elektronik) atau pada saat merekam data ke
dalam disket (pada sistem SOKL).
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi
penyelenggara kliring perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan
updating sandi peserta kliring pada aplikasi yang digunakannya sebagai
penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi penyelenggara kliring di wilayah
kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik.
Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar menjadi pesera
kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau penghentian
peserta langsung yang merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah.
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang
disediakan Bank Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak
bersifat mandatori. Dalam hal ini Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank
untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada kliring warkat luar
wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun demikian bagi
bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh manfaat
dengan potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkasi atas cek/BG
luar kota yang diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan
substitusi bagi seluruh transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila
cek/BG luar kota tersebut diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada
kantor bank dari bank tertarik yang menjadi peserta kliring di wilayah kliring
dimana cek/BG tersebut disetorkan. Namun demikian, penerapan kliring warkat
luar wiayah yang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG
luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat
maupun perbankan sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang
jauh lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih murah.

9.7.Mengenal Kliring Elektronik Dan Otomasi


Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama
dengan kliring manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan
adalah pada penggunaan teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan
kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo
kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan pada Data
Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik.
Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.
Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat
Komputer kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan
Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada
penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik
serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK
adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data
Keuangan Elektroinik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan
kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah
seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan
SPKE. Untuk mengoperasikan sistem ini, setiap peserta memiliki password.
Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan
sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :
1. Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD
digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK
digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan
sebagai tempat menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat yang
diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah
nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel
warkat yang bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah
keseluruhan nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai
saranan kontrol dalam proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.
Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan
simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi
yang dibutuhkan dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring
otomasi atau elektronik. MICR code line pada warkat yang wajib dicantumkan
dalam clear band terdiri dari :
a. Nomor Warkat: 6(enam) digit
b. Sandi Peserta: 7(tujuh) digit
c. Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit
d. Sandi Transaksi: 2(dua) digit
e. Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.
Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :
1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta
nomor urut atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian
bank dapat pula menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya
nomor urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau
Bilyet Giro. Untuk keperluan nomor warkat disediakan 6(Enam) digit angka.
Pencantuman nomor warkat yang kurang dari 6(enam) digit, harus diawali
dengan angka “0” (nol). Sedangkan unutk nomor warkat yang melebihi
6(enam) digit hanya dicantumkan 6(Enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan
kanan nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol domestik.
2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat.
Untuk keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari
:
a. 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank
b. 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
c. 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.
3. Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta
penerima paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor
rekening yang kurang dari 10 (Sepuluh) digit, diawali dengan angka “0” (nol),
sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya
dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir. Dalam hal nomor rekening
menggunakan karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR dilakukan
dengan angka “0000000001” dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap
nama serta nomor rekening penerima pada warkat dimaksud. Nomor rekening
ini diakhiri dengan simbol domestik.
4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur
sebagai berikut :
a. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat didalamnya;
b. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut :
1) 00 sampai dengan 09 untuk cek
2) 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT
4) 30 sampai dengan 29 untuk SBPT
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan :
a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45, untuk
transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah)
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal diatas Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk transaksi-transaksi
sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penggunaan nota debet dalam kliring.
6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai
berikut :
a. Sandi transaksi 50, untuk :
1) Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang
pelaksanaannya mengacu pada surat edaran Bank Indonesia
yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal serta
jenis dan batasan nominal warkat atau data keuangan elektronik;
dan
2) Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank
(PUAB), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi
valuta asing antar bank dan atau transaksi Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU);
c. Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank
d. Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia (SBI),
SWBI, atau SBPU.
5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted.
Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan
menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada
warkat. Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit angka
termasuk 2(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
2. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp.
1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana
dimaksud diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan
kanannya.

9.8 Jenis Biaya Kliring


Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun
secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini
menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya
kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini
akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh
peserta kliring.
Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,
otomasi, maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya
yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya
kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang
dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.
9.9 Akuntansi Kliring Elektronik Dan Otomasi
Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak
berbeda dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring.
Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk
memahami akuntansi kliring sistem ini.
Kesimpulan

Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk


memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan
hutang piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masng-masing
nasabahnya. Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam
bentuk surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam
perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi
maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat
atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank maupun nasabah yang hasil
perhitungannya diselesaikn pada waktu tertentu.
Daftar Pustaka

Taswan, 1997. Akuntansi Perbankkan : Transaksi dalam Valuta Rupiah.


Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN
AKUNTANSI KLIRING

Nama Kelompok 6 :

1. NI LUH SRI ARIWIYANTI (04)


2. NI KADEK ERNA ARIYANTI (09)
3. I GUSTI AYU INDAH KUSUMA DEWI (14)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019

Anda mungkin juga menyukai