Anda di halaman 1dari 6

PEDOMAN KB

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah
kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah lain.
Untuk itu, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yaitu program
pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga.
Kelurga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Pemerintah bersama masyarakat dalam hal ini Puskesmas Larangan Utara turut
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap informasi dan
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan oleh tenaga
kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana.
Cakupan peserta KB aktif di Kota Tangerang dilihat berdasarkan hasil evaluasi Renstra
Dinas Kesehatan tahun 2009-2013 kecenderungannya meningkat. Capaian peserta KB aktif
pada tahun 2009 sebesar 66%, kemudian tiga tahun berikutnya setiap tahunnya mengalami
peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 67,33%, tahun 2011 sebesar 70,06% dan pada
tahun 2012 menjadi sebesar 75,06%. Dilihat dari posisi relatifnya, cakupan KB aktif di Kota
Tangerang menunjukkan capaian yang bagus dengan berada di atas rata-rata cakupan KB aktif
Provinsi Banten sebesar 67,8% dan berada ketiga paling rendah setelah Kota Serang dan
Kabupaten Pandeglang.
Pemerintah bersama masyarakat dalam hal ini Puskesmas Larangan Utara turut
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap informasi dan
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan oleh tenaga
kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Pedoman ini di susun dengan maksud memberikan arahan bagi petugas
kesehatan dan petugas lintas sector terkait dalam pelaksanaan program KB guna
mewujudkan pelayanan kesehatan masyarakat terpadu.

1
2. Tujuan Khusus
a. Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Larangan
Utara dilaksanakan oleh tenaga yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
b. Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana (KB) dilaksanakan secara
professional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana di Puskesmas Larangan Utara
dilaksanakan secara terus menerus, dapat diukur dan ditingkatkan mutu
pelayananya.

C. Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB meliputi :
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

D. Batasan Operasional
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam menjalankan program Keluarga Berencana (KB) puskesmas harus
mempersiapkan beberapa hal, antara lain :
1. Memberikan informasi pelayanan KB kepada seluruh petugas puskesmas
2. Rencana penerapan KB
3. Rencana persiapan obat dan alat
4. Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan KB
5. Semua paramedis dan dokter dilatih cara memberikan pelayanan KB yang baik dan
benar.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan.
a. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.

2
b. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga
c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.
2. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 1738/MENKES/SKB/XII/2003, Nomor 52 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter dan angka kreditnya
a. Dokter adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga dokter
a. Pasal 1 ayat 2
Tenaga dokter adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang
kedokteran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III (Sumber Daya)
b. Pasal 12
(1) Untuk terselenggaranya kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas
harus didukung dengan ketersediaan
a. Sumber daya manusia
b. Sarana dan prasarana yang diperlukan
c. Pendanaan yang memadai
(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit
1 (satu) orang tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Distribusi Ketenagaan
Petugas Puskesmas yang terlibat antara lain :
• Petugas loket
• Dokter
• Bidan
• Perawat
• Petugas obat
C. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan Program KB dilaksanakan setiap hari kamis dan sabtu, yang meliputi KIE,
konseling dan Pelayanan Kontrasepsi.

3
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
LANTAI 1

LANTAI 2

Pelayanan KB dalam gedung dilaksanakan di ruang KIA (Lantai 2).

B. Standar Fasilitas
1. Pendaftaran untuk mendaftar peserta kb.
2. Ruang KIA untuk pemeriksaan dan pelayanan KB
3. Peralatan dan bahan yang di butuhan untuk pelayanan KB
4. Media komunikasi, informasi dan edukasi

4
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Pelayanan KB
Pelaksanaan Pelayanan KB dilaksanakan di dalam gedung dan diluar gedung yang
meliputi kegiatan konseling KB.
B. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan tempat untuk pelayanan KB dalam gedung
b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pelayanan KB dalam gedung
dan luar gedung
2. Perencanaan
a. Menyusun rencana usulan pelayanan KB
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan KB
c. Menyusun panduan pelayanan KB
d. Menyusun kerangka acuan pelayanan KB
3. Pelaksanaan
a. Melaksanakan pelayanan KB sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun.
b. Menyusun laporan hasil pelayanan KB
4. Monitoring
a. Monitoring pelayanan dilaksanakan yang terkait dengan kegiatan lintas program
dan lintas sektor.
b. Monitoring pelaksanaan kegiatan MTBS terkait dengan jadwal kegiatan
5. Evaluasi
a. Evaluasi terhadap pelaksanaan MTBS
b. Evaluasi terhadap target MTBS

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelayanan KB diselenggarakan oleh dinas terkait dalam
hal ini Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Pendudduk dan
Keluarga Berencana (DP3AP2KB).

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan KB perlu diperhatikan keselamatan


sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelayanan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

5
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan KB perlu diperhatikan keselamatan


kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan terhadap risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelayanan KB dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai


berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan pelayanan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan pelayanan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator pelayanan KB.
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini puskesmas.

BAB IX
PENUTUP

Keberhasilan Pelayanan KB dapat terwujud apabila dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas
program maupun lintas sektoral, terarah dan berkesinambungan.
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program/lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas. Keberhasilan pelayanan KB tergantung pada
komitmen yang kuat dari semua pihak sehingga terwujud.

Anda mungkin juga menyukai