Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Uji Kompetensi Guru (UKG)


Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah kegiatan ujian untuk mengukur
kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content Guru.
Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru
yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang
belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep
pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.
Sebenarnya UKG dilaksanakan bukan sekedar menguji keterampilan tertentu yang harus
dimiliki guru, akan tetapi lebih dari itu, yakni untuk dapat mengembangkan dan
mendemonstrasikan kompetensi utuh dari seorang guru. Kompetensi utuh yang mencakup
penggabungan dan penerapan suatu keterampilan, sikap dan pengetahuan yang saling bertautan.
B. Prinsip UKG
Dalam pelaksanaan UKG harus diperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai berikut:
a. Objektif
Pelaksanaan uji kompetensi guru dilakukan secara benar, jelas, dan menilai kompetensi sesuai
dengan apa adanya.
b. Adil
Dalam pelaksanaan uji kompetensi guru, peserta uji kompetensi guru harus diperlakukan sama dan
tidak membeda-bedakan kultur, keyakinan, sosial budaya, senioritas, dan harus dilayani sesuai
dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil dan tidak diskriminatif.
c. Transparan
Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan uji kompetensi seperti mekanisme kerja,
sistem penilaian harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh yang memerlukan.
d. Akuntabel
Pelaksaan uji kompetensi guru harus dapat dipertanggung-jawabkan baik dari sisi pelaksanaan
maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.

C. Manfaat UKG
Secara teoritis maupun praktis, pelaksanaan UKG memiliki berbagai manfaat, diantaranya
dapat dijadikan sebagai:
a. Sarana untuk memetakan kompetensi dan kinerja guru
Data hasil UKG kemudian akan digunakan untuk mengelompokkan guru dan akan dijadikan
sebagai masukan untuk tindak lanjut pembinaan dan pengembangan kompetensi guru.
b. Sarana untuk mengelompokkan guru
Pengelompokkan guru akan dilakukan sesuai dengan tingkat pencapaian kompetensinya masing-
masing.
c. Sarana pembinaan guru
Pembinaan guru dimungkinkan lebih efektif karena didapat dari data awal yang akurat.
d. Sarana pemberdayaan guru.
Seperti halnya pembinaan guru, pemberdayaan guru pun dimungkinkan lebih efektif dari data yang
akurat.
e. Acuan dalam pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum akan lebih jelas dan terfokus karena dilakukan berdasarkan data
pencapaian.
f. Alat untuk mendorong kegiatan dan hasil belajar
Fokus pembenahan kegiatan belajar mengajar oleh guru akan dapat dilakukan berdasarkan data
yang didapat.
g. Alat seleksi penerimaan guru baru;
Tidak hanya guru yang sudah lebih dahulu mengabdi, tetapi juga calon guru atau guru baru harus
memiliki standar yang sama.
D. Kompetensi yang Diuji dalam UKG
Kompetensi yang diujikan dalam UKG adalah:
a. Kompetensi Pedagogik
Standar kompetensi pedagogik sesuai dengan Permendiknas sebagai berikut:
1. Mengenal karakteristik dan potensi peserta didik
2. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif
3. Merencanakan dan mengembangkan kurikulum
4. Melaksanakan pembelajaran yang efektif
5. Menilai dan mengevaluasi pembelajaran
Kompetensi yang diinginkan adalah konsistensi penguasaan pedagogik antara content
dengan performance, yaitu bukan sekedar penguasaan guru tentang pengenalan peserta didik,
model belajar, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tetapi tes yang mampu memprediksi
bagaimana guru mengintegrasikan kelimanya dalam pelaksanaan pembelajaran
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional mencakup:
1. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu.
2. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif
3. Konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance:
a) Teks, konteks, & realitas
b) Fakta, prinsip, konsep dan prosedur
c) Ketuntasan tentang penguasaan filosofi, asal-usul, dan aplikasi ilmu
c. Kompetensi Kepribadian
Sekurang-kurangnya mencakup:
1. berakhlak mulia,
2. arif dan bijaksana,
3. mantap,
4. berwibawa,
5. stabil,
6. dewasa,
7. jujur,
8. mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
9. secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan
10. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
d. Kompetensi Sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi:
1. berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat,
2. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
3. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan
satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik,
4. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku, dan
5. menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.
E. Landasan UKG
1. Aspek Filosofi
a. Hak masyarakat dan peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang berkualita
b. Diperlukan guru yang berkualitas untuk pendidikan yang berkualitas.
c. Peserta didik harus terhindar dari proses pembelajaran yang tidak berkualitas.
d. Membangun budaya mutu bagi guru.
e. Untuk memastikan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
f. Hakekat sebuah profesi
1) Profesi guru merupakan profesi khusus, yang memerlukan persyaratan kompetensi yang khusus
pula.
2) Kompetensi guru yang bersifat khusus itu memerlukan perlakuan yang khusus pula. Uji
kompetensi guru merupakan salah satu cara untuk memberikan layanan pembinaan dan
pengembangan profesi guru yang baik kepada guru.
3) Penyandang profesi guru menerima penghargaan dan kesejahteraan yang bersifat khusus. Karena
itu perlu ada keseimbangan antara kompetensi yang mereka miliki dengan penghargaan dan
kesejahteraan yang diterimanya.
2. Aspek Teoritis Pedagogik
a. Penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya.
b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru hanya dapat dilakukan secara efektif jika berbasis
pada pemetaan kompetensi guru.
c. Uji kompetensi guru berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan
profesional).
d. Untuk membangun eksistensi dan martabat sebuah profesi diperlukan mutu atau kualitas para
anggota yang tergabung dalam profesi tersebut. Mutu atau kualitas diperoleh dari upaya
pengembangan keprofesian berkelanjutan dan pengendalian yang dilaksanakan secara terus
menerus dan tersistem. Upaya pengendalian dilakukan melalui pengujian dan pengukuran. Profesi
guru akan bermutu jika secara terus-menerus dilakukan pengujian dan pengukuran terhadap
kompetensi guru melalui uji kompetensi.
e. Ukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas hasil kerja, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan,
prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan
membina kerjasama dengan pihak lain (T.R. Mitchell, 2008).
f. Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan upaya peningkatan profesionalitas guru
yang didasarkan atas hasil penilaian kinerja guru dan uji kompetensi guru.
3. Aspek Empirik Sosial
a. Pembinaan dan pengembangan profesi guru tanpa didasari atas bukti-bukti empirik atas
kompetensi dasar guru dapat membuat penyelenggaraan pengembangan keprofesian berkelanjutan
dalam bentuk pelatihan guru kehilangan fokus.
b. Beberapa studi membuktikan bahwa uji kompetensi guru berdampak positif pada perbaikan
kinerja guru dan peningkatan mutu pendidikan.
c. Kepercayaan masyarakat terhadap harkat dan martabat guru semakin tinggi, dihubungkan dengan
kinerja guru dan dampaknya terhadap kualitas pendidikan.
F. Profesionalisme Guru
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah
pendidik profesional dengan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional maka syarat dan ciri pokok
pekerjaan profesional menurut Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. (2005:142-143) sebagai berikut:
1. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin
didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada
keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai
dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan
secara tegas.
3. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan
yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan
akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya dengan demikian
semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.
4. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial
kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek
yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya itu.
Apakah pekerjaan guru telah memenuhi kriteria sebagai pekerjaan profesional maka ciri
dan karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas profesional guru menurut Sanjaya (2005:143-
144) sebagai berikut:
1. Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan
yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam melaksanakannya, diperlukan
sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik.
Artinya, setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar bukanlah didasarkan kepada
pertimbangan subjektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati, akan tetapi didasarkan
kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru
dalam mengajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, untuk menjadi
seorang guru profesional diperlukan latar belakang pendidikan yang sesuai, yaitu latar belakang
pendidikan keguruan.
2. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasiennya,
maka tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke
arah tujuan yang diinginkan. Memang hasil pekerjaan seorang dokter atau profesi lainnya berbeda
dengan hasil pekerjaan seorang guru. Kinerja profesi non keguruan seperti seorang dokter biasanya
dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Namun tidak demikian dengan guru. Hasil pekerjaan
seorang guru seperti mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang dimiliki seseorang,
termasuk mengembangkan sikap tertentu memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga
hasilnya baru dapat dilihat setelah beberapa lama, mungkin satu generasi. Oleh karena itu
kegagalan guru dalam membelajarkan siswa berarti kegagalan membentuk satu generasi manusia.
3. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan
tingkat pendidikan yang memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus
disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan
keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi perkembangan manusia,
pemahaman tentang teori perubahan tingkah laku, kemampuan mengimplementasikan berbagai
teori belajar, kemampuan merancang, dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar,
kemampuan mendesain strategi pembelajaran yang tepat dan lain sebagainya, termasuk
kemampuan mengevaluasi proses dan hasil kerja. Oleh karena itulah seorang guru bukan hanya
tahu tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach. Kemampuan semacam
itu tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi hanya mungkin didapatkan dari satu
proses pendidikan yang memadai dari satu lembaga pendidikan yang khusus yaitu lembaga
pendidikan keguruan.
4. Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di
masyarakat. Oleh sebab itu tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat melepaskan dari
kehidupan sosial. Hal ini berarti, apa yang dilakukan guru akan memiliki dampak terhadap
kehidupan masyarakat. Sebaliknya semakin tinggi derajat keprofesionalan seseorang, misalnya
tingkat pendidikan keguruan seseorang, maka semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan
masyarakat.
5. Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, akan tetapi pekerjaan yang dinamis, yang
selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itulah guru dituntut peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat,
baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah, perkembangan sosial, budaya, politik
termasuk perkembangan teknologi.
G. Peran sertifikasi guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab XVI Pasal 61 ayat (3) sertifikat kompetensi diberikan oleh
penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat
sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi.
Lebih lanjut menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 pasal 13 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sejalan dengan pasal di atas, Gordon (1988) menjelaskan
beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan
dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki
pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
3. Keterampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang
dibebankan.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan.

H. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan UKG adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
7. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
03/V/PB/2010, Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai