Anda di halaman 1dari 41

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik
dan organisasi yang sangat kompleks.
Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang
beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga
kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar,
membuat semakin kompleksnya permasalahan di Rumah Sakit. Pada
hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang
seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat. (Kepmenkes no.129 tahun 2008)
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan
dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. RSUD Kabupaten Kediri
merupakan Rumah Sakit Umum Daerah tipe B di Kabupaten Kediri. Rumah Sakit
Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum
tipe B paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian,
pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan
penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap (Permenkes RI No.56 tahun
2014).
Fungsi Rumah Sakit yaitu penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan seuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,
penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

1
2

bidang kesehatan dalam rangkapeningkatan pelayanan kesehatan dengan


memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan (UU RI No. 44 Tahun
2009). Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut maka diperlukan manajemen
Rumah Sakit yang baik.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal BAB I Ayat 6
menyatakan: Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara minimal. Ayat 7,
indikator SPM adalah tolak ukur untuk presentasi kuantitatif dan kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi
didalam pencapaian suatu SPM tertentu berupa masukan, proses, hasil dan atau
manfaat pelayanan. Ayat 8, pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang
mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan
sosial ekonomi dan pemerintahan. Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No
58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal adalah tolak ukur kinerja
dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah.
Oleh karena itu, penulis menyusun laporan ini dengan tujuan untuk
mempelajari standar pelayanan minimal yang dilaksanakan oleh pegawai dan
tenaga medis yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah serta dapat
mengaplikasikannya pada saat menjalankan kegiatan profesinya dengan baik.

1.2 Analisis Situasi


1.2.1 Profil Rumah Sakit
Nama : Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri
Status : Milik Pemerintah Kabupaten Kediri
Kelas : Tipe B Non Pendidikan
Alamat : Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No. 1 Pare Kode Pos:
64211
Kecamatan : Pare
Kabupaten : Kediri
Propinsi : JawaTimur
3

Jumlah Tt : 228 Tt
No. Telpon : (0354) 391718
No. Fax : (0354) 391833
Luas Lahan : 22.890 M2
Luas Bangunan : 13.307,87 M2

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Kediri

1.2.2 Visi dan Misi


1.2.2.1 Visi RSUD Kabupaten Kediri
”Rumah Sakit unggulan yang menjadi pilihan utama masyarakat di wilayah
Kediri dan sekitarnya”.
Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rumah sakit unggulan adalah menjadi rumah sakit yang memberikan
pelayan kesehatan terbaik, bermutu, terjangkau dan profesional;
b. pilihan utama masyarakat adalah menjadi rumah sakit pusat rujukan di
wilayah Kediri dan sekitarnya;
c. masyarakat (karyawan, pemilik,pelanggan dan pihak terkait) ikut
bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam memajukan rumah sakit.
4

1.2.2.2 Misi RSUD Kabupaten Kediri


a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan terbaik, bermutu, profesional dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat;
b. Menyelenggarakan sistem manajemen keuangan dan pengelolaan sumber
daya secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel;
c. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan
pelayanan, sumber daya manusia dan IPTEK di bidang kesehatan.
d. Pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan, penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap bidang
kesehatan.

1.2.3 Motto dan Ikon


Motto RSUD Kabupaten Kediri adalah kepuasan pasien, kebanggaan
kami. Makna dari motto tersebut bahwa RSUD Kabupaten Kediri selalu berupaya
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan
selera pasien. Apabila kebutuhan, keinginan dan selera pasien tersebut
terpenuhi pasien akan puas dan menjadi loyal kepada rumah sakit. Hal tersebut
merupakan kebanggaan bagi RSUD Kabupaten Kediri.

1.2.4 Nilai Dasar RSUD Kabupaten Kediri


Nilai dasar RSUD Kabupaten Kediri. Nilai dasar adalah kejujuran, kerja keras
dan integritas.
a. Kejujuran yaitu kemampuan untuk mengatakan apa adanya.
b. Kerja keras yaitu sikap yang berfokus pada kegiatan atau proses,
bukannya pada hasil (output) semata.
Integritas yaitu kemampuan untuk memenuhi apa yang sudah dikatakan atau
dijanjikan dalam kondisi apapun.

1.2.5 Jumlah SDM RSUD Kabupaten Kediri


Seluruh pegawai di RSUD Kabupaten Kediri sudah berstatus PNS pada
tahun 2014 yaitu 499 orang (100 %).Komposisi menurut jenis atau bidang profesi
karyawan RSUD Kabupaten Kediri meliputi jumlah tenaga medis sebanyak 51
orang (10,22%), paramedis perawatan sebanyak 224 orang (44,89%),paramedis
5

non perawatan sebanyak 84 orang (16,83%), dan tenaga non medis sebanyak
133 orang (26,65%).

Tabel 3.2. Data Ketenagaan berdasarkan Jenis Profesi di RSUD Kabupaten


Kediri Tahun 2014
NO. JENIS TENAGA JUMLAH PERSENTASE(%)
1. Tenaga Medis :
a. Dokter Spesialis 32 6,41
b. Dokter Umum 16 3,21
c. Dokter Gigi 3 0,60
Sub Total: 51 10,22
2. Tenaga Paramedis Perawatan:
a. Perawat
b. Perawat Gigi 203 40,68
c. Bidan 3 0,60
18 3,61
Sub Total: 224 44,89
3. Tenaga Paramedis Non
Perawatan:
a. Farmasi 20 4,01
b. Analis Kesehatan 11 2,20
c. Radiologi 6 1,20
d. Fisioterapi 7 1,40
e. Gizi 10 2,00
f. Tehnik Elektromedik 3 0,60
g. Kesehatan Masyarakat 15 3,01
h. Kesehatan Lingkungan 8 1,60
i. Refraksionis 1 0,20
j. PerekamMedis 3 0,60
Sub Total: 84 16,83
4 Apoteker 5 1,00
5 Non Medis 133 26,65
Total 499 100,00
Sumber : Bagian Kepegawaian RSUD Kabupaten Kediri Tahun 2014

1.2.6 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUD Kabupaten Kediri berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Kediri Nomor 33 Tahun 2008, dipimpin oleh
seorang DIREKTUR membawahi :
1. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi :
a. Bagian Umum
 Sub Bagian Tata Usaha
6

 Sub Bagian Kepegawaian


 Sub Bagian RumahTangga
b. Bagian Keuangan
 Sub Bagian Anggaran Verifikasi
 Sub Bagian Mobilisasi Dana
 Sub Bagian Perbendaharaan & Akutansi
c. Bagian Perencanaan Program dan Rekam Medik
 Sub Bagian Rekam Medik
 Sub Bagian Perencanaan Program & Diklat
 Sub Bagian Kehumasan, Pemasaran& PKRS
2. Wakil Direktur Pelayanan, membawahi :
a. Bidang Pelayanan Medis
 Seksi Pelayanan Medis
 Seksi Penunjang Medis
b. Bidang Keperawatan
 Seksi Pelayanan Keperawatan
 Seksi Perbekalan Kesehatan
3. Unit instalasi
 Unit instalasi merupakan unit penyelenggaraan pelayanan
fungsional di rumah sakit.
 Unit instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan
pelayanan sesuai fungsinya.
 Jumlah dan jenis unit instalasi didasarkan atas kebutuhan rumah
sakit yang ditetapkan dengan keputusan Direktur. Instalasi yang
ada di RSUD RSUD Kabupaten Kediri yaitu :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi RawatInap
d. Instalasi Bedah Sentral
e. Instalasi Rehabilitasi Medik
f. Instalasi Perawatan Intensif
g. Instalasi Patologi Klinik
h. Instalasi Radiologi
i. Instalasi Farmasi
7

j. Instalasi Kedokteran Kehakiman


k. Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS)
l. Instalasi Penyehatan Lingkungan
m. CSSD
4. Kelompok Jabatan Fungsional
 Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas rumah sakit sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
 Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah karyawan dalam
jenjang jabatan fungsional yang terbagi sesuai dengan bidang
keahliannya dikoordinir oleh tenaga fungsional senior.
 Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
 Kelompok jabatan fungsional di rumah sakit dikelompokkan dalam
wadah:
1) Komite Medik
 Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk
menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf
medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan
pemeliharaan tika dan disiplin profesi medis.
 Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk
menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance)
yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan
pasien lebih terjamin dan terlindungi.
 Dalam pelaksanaan kegiatannya dibantu oleh Subkomite
antara lain :
a) Subkomite Kredensial
b) Subkomite Peningkatan Mutu Profesi Medik
c) Subkomite Etika dan Disiplin Profesi
2) Komite Keperawatan
Anggota Komite Keperawatan adalah staf keperawatan
fungsional. Komite Keperawatan bertugas membantu Direktur:
a) Menyusun sistem kredensial perawat profesional.
8

b) Mengembangkan SDM/perawat profesional dan standar


asuhan keperawatan dan standar prosedur operasional.
c) Membina perilaku etik dan profesional perawat dengan
memperhatikan nilai moral.
d) Meningkatkan profesionalisme perawat yang meliputi
kompetensi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan yang
relevan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang terintegrasi dengan perilaku yang baik.
e) Memberikan rekomendasi dalam rangka pemberian
kewenangan profesi clinical privilege bagi perawat yang
akan melakukan tindakan/asuhan keperawatan di rumah
sakit.
f) Memberikan rekomendasi kepada komite etik di rumah
sakit apabila terjadi masalah etik keperawatan.
3) Satuan Pengawas Internal
 Satuan Pengawas Internal adalah kelompok fungsional yang
bertugas melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan
sumberdaya dan kinerja rumah sakit.
 Bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal
dalam rangka membantu Direktur untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan
sosial sekitarnya (social responsibility) dalam
penyelenggaraan bisnis yang sehat.
9

Gambar 1.2 Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Kediri

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui profil dan standar pelayanan minimal di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Kediri sebagai pembelajaran dalam manajemen Rumah
Sakit.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui profil Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri.
10

2. Mengetahui Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit Umum Daerah


Kabupaten Kediri.
3. Mampu menganalisa Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri pada jenis pelayanan IGD, rawat jalan
dan radiologi.
11

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Standar Pelayanan Minimal


2.1.1 Definisi
Standar pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Hal ini menjadi spesifikasi teknis tentang
tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum
kepada masyarakat (Kepmenkes, 2008). SPM rumah sakit sebagai wujud
akuntabilitas dan janji sarana kesehatan terhadap kinerja pelayanan yang
disediakan. Ketentuan umum dari SPM kesehatan di kabupaten atau kota adalah
tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kabupaten atau
kota (Kepmenkes, 2003).

2.1.2 Definisi Operasional


1. Jenis pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit kepada masyarakat.
2. Mutu pelayanan.
3. Dimensi mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian
terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas,
efisiensi, keselamatan dan keamanan kenyamanan, kesinambungan
pelayanan kompetensi teknis dan hubungan antara manusia
berdasarkan standar WHO.
4. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan
atau barang kepada pelanggan.
5. Indikator kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan
pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau
tolak ukur prestasi kuantitatif atau kualitatif yang digunakan untuk
mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar
yang telah ditetapkan sebelumnya.

11
12

6. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan


sesuatu yang harus dicapai.
7. Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari
indikator.
8. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari
sumber data untuk tiap indikator.
9. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap
indikator kinerja yang dikumpulkan.
10. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam
rumus indikator kinerja .
11. Penyebut (denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam
rumus indikator kinerja.
12. Standar adalah ukuran pencapaian mutu atau kinerja yang diharapkan
bisa dicapai .
13. Sumber data adalah sumber bahan nyata atau keterangan yang dapat
dijadikan dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan.

2.1.3 Latar Belakang diperlukan SPM


1. Tinjauan dari peraturan yang terkait dengan otonomi daerah dan
akuntabilitas pelayanan publik
2. Tinjauan dari sudut pandang pelanggan
3. Sebagai persyaratan BLU (untuk rumah sakit)
4. Sebagai alat kaji banding antar organisasi pelayanan publik

2.1.4 Tujuan Pembuatan SPM :


1. Menjamin hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari
Pemerintah dengan mutu tertentu
2. Menjadi alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk
menyediakan suatu pelayanan dasar, sehingga SPM dapat menjadi
dasar untuk menentukan kebutuhan pembiayaan daerah
3. Menjadi landasan dalam menentukan perimbangan keuangan atau
bantuan lain yang lebih adil dan transparan
4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran kinerja berbasis
manajemen kerja. SPM dapat dijadikan dasar dalam alokasi anggaran
13

dengan tujuan yang lebih terukur. SPM dapat menjadi alat untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintah terhadap masyarakat.
Sebaliknya masyarakat mengukur sejauhmana Pemerintah dapat
memenuhi kewajibannya dalam menyediakan pelayanan publik
5. Memperjelas tugas pokok Pemerintah dan mendorong terwujudnya
checks and balances yang efektif
6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses
penyelenggaraan Pemerintah

2.1.5 Manfaat SPM


1. Sebagai tolak ukur kinerja pelayanan dasar kepada masyarakat yang
secara minimal harus disediakan oleh Pemerintah dalam
penyelenggaraan urusan wajib
2. Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib Pemerintah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal
3. Faktor penentu serta karakteristik dari jenis pelayanan dasar, indikator
dan nilai, batas waktu pencapaian dan pengorganisasian
penyelenggaraan pelayanan dasar
4. Prestasi kuantitatif dan kualitatif menggambarkan besaran sasaran yang
hendak dipenuhi, berupa masukan, proses, keluaran, hasil dan manfaat
pelayanan
5. Hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari
Pemerintah menjadi lebih terjamin dengan mutu tertentu
6. Sebagai landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih
merata dan transparan
7. Menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pelayanan dasar
8. Mempermudah terselenggaranya sistem manajemen penganggaran
berbasis kinerja

2.1.6 Landasan Hukum


1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang Kesehatan,
2. Undang-Undang Nomor l7 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
14

3. Undang-Undang Nomor I tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,,
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program Pembangunan
Nasional tahun 2000 – 2005,
6. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggara Pemerintah Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2003 tentang
pedoman organisasi perangkat daerah (Lembaran Negara tahun 2001
No. 14, tambahan lembaran negara No. 42621).
9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah.
10. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara RI
sebagaimana telah beberapa kali diiubah terakhir dengan Peraturan
Presiden No. 62 Tahun 2005.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
14. Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun
2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes/ SK /l/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / MenKes/SK/ III/ 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minirnal Rumah Sakit
Yang Wajib Dilaksanakan Daerah.
I7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ SK / II /2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
15

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis tentang penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan Minimal.

2.1.7 Prinsip Penyusunan dan Penetapan SPM


Di dalam menyusun SPM telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen
atau sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait
yang secara rinci terlampir dalam daftar tim penyusun.
2. Sederhana, SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan
dipahami.
3. Nyata, SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan
persyaratan atau prosedur teknis.
4. Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam SPM dapat diukur baik
kualitatir maupun kuantitatif.
5. Terbuka, SPM dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan
masyarakat.
6. Terjangkau, SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan
dana yang tersedia.
7. Akuntabel, SPM dapat dipertanggung gugatkan kepada publik.
8. Bertahap, SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan,
keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM.

Sedangkan kriteria penyusunan SPM sebagai berikut :


1. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian
integral dari Pembangunan Kesehatan yang berkesinambungan,
menyeluruh, terpadu sesuai rencana pembangunan
2. Diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten dan daerah kota. SPM
harus mampu memberikan pelayanan kepada publik tanpa terkecuali
(tidak hanya masyarakat miskin), dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu
pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan masyarakat
3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa
mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat
(Positive Healthy Externality)
16

4. Merupakan indikator kinerja bukan standar teknis, dikelola dengan


manajerial profesional sehingga tercapainya efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya
5. Bersifat dinamis
6. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar
7. Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat, sehingga
hal yang berkaitan dengan manajemen dianggap sebagai faktor
pendukung dalam melaksanakan urusan wajib (perencanaan,
pembiayaan, pengorganisasian, perizinan, sumber daya, sistem, dsb)
tidak dimasukkan dalam SPM (kecuali critical support function)
8. Merupakan prioritas tinggi bagi pemerintah karena melindungi hak-hak
konstitusional perorangan dan masyarakat untuk melindungi
kepentingan nasional dan memenuhi komitmen nasional dan global
serta merupakan penyebab kematian atau kesakitan
9. Berorientasi pada output yang langsung dirasakan masyarakat
10. Dilaksanakan secara terus menerus (sustainable), terukur (measurable)
dan dapat dikerjakan (feasible)

2.1.8 Langkah-Langkah Penyusunan SPM


Adapun langkah-langkah penyusunan SPM sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan yang menyadari perlunya mengukur kinerja :
a. Memahami konteks atau latar belakang penyusun indikator (apa
yang ingin dikerjakan, mengapa, bagaimana, sebaik apa dan
problem apa yang mungkin dijumpai).
b. Kejelasan tujuan penyusunan indikator.
c. Identifikasi pendukung dan penghambat dan bagaimana
mengatasinya. 19
d. Membentuk tim penyusun.
e. Pelajari sistem mutu yang ada.
f. Tentukan sumber informasi yang dibutuhkan untuk menyusun
indikator.
g. Workshop untuk mendapat dukungan dari pihak terkait.
17

2. Penyusunan indikator
a. Review indikator-indikator yang ada di literatur maupun Departmen
teknis.
b. Review indikator-indikator yang selama ini digunakan.
c. Identifikasi unit-unit terkait.
d. Identifikasi indikator-indikator yang dapat di monitor.
e. Susun indikator.
f. Tetapkan metoda pengumpulan data dan sumber informasi.
g. Tentukan metode analisis.
h. Sosialisasi.
i. Tetapkan cara pelaporan indikator.
3. Penerapan indikator
a. Monitor proses pengumpulan data.
b. Monitor analisis terhadap indikator dan pelaporannya.
c. Monitor penggunaan hasil analisis indikator.
d. Penggunaan indikator sebagai dasar untuk melakukan perbaikan
kinerja pelayanan.
e. Penyusunan standar teknis (standar operasional prosedur,
prosedur kerja, instruksi kerja, panduan kerja) yang menjadi acuan
untuk mencapai SPM yang telah disusun.
f. Hitung biaya implementasi.
4. Review
a. Kajian ulang terhadap indikator, cara pengumpulan data, analisis
dan hasil analisis, pemanfaatan indikator untuk perbaikan, tindak
lanjut perbaikan.
b. Perbaikan atau penambahan atau pengurangan indikator.
5. Evaluasi dan ongoing monitoring
a. Sejauh mana proses pengumpulan dan analisis data untuk tiap
indikator dilakukan.
b. sejauh mana indikator tersebut digunakan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi kinerja.
c. sejauh mana SPM yang disusun digunakan untuk melakukan
perbaikan kinerja.
18

Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih indikator :


1. Diwajibkan atau dipersyaratkan oleh peraturan perundangan.
2. Dipersyaratkan oleh pemilik (pertanggung jawaban) sebagai bentuk
akuntabilitas.
3. Ketersediaan data.
4. High risk, high cost, high problem, problem prone.
5. Konsensus.
6. Dipersyaratkan oleh costumer.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun indikator :


1. Ada kejelasan tujuan dan latar belakang dari tiap-tiap indikator, mengapa
indikator tersebut penting dan dapat menunjukkan tingkat kinerja organisasi
atau bagan atau unit kerja.
2. Kejelasan terminologi yang digunakan.
3. Kapan pengumpulan data (kapan indikator harus di update), kapan harus
dianalisis, cara analisis dan intepretasinya.
4. Numerator dan denominator.
5. Threshold (target).
6. Dari mana saja data diperoleh (sistem informasi untuk mendukung perolehan
data).

Cara menetapkan threshold (target pencapaian) menurut Katz dan Green (1997):
1. Sentinel event (kejadian luar biasa, a serious, undesirable and often
avoidable process or outcome) indikator : target= 0.
2. Rate based indicator :
a. Kumpulkan data untuk periode waktu tertentu.
b. Hitung mean dan standart deviasi.
c. Tetapkan simpangan yang bisa diterima.
d. Ingat rate-based indicator tidak pernah 100%.
3. Rujukan (referensi) sebagai konsensus belum dapat ditentukan, dapat
ditetapkan threshold secara konsensus pada tahun pertama.
4. Adakalanya threshold tidak dapat ditetapkan, penilaian terhadap indikator
berdasarkan trend naik atau turun.
19

2.1.9 Peran Pusat, Provinsi dan Kabupaten atau Kota


Peran Pusat, Provinsi dan Kabupaten atau Kota dalam pelaksanaan
SPM Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Pengorganisasian
a. Gubernur atau Bupati atau Walikota bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai SPM yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit Provinsi atau Kabupaten atau
Kota.
b. Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai SPM
sebagaimana dimaksud dalam butir a secara operasional
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten
atau Kota.
2. Pelaksanaan dan Pembinaan
a. Rumah sakit wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai dengan SPM yang disusun dan disahkan oleh Kepala
Daerah.
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan SPM.
c. Pemerintah dan Pemerintah Provinsi memfasilitasi
penyelanggaraan pelayanan kesehatan sesuai SPM dan
mekanisme kerjasama antar daerah kabupaten atau kota.
d. Fasilitasi dimaksud butir a dalam bentuk pemberian standar teknis,
pedoman, bimbingan teknis, pelatihan meliputi :
1) Perhitungan kebutuhan pelayanan rumah sakit sesuai SPM
2) Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian
target SPM
3) Penilaian pengukuran kinerja
4) Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan
pemenuhan SPM rumah sakit.
3. Pengawasan
a. Gubernur atau Bupati atau Walikota melaksanakan pengawasan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai SPM rumah
sakit di daerah masing-masing.
20

b. Gubernur atau Bupati atau Walikota menyampaikan laporan


pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit sesuai SPM yang
ditetapkan.

2.1.10 Rumus Perhitungan Pencapaian SPM

Pembilang
Pencapaian Indikator SPM = x 100%
Penyebut
21

BAB 3
ANALISIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL

3.1 Jenis Pelayanan Minimal


Jenis-jenis pelayanan Rumah Sakit yang minimal wajib disediakan oleh
Rumah Sakit meliputi :
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans atau kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaran jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pencegah pengendalian infeksi

3.2 Standar Pelayanan Minimal IGD


Indikator SPM IGD terdiri dari :
1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
 Dimensi Mutu : keselamatan

21
22

 Tujuan : tergambarnya kemampuan RS


dalam memberikan pelayanan
gawat darurat
 Definisi Operasional : life saving adalah upaya
penyelamatan jiwa manusia
dengan urutan airway, breath
circulation
 Frekuensi Pengumpulan Data : setiap bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif pasien yang
mendapat pertolongan life saving
di gawat darurat
 Denominator : jumlah seluruh pasien yang
membutuhkan penanganan life
saving di IGD
 Sumber data : rekam medis di IGD
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala IGD
Pengumpulan Data
2. Jam buka pelayanan gawat darurat
 Dimensi Mutu : keterjangkauan
 Tujuan : tersedianya pelayanan gawat
darurat 24jam di setiap RS
 Definisi Operasional : jam buka 24 jam adalah gawat
darurat selalu siap memberikan
pelayanan selama 24 jam penuh
 Frekuensi Pengumpulan Data : setiap bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif jam buka gawat
darurat dalam satu bulan
 Denominator : jumlah hari dalam satu bulan
 Sumber data : laporan bulanan
 Standar : 24 jam
23

 Penanggung Jawab : Kepala IGD


Pengumpulan Data
3. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku
BLS atau PPGD atau GELS atau ALS
 Dimensi Mutu : kompetensi teknis
 Tujuan : tersedianya pelayanan gawat
darurat oleh tenaga kompeten
dalam bidang ke gawat
daruratan
 Definisi Operasional : tenaga kompeten pada gawat
darurat adalah tenaga yang
sudah memiliki sertifikat
pelatihan BLS atau PPGD atau
GELS atau ALS
 Frekuensi Pengumpulan Data : setiap bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah tenaga yang bersertifikat
BLS atau PPGD atau GELS atau
ALS
 Denominator : jumlah tenaga yang memberikan
pelayanan kegawat daruratan
 Sumber data : kepegawaian
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala Pendidikan dan Pelatihan
Pengumpulan Data RS
4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana
 Dimensi Mutu : keselamatan dan efektifitas
 Tujuan : kesiagaan RS untuk memberikan
pelayanan penanggulangan
bencana
 Definisi Operasional : tim penanggulangan bencana
adalah tim yang dibentuk di RS
dengan tujuan untuk
24

penanggulangan akibat bencana


yang mungkin terjadi sewaktu-
waktu
 Frekuensi Pengumpulan Data : setiap bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah tim penanggulangan
bencana yang ada di RS
 Denominator :-
 Sumber data : IGD
 Standar : satu tim
 Penanggung Jawab : Kepala IGD atau Tim Mutu atau
Pengumpulan Data Panitia Mutu
5. Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat
 Dimensi Mutu : keselamatan dan efektifitas
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
yang cepat, responsif dan
mampu menyelamatkan pasien
gawat darurat
 Definisi Operasional : kecepatan pelayanan dokter di
gawat darurat adalah kecepatan
pasien dilayani sejak pasien
datang sampai mendapat
pelayanan dokter
 Frekuensi Pengumpulan Data : setiap bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif waktu yang
diperlukan sejak kedatangan
semua pasien yang disampling
secara acak sampai dilayani
dokter
 Denominator : jumlah seluruh pasien yang di
sampling ( minimal n = 50)
 Sumber data : sample
25

 Standar : ≤ 5 menit terlayani setelah pasien


datang
 Penanggung Jawab : Kepala IGD atau Tim Mutu atau
Pengumpulan Data Panitia Mutu
6. Kepuasan pelanggan
 Dimensi Mutu : kenyamanan
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
gawat darurat yang mampu
memberikan kepuasan
pelanggan
 Definisi Operasional : kepuasan adalah pernyataan
tentang persepsi pelanggan
terhadap pelayanan yang
diberikan
 Frekuensi Pengumpulan Data : setiap bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif rerata penilaian
kepuasan pasien IGD yang
disurvey
 Denominator : jumlah seluruh pasien gawat
darurat yang di survey ( minimal
n = 50)
 Sumber data : survey
 Standar : ≥ 70%
 Penanggung Jawab : Kepala IGD atau Tim Mutu atau
Pengumpulan Data Panitia Mutu
7. Kematian pasien < 24 Jam
 Dimensi Mutu : efektifitas dan keselamatan
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
yang efektif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat
darurat
26

 Definisi Operasional : kematian ≤ 24 jam adalah


kematian yang terjadi dalam
periode 24 jam sejak pasien
datang
 Frekuensi Pengumpulan Data : tiga bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah pasien yang meninggal
dalam periode ≤ 24 jam sejak
pasien datang
 Denominator : jumlah seluruh pasien yang
ditangani di gawat darurat
 Sumber data : rekam medik
 Standar : ≥ 2 perseribu
 Penanggung Jawab : Kepala IGD
 Pengumpulan Data

8. Khusus untuk RS Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu < 48 Jam
 Dimensi Mutu : efektifitas dan keselamatan
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
yang efektif dan mampu
menenangkan dan
menyelamatkan pasien jiwa
dalam pelayanan gawat darurat
kesehatan jiwa
 Definisi Operasional : pasien dapat ditenangkan adalah
pasien dengan gangguan jiwa
yang dengan intervensi medis
tidak lagi menunjukkan gejala
dan tanda agresif yang dapat
mencelakakan diri sendiri
maupun orang lain sebagai
akibat gangguan jiwa yang
diderita
27

 Frekuensi Pengumpulan Data : tiga bulan


 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah pasien gangguan jiwa
yang dapat ditenangkan
 Denominator : jumlah seluruh pasien gangguan
jiwa yang menunjukkan gejala
dan tanda agresif yang ditangani
di gawat darurat
 Sumber data : survey
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala IGD
Pengumpulan Data
9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka
 Dimensi Mutu : akses dan keselamatan
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
yang mudah diakses dan mampu
segera memberikan pertolongan
pada pasien gawat darurat
 Definisi Operasional : uang muka adalah uang yang
diserahkan kepada pihak RS
sebagai jaminan terhadap
pertolongan medis yang akan
diberikan
 Frekuensi Pengumpulan Data : tiga bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah pasien gawat darurat
yang tidak membayar uang muka
 Denominator : jumlah seluruh pasien yang
datang di gawat darurat
 Sumber data : survey
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala IGD
Pengumpulan Data
28

3.3 Standar Pelayanan Minimal Rawat Jalan


Indikator SPM rawat jalan terdiri dari :
1. Dokter pemberi pelayanan di Poliklinik Spesialis
 Dimensi Mutu : kompetensi teknis
 Tujuan : tersedianya pelayanan klinik oleh
tenaga spesialis yang kompeten
 Definisi Operasional : klinik spesialis adalah klinik
pelayanan rawat jalan di RS
yang dilayani oleh dokter
spesialis (untuk RS pendidikan
dapat dilakukan oleh PPDS
sesuai dengan special previllage
yang diberikan)
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah hari buka klinik spesialis
yang ditangani oleh dokter
spesialis dalam waktu satu bulan
 Denominator : jumlah seluruh hari buka klinik
spesialis dalam waktu satu bulan
 Sumber data : register rawat jalan poliklinik
spesialis
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala IRJ
Pengumpulan Data
2. Ketersediaan pelayanan
 Dimensi Mutu : akses
 Tujuan : tersedianya jenis pelayanan
rawat jalan spesialistik yang
minimal harus ada di RS
 Definisi Operasional : pelayanan rawat jalan adalah
pelayanan rawat jalan
29

spesialistik yang dilaksanakan di


RS. Ketersediaan pelayanan
rawat jalan untuk rumah sakit
khusus disesuaikan dengan
spesifikasi dari RS tersebut
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jenis-jenis pelayanan rawat jalan
spesialistik yang ada (kualitatif)
 Denominator :-
 Sumber data : register rawat jalan
 Standar : min. Kesehatan anak, penyakit
dalam, kebidanan dan bedah
 Penanggung Jawab : Kepala IRJ
Pengumpulan Data
3. Ketersediaan pelayanan di RS Jiwa
 Dimensi Mutu : akses
 Tujuan : tersedianya jenis pelayanan
rawat jalan yang minimal harus
ada di RS Jiwa
 Definisi Operasional : pelayanan rawat jalan adalah
pelayanan rawat jalan
spesialistik yang dilaksanakan di
RS
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jenis-jenis pelayanan rawat jalan
spesialistik yang ada (kualitatif)
 Denominator :-
 Sumber data : register rawat jalan
 Standar : min. NAPZA, gangguan psikotik,
gangguan neurotik, gangguan
organik
30

 Penanggung Jawab : Kepala IRJ


Pengumpulan Data
4. Jam buka pelayanan
 Dimensi Mutu : akses
 Tujuan : tersedianya jenis pelayanan
rawat jalan spesialistik pada hari
kerja di RS
 Definisi Operasional : jam buka pelayanan adalah jam
dimulainya pelayanan rawat jalan
oleh tenaga spesialis jam buka
08.00 – 13.00 setiap hari kecuali
jumat
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah pelayanan rawat jalan
spesialistik yang buka sesuai
ketentuan dalam satu bulan
 Denominator : jumlah seluruh hari pelayanan
rawat jalan spesialistik dalam
satu bulan
 Sumber data : register rawat jalan
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala IRJ
Pengumpulan Data
5. Waktu tunggu di rawat jalan
 Dimensi Mutu : akses
 Tujuan : tersedianya pelayanan rawat
jalan spesialistik pada hari kerja
di RS yang mudah dan cepat
diakses oleh pasien
 Definisi Operasional : waktu tunggu adalah waktu yang
diperlukan mulai pasien
31

mendaftar sampai dilayani oleh


dokter spesialis
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif waktu tunggu
pasien rawat jalan yang disurvey
 Denominator : jumlah seluruh pasien rawat
jalan yang di survey
 Sumber data : survey
 Standar : ≤ 60 menit
 Penanggung Jawab : Kepala IRJ / Komite Mutu / tim
Pengumpulan Data mutu
6. Kepuasan pelanggan
 Dimensi Mutu : kenyamanan
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
rawat jalan yang mampu
memberikan kepuasan
 Definisi Operasional : kepuasan adalah pernyataan
tentang persepsi pelanggan
terhadap pelayanan yang
diberikan
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif rerata penilaian
kepuasan pasien rawat jalan
yang disurvey
 Denominator : jumlah seluruh pasien rawat
jalan yang di survey
 Sumber data : survey
 Standar : ≥ 90%
 Penanggung Jawab : Kepala IRJ / Komite Mutu / tim
Pengumpulan Data mutu
32

7a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskop TB


 Dimensi Mutu : akses, efisiensi
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
rawat jalan bagi pasien TB
dengan strategi DOTS
 Definisi Operasional : pelayanan rawat jalan TB
dengan strategi DOTS adalah
pelayanan TB dengan 5 strategi
penanggulangan TB nasional.
Penegakan diagnosis dan follow
up pengobatan pasien TB harus
melalui pemeriksaan mikroskopis
TB, pengobatan harus
menggunakan paduan obat anti
TB yang sesuai dengan standar
penanggulangan TB nasional,
dan semua pasien yang TB yang
diobati dievaluasi secara kohort
sesuai dengan penanggulangan
nasional
 Frekuensi Pengumpulan Data : tiga bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah semua pasien rawat jalan
TB yang ditangani dengan
strategi DOTS
 Denominator : jumlah seluruh pasien rawat jalan
TB yang ditangani di RS dalam
waktu tiga bulan
 Sumber data : register rawat jalan, register TB
03 UPK
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab : Kepala IRJ
Pengumpulan Data
33

7b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS


 Dimensi Mutu : akses, efisiensi
 Tujuan : terselenggaranya pelayanan
rawat jalan bagi pasien TB
dengan strategi DOTS
 Definisi Operasional : pelayanan rawat jalan TB
dengan strategi DOTS adalah
pelayanan TB dengan 5 strategi
penanggulangan TB nasional.
Penegakan diagnosis dan follow
up pengobatan pasien TB harus
melalui pemeriksaan mikroskopis
TB, pengobatan harus
menggunakan paduan obat anti
TB yang sesuai dengan standar
penanggulangan TB nasional,
dan semua pasien yang TB yang
diobati dievaluasi secara kohort
sesuai dengan penanggulangan
nasional
 Frekuensi Pengumpulan Data : tiga bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah semua pasien rawat jalan
TB yang ditangani dengan
strategi DOTS
 Denominator : jumlah seluruh pasien rawat jalan
TB yang ditangani di RS dalam
waktu tiga bulan
 Sumber data : register rawat jalan, register TB
03 UPK
 Standar : 100%
 Penanggung Jawab Pengumpulan Data : Kepala IRJ
34

3.4 Standar Pelayanan Minimal Radiologi


Indikator SPM Radiologi terdiri dari :
1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
 Dimensi Mutu : efektifitas, kesinambungan
pelayanan, efisiensi
 Tujuan : tergambarnya kecepatan
pelayanan radiologi
 Definisi Operasional : waktu tunggu hasil pelayanan
foto thorax adalah tenggang
waktu mulai pasien di foto
sampai dengan menerima hasil
yang sudah di ekspertisi
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah kumulatif waktu tunggu
hasil pelayanan foto thorax
dalam satu bulan
 Denominator : jumlah pasien yang di foto thorax
dalam bulan tersebut
 Sumber data : rekam medis
 Standar : ≤ 3%
 Penanggung Jawab : Kepala Instalasi radiologi
Pengumpulan Data
2. Pelaksana ekspertisi
 Dimensi Mutu : kompetensi teknis
 Tujuan : pembacaan dan verifikasi hasil
pemeriksaan rontgen dilakukan
oleh tenaga ahli untuk
memastikan ketepatan diagnosis
 Definisi Operasional : pelaksana ekspertisi rontgen
adalah dokter spesialis radiologi
yang mempunyai kewenangan
35

untuk melakukan pembacaan


foto rontgen atau hasil
pemeriksaan radiologi. Bukti
pembacaan dan verifikasi adalah
dicantumkannya tanda tangan
dokter spesialis radiologi pada
lembar hasil pemeriksaan yang
dikirimkan kepada dokter yang
meminta
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah foto rontgen yang dibaca
dan diverifikasi oleh dokter
spesialis radiologi dalam satu
bulan
 Denominator : jumlah seluruh pemeriksaan foto
dalam satu bulan
 Sumber data : register radiologi
 Standar : 100 %
 Penanggung Jawab : Kepala Instalasi radiologi
Pengumpulan Data
3. Kejadian kegagalan pelayanan rontgen
 Dimensi Mutu : efektifitas dan efisiensi
 Tujuan : tergambarnya efektifitas dan
efisiensi pelayanan rontgen
 Definisi Operasional : kegagalan pelayanan rontgen
adalah kerusakan foto yang tidak
dapat dibaca
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah foto rusak yang tidak
dapat dibaca dalam satu bulan
36

 Denominator : jumlah seluruh pemeriksaan foto


dalam satu bulan
 Sumber data : register radiologi
 Standar : ≤ 2%
 Penanggung Jawab : Kepala Instalasi radiologi
Pengumpulan Data
4. Kepuasaan pelanggan
 Dimensi Mutu : kenyamanan
 Tujuan : tergambarnya persepsi
pelanggan terhadap pelayanan
radiologi
 Definisi Operasional : kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan radiologi
 Frekuensi Pengumpulan Data : satu bulan
 Periode Analisa : tiga bulan sekali
 Numerator : jumlah pasien yang di survey
dan menyatakan puas
 Denominator : jumlah total pasien yang disurvey
 Sumber data : survey
 Standar : ≥ 80 %
 Penanggung Jawab : Ketua komite mutu / tim mutu
Pengumpulan Data
37

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Tabel Analisa SPM IGD


Indikator Standar 2013 2014 2015
1. Kemampuan
menangani life
100% 97% 91% 100%
saving anak dan
dewasa
2. Jam buka
pelayanan gawat 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
darurat
3. Pemberian
pelayanan gawat
darurat yang
100% 86% 94% 100%
bersertifikat BLS /
PPGD / GELS /
ALS
4. Ketersediaan tim
penanggulangan 1 tim 2 tim 2 tim 3 tim
bencana
5. Waktu tanggap
pelayanan dokter ≤ 5 menit 5 menit 0 menit 5 menit
di gawat darurat
6. Kepuasan
≥ 70% 90,4% 0 75%
pelanggan
7. Kematian pasien < ≤ 2 per seribu
24 jam (pindah ke
pelayanan rawat 3,5% 11% 3,2%
inap setelah 8
jam)
8. Khusus RS Jiwa
100% - - -
pasien dapat

37
38

ditenangkan dalam
waktu ≤ 48 jam
9. Tidak adanya
pasien yang
diharuskan 100% 100% 100% 100%
membayar uang
muka

4.2 Tabel Analisa SPM Rawat Jalan


Indikator Standar 2013 2014 2015
1. Dokter pemberi
pelayanan di 100% 100% 100% 100%
Poliklinik Spesialis
2. Ketersediaan tersedia :
pelayanan  Poli anak
 Poli penyakit
dalam 100% 100% 100%
 Poli
kebidanan
 Poli bedah
3. Ketersediaan Tersedia :
pelayanan di RS  Poli anak
Jiwa remaja
 NAPZA
 Gangguan
psikotik
 Gangguan - - -
neuritik
 Mental
Retardasi
 Mental
Organik
 Usia lanjut
39

4. Jam buka 08.00 sd 13.00


pelayanan setiap hari ,
kecuali hari 100% 100% 100%
jumat 08.00 –
11.00
5. Waktu tunggu di 75
≤ 60 menit 71 menit 68 menit
rawat jalan menit
6. Kepuasan
≥ 90 % 79% 92% 81%
pelanggan
7a. Penegakan
diagnosis TB
melalui ≥ 60% 62% 100% 100%
pemeriksaan
mikroskop TB
7b. Terlaksananya
kegiatan
pencatatan dan ≤ 60% 100% 100%
pelaporan TB di
RS

4.3 Tabel Analisa SPM Radiologi


Indikator Standar 2013 2014 2015
1. Waktu tunggu hasil
pelayanan thorax ≤ 3 jam 2.5 jam 56 menit 50 menit
foto
2. Pelaksana Dokter Sp.
100% 142,6% 100%
ekspertisi Rad
3. Kejadian
Kerusakan
kegagalan 2,3% 2,2% 1%
foto ≤ 2%
pelayanan rontgen
4. Kepuasan
≥ 80% 90% 90% 90%
pelanggan
40

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Standar pelayanan minimal di RSUD Pare Kabupaten Kediri telah
terpenuhi sesuai dengan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang harus dimiliki Rumah Sakit.
2. Standar pelayanan minimal Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Pare
Kabupaten Kediri telah memenuhi indikator pencapaian.
3. Standar pelayanan minimal Rawat Jalan RSUD Pare Kabupaten Kediri
beberapa telah sesuai standar pelayanan minimal, hanya pada indikator
waktu tunggu dan kepuasan pelanggan belum mencapai target.
4. Standar pelayanan minimal Radiologi RSUD Pare Kabupaten Kediri telah
memenuhi indikator pencapaian.

5.2 Saran
1. Mempertahankan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah
memenuhi indikator pencapaian.
2. Perlunya peningkatan pencapain target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) pada indokator yang belum memenuhi.

40
41

DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai