Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 41 tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara menimbang bahwa udara sebagai

sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk

hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk

pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan

bagi makhluk hidup lainnya.

Berdasarkan hal tersebut pemerintah bertanggung jawab dengan

mengeluarkan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

yang menjelaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 66 tahun 2014

tentang kesehatan lingkungan pasal 7 menjelaskan bahwa kualitas

lingkungan yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan

standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Pasal

17 ayat 4 menjelaskan standar baku mutu unsur kimia pada media udara

berupa kadar maksimum yang diperbolehkan paling sedikit bagi sulfur

dioksida (so2), nitrogen dioksida (no2), karbon monoksida (co), timbal (pb),

asbes, formaldehida, volatile organic compound (voc), dan environmental

tobacco smoke (ets).


Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat

Timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari

udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan

menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada,

tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi

dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20

km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh (Surani,

2002 dalam Dessi Gusnita, 2012)

Pencemaran ini telah menyebabkan sayuran yang ditanam dekat

jalan padat lalu lintas, mengandung timbal di atas ambang batas yang

ditentukan oleh WHO. Yakni antara 15,5 ppm hingga 29,9 ppm. Padahal

WHO memberi ambang batas hanya sampai 2 ppm. Demikian pula makanan

jajanan di sekitar terminal bus tak terhindarkan lagi dari kontaminasi timbal

(Posman, 2000)

Kandungan timah hitam di sekitar jalan raya atau kawasan perkotaan

sangat tergantung pada kecepatan lalu lintas, jarak terhadap jalan raya, arah

dan kecepatan angin, cara mengendarai dan kecepatan kendaraan (Parsa,

2001).

Di Indonesia, kadar logam berat yang cukup tinggi pada sayuran

sudah semestinya mendapat perhatian serius dari semua pihak, terutama

pada sayur-sayuran yang ditanam di pinggir jalan raya. Data terakhir pada

sayuran caisim, kandungan logam berat Pb-nya bisa mencapai 28,78 ppm.

Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding kandungan logam berat pada sayuran

yang ditanam jauh dari jalan raya (±0-2 ppm), padahal batas aman yang

diperbolehkan oleh Ditjen POM hanya 2 ppm. Bahkan dalam Rancangan


Standar Nasional Indonesia (RSNI-2, 2004) menyatakan bahwa residu

logam berat yang masih memenuhi standar BMR (Batas Maksimum Residu)

adalah 1,0 ppm.) (Widaningrum, dkk, 2007)

Logam Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat

membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Logam Pb yang

terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian

ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang

mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya

tetraethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran

mukosa. Logam Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan

dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. (BPLHD,

2009 dalam Dessi Gusnita, 2012).

Melihat besarnya dampak negatif Pb terhadap manusia maka

diperlukan tindakan untuk mereduksi Pb dari udara. Salah satu metode

untuk menanggulangi pencemaran Pb di udara adalah dengan

menggunakan tanaman yang dikenal dengan istilah fitoremediasi. Pohon

Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan salah satu vegetasi yang mampu

mengurangi pencemaran udara dan mengakumulasi logam berat seperti Pb

(Widowati et.al., 2008 dalam Siti N.A, dkk, 2010). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Rinawati tahun 2010 diketahui kadar Pb pada tanaman

angsana di jalan gerilya purwokerto tertinggi yaitu 51,0723 mg/kg dan

terendah 0,7147 mg/kg.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba

mengadakan penelitian mengenai kadar timah hitam (Pb) pada salah satu

jenis tanaman perindang jalan yang ada di Purwokerto yaitu “Komparasi


Kadar Timbal (Pb) pada Daun Tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) di

Jalan Gerilya dan Jalan Ahmad Yani Purwokerto Tahun 2016”

B. Perumusan Masalah

Penelitian yang dilakukan Rinawati tahun 2010 diketahui kadar Pb

pada tanaman angsana di jalan gerilya purwokerto tertinggi yaitu 51,0723

mg/kg dan terendah 0,7147 mg/kg. Berdasarkan perihal tersebut maka dapat

dirumuskan masalah dari peneilitian ini adakah komparasi kadar timbal (Pb)

pada daun tanaman angsana (Pterocarpus indicus) di Jalan Gerilya dan

Jalan Ahmad Yani Purwokerto Tahun 2016?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui komparasi kadar timbal (Pb) pada daun tanaman angsana

(Pterocarpus indicus) di Jalan Gerilya dan Jalan Ahmad Yani Purwokerto

Tahun 2016

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur kadar timbal pada daun tanaman angsana (Pterocarpus

indicus) di Jalan Gerilya

b. Mengukur kadar timbal pada daun tanaman angsana (Pterocarpus

indicus) di Jalan Ahmad Yani

c. Menganalisis perbedaan kadar timbal pada daun tanaman angsana

(Pterocarpus indicus) di Jalan Gerilya dan Jalan Ahmad Yani

Purwokerto Tahun 2016


D. Manfaat Penelitan

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengendalian

pencemaran udara khususnya pada timbal

2. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan dan informasi bagi pemerintah kemudian hasil

penelitian dapat menjadi pertimbangan pemerintah untuk menentukan

kebijakan, terutama upaya pengawasan terhadap pencemaran udara

3. Bagi Profesi

Sebagai informasi dan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan

sehingga dapat digunakan untuk pengembangan profesi

4. Bagi Almameter

Untuk memperkaya perbendaharaan ilmu pengetahuan dan untuk

menambah bahan kepustakaan pada Politeknik Kesehatan Semarang

Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian penelitian

Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
Rinawati Studi Kadar Design penelitian : Hasil penelitian mnunjukkan kadar
Timah Hitam Deskriptif timah hitam (Pb) oada tanaman
(Pb) pada angsana di jalan Gerilya Purwokerto
tanaman tahun 2010 tertinggi adalah di
angsana perempatan tanjung sebesar 51,0723
(Pterocarpus mg/kg dan terendah di bunderan RSUD
indicus) di Prof. Dr. Margono Soekarjo sebesar
Jalan Gerilya 0,7147 mg/kg
Purwokerto
tahun 2010
Nama Judul Metode Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Dwi Konsenterasi Desain penelitian : Konsenterasi Pb pada sampel jajanan I
Habrianti Logam Berat Deskriptif (siomay goreng) sebesar 0,023 mg/kg,
, Agus Timbal (Pb) Observasional dan bakwan (sampel II) sekitar 0,044 mg/kg
Bintara Dalam Analisis dan sampel III (bakso) senilai 0,035
Birawida Makanan Laboratorium mg/kg. Semuanya tidak lebih dari 0,25
dan Jajanan,Keran mg/kg. Pada kerang Anodara sp. di titik
Anwar g Anodara sp Populasi dan I berkonsenetrasi 0,739 mg/kg, titik II
dan UrineSampel : makanan sekitar 0,674 mg/kg dan titik III
Siswa SD jajanan di sekolah, mencapai 0,837 mg/kg. Pemeriksaan
Negeri Tallo
kerang yang sering Urine menunjukkan konsenterasi Pb
Tua 69di konsumsi dari 20 sampel sekitar 50-800 µg/ml.
Makassar masyarakat
setempat, serta
siswa kelas IV, V
dan VI sebanyak
20 orang.
Teknik sampling :
Purposive
sampling
Yandrita Analisis Desain Penelitian : konsentrasi timbal sebagai berikut :
Sanra, T. Kandungan Deskriptif pada sampel buah (A1 = 1,0725 mg/Kg
Abu logam Timbal Observasional dan (jarak tanam 3,5 m dari pinggir jalan
Hanifah, Pada Analisis raya) ; A2 = 0,9977 mg/Kg (jarak tanam
Subardi Tanaman Laboratorium 20 m dari pinggir jalan raya); A3 =
Bali Tomat 0,5848 mg/Kg (jarak tanam 500 m dari
(Solanum pinggir jalan raya). Konsentrasi timbal
lycopersicum pada sampel daun adalah B1 = 0,1983
L.) yang mg/Kg (jarak tanam 3,5 m dari pinggir
Ditanam Di jalan raya); B2 = 0,1361 mg/Kg (jarak
Pinggir Jalan tanam 20 m dari pinggir jalan raya); B3
Raya = 0,1370 mg/Kg (jarak tanam 500 m
Kecamatan Air dari pinggir jalan raya) dan konsentrasi
Birugo Tigo timbal pada sampel tanah adalah C1 =
Baleh 2,6719 mg/Kg (jarak tanam 3,5 m dari
Bukittinggi pinggir jalan raya); C2 = 3,1039 mg/Kg
(jarak tanam 20 m dari pinggir jalan
raya); C3 = 2,1904 mg/Kg (jarak tanam
500 m dari pinggir jalan raya).
Perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya :

1. Lokasi dan Tahun

Penelitian pertama dilakukan pada tahun 2010, penelitian kedua berlokasi

di SD SD Negeri Tallo Tua 69 Makassar tahun , dan penelitian ketiga

berloksi di Jalan Raya Kecamatan Air Birugo Tigo Baleh Bukittinggi tahun

. sedangkan lokasi pada penelitian ini di Jalan Gerilya dan Jalan Ahamd

Yani tahun 2016

2. Populasi dan Sampel

Populasi dan Sampel pada penelitian pertama yaitu makanan jajanan di

sekolah, kerang yang sering di konsumsi masyarakat setempat, serta

siswa kelas IV, V dan VI sebanyak 20 orang sedangkan pada populasi

dan sampel pada penelitian ini adalah daun tanaman angsana di jalan

Gerilya dan Jalan Ahamd Yani.

3. Jenis peneliitian

Jenis penelitian pada penelitian pertama yaitu deskriptif, pada penelitian

kedua yaitu Deskriptif Observasional dan Analisis Laboratorium, dan pada

penelitian ketiga yaitu Desain Penelitian : Deskriptif Observasional dan

Analisis Laboratorium. Sedangkan jenis penelitian pada penelitian ini

adalah observasional dengan design crossectional.

Anda mungkin juga menyukai