Indonesia
Esai ini ditulis sebagai salahsatu syarat untuk aplikasi Program Beasiswa
Unggulan Kategori Masyarakat Berprestasi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Saya membuat aplikasi untuk program Batch 2 tahun 2017
Tidak diterima di fakultas pilihan pertama tidak menjadikan saya hilang arah.
Saya akhirnya diterima di Program Studi Biologi, tanpa ekspektasi apapun.
Tekanan yang begitu besar di kelas bersama siswa-siswa terbaik di
sekolahnya masing-masing, menurunkan kepercayaan diri saya. Satu tahun
ditempa tekanan saya lalui perlahan-lahan hingga saya mulai menemukan
satu dua topik yang menarik dan mulai bisa membangun minat di Biologi.
Setelah kuliah saya mulai stabil di Semester 3, saya mulai aktif berkegiatan di
Himpunan Mahasiswa Biologi Nymphaea ITB. Berinteraksi dengan para
senior juga semakin mengasah minat saya di Biologi. Beberapa kali saya
terlibat di ekspedisi dan lomba di berbagai lokasi hutan, gunung, dan pantai
di Jawa Barat dan Jawa Timur. Melalui relasi dengan senior, saya juga
mendapatkan akses untuk melalukan Kerja Praktek di Freeport Indonesia,
Papua. Melalui kegiatan nongkrong di himpunan ide-ide untuk mengikuti
PKM muncul, hingga akhirnya berkesempatan mengikuti PIMNAS XXVII
2014. Pencapaian-pencapaian tersebut rasanya sangat sulit diraih jika saya
tidak keluar dari krisis kepercayaan diri di masa-masa awal kuliah.
Saya bergabung dengan tim peneliti sains terapan yang masalah dan
dampaknya langsung bersinggungan dengan kepentingan berbagai pihak,
diantaranya dinamika industri agro nasional dan jejaring pangan kota
Bandung. Beberapa wawasan yang saya dapatkan di perusahaan periklanan
juga membantu saya memahami sedikit teori-teori ekonomi dan
perkembangan pasar yang dibahas dalam riset. Selain itu, berdiskusi langsung
dengan peneliti luar negeri yang menaruh minat pada sektor peternakan di
daerah saya, Pangalengan, semakin memantapkan saya untuk berkecimpung
di Biomanajemen. Latar belakang yang cukup di bidang Biologi, terutama
Ekologi, memberikan warna tersendiri pada sudut pandang saya dalam
memahami masalah-masalah Biomanajemen di daerah. Mungkin ini adalah
titik temu minat dan kontribusi saya untuk daerah.
Saya adalah anak yang tidak cukup beruntung karena dilahirkan dalam
kondisi yang tidak berkecukupan dan tidak memiliki banyak pilihan. Tetapi,
saya sangat beruntung mendapatkan kesempatan mencari dan memaknai
pencapaian-pencapaian melalui proses yang panjang. Namun, semua itu
menjadi sia-sia jika pada akhirnya tidak memberikan manfaat untuk orang
lain.
Meski bukan menjadi lulusan terbaik dengan pencapaian karir yang
cemerlang, saya masih sangat bersyukur masih dikarunia geliat untuk
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Cerita-cerita ini
sebagian telah saya bagikan ke adik-adik kelas saya di daerah untuk
memotivasi mereka mengejar pencapaian yang lebih besar. Akses pendidikan
dan beasiswa yang semakin mudah serta wahana belajar dan wahana
aktualisasi diri yang semakin bervariasi seharusnya lebih mempermudah
adik-adik kelas saya mengembangkan diri melalui pendidikan tinggi. Karena
membangun daerah, apalagi membangun bangsa, tidak cukup seorang diri.
Pencapaian saya sebagai individu belumlah dapat berdampak banyak.
Generasi unggul tentu saja memiliki definisi yang beragam dan subjektif.
Kembali lagi, menisbatkan diri sebagai generasi unggul kebanggaan bangsa
Indonesia rasanya cukup berat. Tetapi, saya bisa menegaskan bahwa saya
adalah salahsatu pemuda yang sedang menyiapkan diri untuk berkontribusi
sesuai dengan kapasitasnya sebagai akademisi, karena generasi unggul
kebanggaan bangsa Indonesia tidak ada artinya tanpa memberikan manfaat
untuk orang lain di sekitarnya, sekecil apapun itu