Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT LIMPOBLASTIK GANAS

A. Pengertian

Penyakit trofoblas ganas adalah suatu tumor ganas yang berasal dari
sitotrofoblas dan sinsiotrofoblas yang menginvasi miometrium, merusak jaringan
disekitarnya dan pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan

Penyakit trofoblas ganas dibedakan atas 2, yaitu:

1. Penyakit trofoblas ganas non-metastatik

a. Mola invasif (korioadenoma destruens)

b. Choriocarcinoma

c. Placental site trophoblastic tumor

d. Epiteloid Trophoblastic Tumor

2. Penyakit trofoblas ganas metastatik

a. Metastasis beresiko tinggi

b. Metastasis beresiko rendah (Kevin Septian, 2015)

Penyakit trofoblas ganas adalah suatu penyakit akiat dari proliferasi sel
trofoblas yang abnormal selama kehamilan meliputi mola hidatidosa, mola
invasive, koriokarsinoma,dan placenta site throphoblastic tumor. Penyakit tumor
ganas atau PTG adalah tumor ganas yang berasal dari sito dan sinsiotrofoblas yang
menginvasi miometrium, merusak jaringan di sekitar, dan pembuluh darah. PTG
bisa didahului oleh proses fertilisasi atau bisa juga langsung. PTG yang didahului
oleh proses kehamilan dinamakan koriokarsinoma dengan kehamilan dan yang
langsung dinamakan koriokarsinoma tanpa kehamilan. ( Fitri Nurmala Sari, 2015)

B. Etiologi
Etiologi terjadinya penyakit trofoblas ganas belum jelas diketahui, namun
bentuk keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel korion meskipun
pertumbuhan dan metastasenya menyerrupai sarcoma.

Namun ada beberapa factor resiko yang berpotensi sebagai etiologi mola
hidatidosa parsial dan komplit telah dievaluasi. Dua factor resiko yang telah di
tetapkan adalah usia maternal yang ekstrim dan kehamilan mola sebelum nya. Usia
maternal yang lanjut atau sangat muda berkolerasi dengan peningkatan kejadian
mola hidatidosa. Di bandingkan dengan wanita usia 21-35 tahun, risiko mola
komplit 1,9 kali lebih tinggi pada wanita usia >35 tahun dan <21 tahun serta 7,5
kali lebih tinggi pada wanita usia >40 tahun. Kehamilan mola sebelumnya
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kehamilan mola berikutnya. Risiko
pengulangan kehamilan mola setelah satu kali mola adalah 1%, atau sekitar 10-20
kali pada populasi umum.

C. Patofisiologi

Kehamilan mola dan neoplasma trofoblastik gestasional semuanya berasal


dari trofoblas plasenta. Trofoblas normal tersusun dari sitotrofoblas,
sinsitiotrofoblas, dan trofoblas intermediet. Sinsitiotrofoblas menginvasi stroma
endometrium dengan implantasi dari blastokista dan merupakan sebuah tipe sel
yang memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG). Fungsi sitotrofoblas
adalah untuk menyuplai sinsitium dengan sel-sel sebagai tambahan untuk
pembentukan kantong luar yang menjadi vili korion sebagai pelindung kantung
korion. Vili korion berbatasan dengan endometrium dan lamina basalis dari
endometrium membentuk plasenta fungsional untuk nutrisi fetal-maternal dan
membuang sisa-sisa metabolisme. Trofoblas intermediet terletak di dalam vili,
tempat implantasi, dan kantong korion. Semua tipe dari trofoblas dapat
mengakibatkan penyakit trofoblas gestasional ketika mereka berproliferasi.

Koriokarsinoma

Koriokarsinoma adalah suatu penyakit keganasan yang ditandai dengan


hiperplasia trofoblastik abnormal dan anaplasia, ketidakadaan vili korion,
perdarahan, dan nekrosis, dengan invasi langsung ke miometrium dan invasi
vaskular yang mengakibatkan penyebaran ke tempat-tempat yang jauh, paling
sering ke paru, otak, hati, pelvis dan vagina, ginjal, usus, dan limpa.
Koriokarsinoma telah dilaporkan berhubungan dengan setiap kejadian kehamilan,
Sekitar 25% dari kasus diikuti aborsi atau kehamilan tuba. 25% berhubungan
dengan kehamilan preterm atau aterm, dan 50% lainnya timbul dari mola
hidatidosa, meskipun hanya 2-3% dari mola hidatidosa yang berkembang menjadi
koriokarsinoma.

D. Manifestasi Klinis

1. Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan

2. Terdapat subinvolosio uteri yang dapat juga perdarahan terus menerus

3. Ditemukan uterus membesar dan lembek

4. Kista Teka lutein bilateral

5. Lesi metastase di vagina atau organ lain.

6. Nyeri perut

7. Batuk darah

8. Melena

9. Peninggian tekanan intracranial berupa sakit kepala, kejang, hemiplegia

E.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Dilakukan
1. Pengkajian
a. Perdarahan terus menerus setelah terjadi evakuasi mola atau kehamilan
sebelumnya
b. Bila terjadi perforasi uterus ditemukan adanya nyeri perut
c. Bila ada lesi metastasis maka ditemukan gejala hemapto, sakit kepala,
kejang, hemiplegic
2. Pemeriksaan fisik
a. Uterus membesar
b. Adanya lesi metastasis di vagina dan organ lain
c. Adanya kista lutein bilateral yang persisten
3. Pemeriksaan penunjang
a. Adanya kadar beta HCG yang tetap atau meninggi
b. Pada foto torak terlihat lesi metastasis untuk melihat adanya metastasis ke
paru paru.
c. USG pelvis hati dan ginjal untuk melihat adnya metastasis
d. Bila ada metastasi di hati maka terjadi gangguan fungsi hati
e. CT scan kepala untuk melihat adanya kelainan syaraf
f. Jika ada metastasis di paru maka CT scan kepala dan abdomen bisa
dilakukan, jika ada perdarahan gastrointerstinal maka endoskopi atas
bawah boleh dilakukan

G. Penatalaksanaan Medis

1. Operatif

Operasi bukanlah terapi utama koriokarsinoma, melainkan hanya


sebagai tindakan adjuvant. Pada prinsipnya, fungsi reproduksi haruslah
dipertahankan. Namun bila bersifat life saving, maka operasi tidak bisa
dihindari.

a. Histerektomi

Dibagi oleh Soper menjadi histerektomi primer (bila dilakukan sebelum


pemberian kemoterapi) dan histerektomi sekunder (bila kemoterapi pertama
dianggap gagal).

1) Histerektomi dilakukan berdasarkan:

a) Indikasi absolut
 Perdarahan per vagina yang tidak terkontrol dengan obat
 Perforasi uterus, terutama jika disertai acute abdomen
b) Indikasi relative
 Kegagalan kemoterapi
 Ancaman perforasi uterus, berdasarkan gambaran USG
 Uterus lebih besar dari 14 minggu
 Jumlah anak cukup
c) Reseksi parsial uterus
Dilakukan jika massa tumor di uterus tidak terlalu besar, soliter,
jelas berkapsul dan penderita masih menginginkan fungsi
reproduksinya.
d) Ekstirpasi pada metastasis vulva atau vagina
Teknik yang umum dilakukan adalah dengan membuat pullstring
ligation pada dasar tangkai, lalu memotong tangkai di atas ikatan
tadi. Teknik ini efektif pada tangkai yang tidak terlalu besar
namun sukar dilakukan pada metastasis vagina yang berdasar
lebar.
2) Lobektomi atau kraniotomi
Dilakukan jika telah bermetastasis ke paru-paru dan otak yang resisten
terhadap kemoterapi.
b. Kemotrapi
Adapun indikasi dari dilakukanya kemotrapi :
1) Meningkatnya kadar βhCG setelah evakuasi
2) Titer βhCG sangat tinggi setelah evakuasi
3) βhCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi
4) Meningginya βhCG setelah 6 bulan setelah evakuasi atau turun tetapi
lambat
5) Metastase ke paru paru, vulva,vagina kecuali jika kadar βhCG nya
turun
6) Metastase kebagian organ lainya (hepar,otak)
7) Perdarahan vaginal yang berat atau adanya perdarahan gastrointestinal
8) Gambaran histology koriokarsinoma
9) Besar uterus di bawah 14 minggu
10) Tidak ada tanda-tanda perforasi atau ancaman perforasi.
11) Wanita muda dengan paritas (kelahiran) rendah, atau yang masih
menginginkan anak
12) Protokol terapi disesuaikan menurut skor faktor risiko FIGO
c. Radiasi
Setelah diagnosis ditegakkan, whole brain irradiation dengan
dosis 3000 cGy haruslah segera diberikan, dalam 10 kali fraksi.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Penkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan


menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1.Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
2.Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
3.Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan yang
dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
c. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.

f. Riwayat kesehatan reproduksi


Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluhan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
4.Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
1) Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase
2) Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan
3) Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal.
c. Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera ( fisik, biologis dan psikologis)
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko penurunan pertahanan sekunder
C. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteri Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
selama 1x24 jam maka klien menunjukkan 2. Observasi vital sign
kriteria hasil : 3. Atur posisi yang nyaman
1. Mampu mengontrol nyeri 4. Ajarkan teknik nonfarmakolgi
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang (teknik relaksasi nafas dalam)
(Skala nyeri 0) 5. Penatalaksanaan pemberian obat
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri analgetik
berkurang

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor TTV


selama 1x24 jam maka klien menunjukkan 2. Monitor neurologi
kriteria hasil : 3. Monitor keseimbangan cairan
1. badan tidak lemas, anemis(-), akral
hangat, TTV dalam batas normal

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji adanya tanda dan gejala


selama 1x24 jam maka klien menunjukkan infeksi
kriteria hasil : 2. Cuci tangan sebelum dan
1. Tidak ada tanda dan gejala infeksi sesudah tindakan
3. Pakai alat pelinding diri
4. Anjurkan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah berkunjung
5. Ajarkan keluarga dan
pengunjung pasien cara mencuci
tangan yang benar
6. Monitor tanda dan gejala infeksi
7. Penatalaksanaan therapi
antibiotic

DAFTAR PUSTAKA

Fitri Nurmala Sari, , https://www.scribd.com/doc/ PTG, Online, diakses 7 april 2015


Laily Maslahatun Ni’mah, https://www.scribd.com/doc/Penyakit Trofoblast Ganas,
Online, diakses 7 april 2015

Anda mungkin juga menyukai