Laporan Pendahuluan Pada Klien PPOK
Laporan Pendahuluan Pada Klien PPOK
Disusun Oleh :
TEGUH AYATULLAH
NIM : I4052191009
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
i
BAB I
KONSEP TEORI
1. Definisi PPOK
1
2. Etiologi PPOK
3.1. Merokok
2
Prevalansimerokok yang tinggi di kalangan pria menjelaskan penyebab
tingginya prevalensi PPOK dikalangan pria. Sementara prevalensi PPOK
dikalangan wanita semakin meningkat akibat peningkatan jumlah wanita
yang merokok dari tahun ke tahun (Reily, Edwin, Shapiro, 2008).
3
nafas adalah penyebab penting terjadinya eksaserbasi PPOK, hubungan
infeksi saluran nafas dewasa dan anak- anak dengan perkembangan
PPOK masih belum bisa dibuktikan (Reily, Edwin, Shapiro, 2008).
3.5.Polusi udara
3.6.Faktor genetik
4
4. Patofisiologis
5
5. Pathway Pencetus (Asma,bronkitis Rokok dan polusi
kronis,Empisema)
PPOK
Inflamasi
Perubahan anatomis
parenkim paru Sputum meningkat
Pembesaran alveoli
Batuk
Hiperartropi kelenjar
mukosa MK :
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
MK : Gangguan pertukaran gas
Penyempitan saluran udara secara
periodik
Infeksi
Hipoksia
Kontraksi otot pernapasan
Kuman patogen &
Penggunaan energi untuk endogen difagosit
Sesak pernapasan meningkat makrofag
MK :
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
6
6. Manifestasi Klinis
7. Pemeriksaan Penunjang
7
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasu
7.3. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK
terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan
7.4. Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
(prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama
2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal
250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah
pemberian kortikosteroid
7.5. Analisis gas darah
Terutama untuk menilai gagal napas kronik stabil dan gagal napas akut
pada gagal napas kronik
8. Penatalaksanaan
8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala:
Keletihan, Kelelahan, Malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot
b. Sirkulasi
Gejala: Pembengkakan pada ekstrimitas bawah
Tanda:
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter
dada)
Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh
dan sianosis perifer
Pucat dapat menunjukkan anemia
c. Integritas Ego
Gejala:
Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda:
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
d. Makanan/cairan
Gejala:
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronchitis)
9
Tanda:
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
e. Hygene
Gejala:
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tanda:
Kebersihan buruk, bau badan
f. Pernafasan
Gejala:
Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan
untuk bernafas (asma).
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali
(bronchitis kronis).
Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap
dinimeskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan
pernafasan dalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap
(mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji.
Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda:
Pernafasan: biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang
dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema).
Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);
menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki,
mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama
inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas
(asma).
10
Perkusi: Hiperesonan pada area paru (mis. jebakan udara dengan
emfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan,
mukosa).
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abu-abu
keseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”).
Pasien dengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena
warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi
pernafasan cepat.
Tabuh pada jari-jari (emfisema)
g. Keamanan
Gejala:
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
Adanya/berulang infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
h. Seksualitas
Gejala:
Penurunan libido
i. Interakasi Sosial
Gejala:
Hubungan ketergantungan kurang sistem penndukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda:
Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress
pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penyakit paru
obstruktif kronis
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologis
11
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penyakit paru
obstruktif kronis
Intervensi:
Auskultasi bunyi napas.
Kaji atau pantau frekuensi pernapasan.
Dorong atau bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Observasi karakteristik batuk.
Tingkatkan masukan cairan samapai 3000 ml/hari.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
Intervensi:
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Auskultasi bunyi nafas.
Awasi tanda vital dan irama jantung.
Awasi GDA.
Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA.
c. Intoleren aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan
menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologis
Kaji kebiasaan diet.
Auskultasi bunyi usus.
Berikan perawatan oral.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Konsul ahli gizi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Artika, I Dewa Made Dan Ign Paramartha Wijaya Putra. 2013. Diagnosis Dan
Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif Kronis Multazam Rs Pku
Muhammadiyah Surakarta. https://eprints.ums.ac.id
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Volume 1. Edisi 8. Jakarta: EGC
Wulang, Anggriani Rambu Ana. 2013. Gambaran Peran Perawat Sebagai Care
GiverDalam Perawatan Pasien Ppok Selama Dirawat Di Rs Paru Dr. Ario
Wirawan Salatiga. https://repository.uksw.edu
13