Anda di halaman 1dari 6

4.

3 Pembahasan
4.3.1 Karakteristik Responden Desa Sucopangepok Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan jasmani yang
tidak dapat terpisahkan. Distribusi responden dari masyarakat Desa
Sucopangepok berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan (Tabel 4.1). Banyaknya jumlah responden laki-laki
dibandingkan perempuan dikarenakan perempuan di Desa Sucopangepok enggan
untuk dijadikan sebagai responden.
Distribusi responden selain dikategorikan berdasar jenis kelamin juga
dapat dikategorikan berdasar tingkat pendidikan. Distribusi responden masyarakat
Desa Sucopangepok berdasarkan usia dari yang paling banyak sampai dengan
paling sedikit berturut-turut adalah 36-45 tahun, 26-35 tahun, 16-25 tahun, 46-55
tahun, 56-65 (Tabel 4.2). Banyaknya responden rentang usia 36-45 tahun yang
ditemui kemungkinan karena berdasarkan data piramida penduduk Kecamatan
Jelbuk, jumlah terbanyak penduduk berada pada rentang usia tersebut. Rentang
usia tersebut merupakan usia produktif masyarakat sehingga usia tersebut lebih
banyak ditemui oleh peneliti.
Distribusi responden selain dikategorikan berdasar jenis kelamin,
pendidikan dan rentang usia juga dapat dikategorikan berdasar pekerjaan.
Pembagian Responden masyarakat Desa Sucopangepok berdasarkan pekerjaan
dari jumlah terbesar sampai dengan terkecil berturut-turut adalah petani dengan
persentase 50%, lalu diikuti ibu rumah tangga dengan persentase 33%, kemudian
pedagang, kuli bangunan dan wiraswasta masing-masing sebesar 4%, serta warga
yang tidak bekerja sebesar 3% (Tabel 4.3). Banyaknya petani yang ditemui pada
saat survei kemungkinan dikarenakan mayoritas penduduk desa bekerja sebagai
petani, dan penelitian dilakukan saat warga telah selesai bekerja. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu penentu status kesehatan.
Distribusi responden masyarakat Desa Sucopangepok berdasarkan tingkat
pendidikan dari yang paling banyak sampai dengan paling sedikit berturut-turut
adalah SD, SMP-sederajat, tidak sekolah dan SMA-sederajat (Tabel 4.4).
Masyarakat dengan tingkat pendidikan SD mendominasi sebagian besar sampel
pada penelitian ini. Hal ini kemungkinan dikarenakan kesadaran masyarakat Desa
Sucopangepok mengenai pendidikan masih rendah, sehingga banyak masyarakat
yang memiliki pendidikan terakhir SD atau bahkan tidak sekolah. Pembagian
kategori selain berdasarkan pendidikan juga dapat dikategorikan berdasarkan
rentang usia.

4.3.2 Sikap Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Desa


Sucopangepok Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Hasil penelitian sikap masyarakat Desa Sucopangepok terhadap kesehatan
gigi dan mulut terlihat pada Tabel 4.5. Sebanyak 55 responden memiliki sikap
yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut (57%) , sebanyak 35 responden
(36%) memiliki sikap dengan kategori sedang dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut, sedangkan 7 responden (7%) memiliki sikap yang kurang terhadap
kesehatan gigi dan mulut. Mayoritas masyarakat memiliki sikap menjaga
kesehatan gigi dan mulut salah satunya sikap dalam menggosok gigi yang baik.
Hanya saja waktu mereka sebagian besar masih kurang tepat yaitu pagi dan sore
hari saat mandi. Hasil ini sejalan dengan Riskesdas 2013 mengenai perilaku
menyikat gigi penduduk Indonesia dimana 93,8% penduduk menyikat gigi setiap
hari, tetapi yang menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam adalah
sebesar 3,8% dan 27,3%.

4.3.3 Indeks DMF-T pada Masyarakat Desa Sucopangepok Kecamatan Jelbuk


Kabupaten Jember
Masyarakat Desa Sucopangepokmemiliki indeks DMF-T dengan kategori
sangat tinggi sebesar 59% atau sebanyak 57 responden, lalu dengan kategori
tinggi sebesar 23% atau sebanyak 22 responden, untuk indeks DMF-T dengan
kategori sedang memiliki persentase sebesar 12% atau sebanyak 12 responden,
serta untuk kategori rendah dan sangat rendah masing-masing memiliki persentase
sebesar 3% atau sebanyak 3 responden. Indeks DMF-T merupakan indeks yang
paling banyak digunakan dan dapat diterima secara universal. Dapat digunakan
untuk perorangan maupun kelompok. Indeks ini didasarkan pada kenyataan
bahwa kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi tidak dapat pulih sendiri
dan akan meninggalkan bekas kerusakan yang menetap. Mayoritas masyarakat,
sebanyak 59% memilikii ndeks DMF-T yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat yang mengalami kesehatan gigi dan mulut cenderung memilih
untuk membiarkan kerusakan tersebut.

4.3.4 Indeks OHI-S pada Masyarakat Desa Sucopangepok Kecamatan Jelbuk


Kabupaten Jember
Indeks OHI-S pada masyarakat Desa Sucopangepok (Tabel 4.6) paling
banyak adalah kategori buruk. Nilai kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh
jenis kelamin. Perempuan memiliki kecenderungan untuk menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan
bahwa perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut perempuan lebih baik
dibandingkan laki-laki (Ningsih, 2015). Jenis kelamin responden (Tabel 4.1)
menunjukkan bahwa 53% merupakan laki-laki. Laki-laki biasanya kurang
memperhatikan kebersihan rongga mulutnya bila dibandingkan perempuan.
Banyaknya responden laki-laki yang merokok tembakau juga mempengaruhi
kebersihan rongga mulut. Tar yang terkandung dalam asap rokok akan mengendap
pada permukaan gigi dan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga
mudah dilekati plak dan kebersihan rongga ulut menjadi buruk (Anggraini dkk.,
2016).
Usia mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang. Remaja cenderung
mulai mandiri dan memperhatikan penampilan sehingga memiliki keinginan
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dan memiliki OHI-S yang baik (Rattu,
2017). Usia responden (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa 33% berada di rentang
usia 36-45. Keparahan penyakit gingiva akan meningkat seiring bertambahnya
usia. Hal ini berhubungan dengan penimbunan plak dalam jangka waktu lama,
hingga beberapa dekade dan faktor resiko lain seperti nutrisi, penyakit sistemik,
pengobatan, stress dan rokok (Anggraini dkk., 2016).
Kesehatan gigi dan mulut dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi.
Sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari pendapatan keluarga, pekerjaan, dan
tingkat pendidikan. Terdapat hubungan yang positif antara status sosisl ekonomi
dan kesehatan fisik dan jiwa yang berarti bahwa individu yang berasal dari
keluarga miskin cenderung untuk mempunyai kesehatan yang lebih buruk
dibandingkan mereka yang mempunyai sosial ekonomi yang lebih baik (Sherlyta
dkk., 2017). Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian responden pada penelitian
ini adalah petani. Tingkat pekerjaan dihubungkan dengan tingkat pendidikan,
dimana pekerjaan membutuhkan latar belakang yang sesuai. Perbedaan tingkat
pendidikan berpangruh terhadap kecenderungan orang dalam memelihara
kesehatan gigi dan mulut. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin rendah pula pemahamannya terhadap informasi tentang kesehatan gigi
dan mulut (Basuni dkk., 2014). Tingkat pendidikan responden (Tabel 4.4)
menunjukkan bahwa 43% merupakan lulusan SD.

4.3.5 Hubungan Sikap Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Indeks
DMF-T Masyarakat Desa Sucopangepok Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember
Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis uji Pearson tentang hubungan antara
sikap dengan indeks DMF-T. Hasil analisis menunjukkan sikap menjaga
kesehatan gigi dan mulut tidak memiliki hubungan dengan indeks DMF-T. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya perubahan fisik dan psikologis pada
responden juga kemungkinan teori tentang sikap yang tidak diterapakan sehari-
hari, khususnya mengenai kebersihan gigi dan mulut (Tjahja dan Lely, 2013).
Sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda karena tindakan nyata tidak
hanya ditentukan oleh sikap semata tapi juga faktor lainnya (Rahayu dkk., 2014).

4.3.6 Hubungan Sikap Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Indeks
OHI-S Masyarakat Desa Sucopangepok Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis uji Pearson tentang hubungan antara
sikap dengan indeks OHI-S. Hasil analisis menunjukkan sikap menjaga kesehatan
gigi dan mulut memiliki hubungan dengan indeks OHI-S. Penyakit gigi dan mulut
saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sikap
masyarakat mengenai pentingnya perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut (Wulandari dkk., 2017). Sikap memelihara kesehatan gigi dan mulut yang
jelek akan menyebabkan banyaknya sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi
yang akan menumpuk menjadi plak. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
kurangnya makan makanan yang banyak mengandung serat dan tidak
memerisakan gigi secara rutin. Fator kesadaran dalam menjaga kebersihan gigi
dan mulut mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut (Sukanti, 2018).

DAFTAR PUSTAKA:
Sherlyta, M., R. Wardani, dan S. Susilawati. 2017. Tingkat Kebersihan Gigi dan
Mulut Siswa Sekolah Dasa Negeri di Desa Tertinggal Kabupaten Bandung.
Jurnal Kedokteran Gigi Unpad. 29(1): 69-76.
Anggraini, C. W., M. Aris., dan P. Pujiastuti. 2016. Gambaran Status Kebersihan
Rongga Mulut dan Status Gingiva Pasien RSGM Universitas Jember
Oktober-November Tahun 2015. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 4(3): 525-
532.
Wulandari, F. K., D. H. C. Pangemanan., dan C. N. Mintjelungan. 2017. Perilaku
Pemeliharaan dan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di
Kelurahan Paniki Kabupaten Sitaro. Jurnal e-Gigi. 5(2): 197: 201.
Basuni, Cholil, dan D. K. T Putri. 2014. Gambaran Indeks Kebersihan Mulut
Terhadap Tingkat Pendidikan Masyarakat desa Kutung Ujung Kabupaten
Banjar. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2(1): 18-23.

Ningsih, D. S. 2015. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kebersihan Rongga


Mulut Anak Panti Asuhan. ODONTO Dental Journal. 2(1): 14-18.

Rahayu, J. S. Widyati, dan N. Widyanti. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan,


Sikap, dan Perilaku Terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Sikap Pra Lansia Posbindu Kecamatan Indihyang Kota
Tasikmalaya. Majalah Kedokteran Gigi. 21(1): 27-32.
Rattu, A. J. M. 2017. Hubungan antara Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Terhadap Karies SMAN 1 Manado. Manado: FKG Universitas Sam
Ratulangi

Sukanti, E. 2018. Hubungan Perilaku Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut


dengan Indeks OHI-S Siwa SMAN 6 Gadut Kabupaten Agam. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 12(1): 39-43.

Tjahja, N. dan Lely, M. A. 2013. Hubungan Pengetahuan Kebersihan Gigi dan


Mulut dengan Pengetahuan dan Sikap Responden di Beberapa Puskesmas di
Provinsi Jawa Barat. Media Litbang Kesehatan. 15(4)

Anda mungkin juga menyukai