Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Kurikulum

Kurikulum dalam arti sempit adalah jumlah mata pelajaran yang harus dituntaskan
oleh siswa untuk mendapatkan ijazah,ijazah menggambarkan tingkat kemampuan. Namun
tidak bisa dipungkiri bahwa di zaman sekarang, ijazah tidak dapat dijadikan alat ukur untuk
tingkat kemampuan seseorang, karena ijazah bisa saja direkayasa hasilnya.
Kurikulum dalam arti luas adalah bukan hanya jumlah mata pelajaran tetapi
bagaimana guru atau pihak sekolah mendorong siswa untuk belajar di dalam maupun di luar
lingkungan sekolah. Dalam artian, bahwa siswa bukan hanya mendapatkan materi yang
sekedar menggambarkan, Tetapi siswa mampu melihat atau merasakan langsung di
kehidupan nyata. Sehingga siswa mampu untuk lebih memahami apa yang
dipelajarinya.selain itu, sumber belajar bukan hanya pada buku dan guru. Tetapi dapat
diperoleh di lingkungan luar, seperti masyarakat,media,dan pengalaman.
Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran
2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Kurikulum dikembangkan berlandaskan :
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional
2. Sosial agama dan budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat
3. Perkembangan peserta didik
4. Keadaan lingkungan
5. Kebutuhan pembangunan
6. Perkembangan IPTEK
Dalam hal ini, kurikulum dikembangkan dan selalu mengalami perubahan karena disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat.

Pengertian Kurikulum

Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang dari
satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan
baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya tahun 1856.

Artinya pada waktu itu artinya ialah:


1. A race course ; a place for running ; a chariot.
2. A courase in general ; applied particulary to the course of study in a university.

Jadi dengan “kurikulum” dimaksud jarak yang harus di tempuh oleh pelari atau kereta dalam
perlombaan, dari awal sampai akhir. “kurikulum” juga berarti “chariot” semacam kereta pacu
pada zaman dahulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari “start” sampai “finish”.

Disampaing penggunaan “kurikulum” semula dalam bidang olah raga, kemudian dipakai
dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.

Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima
puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di America serikat.
Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum
sama artinya dengan rencana pelajaran.

Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan. Para ahli-
ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah yang lebih luas.

Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin
selalu memperbaiki.

Selain itu yang mempengaruhi perubahan dari makna atau arti kurikulum adalah
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan dan
kebutuhan masyarakat.

Disamping itu banyak timbul pendapat-pendapat baru, tentang hakikat dan perkembangan
anak, cara belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan yang memaksa diadakannya
perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah proses yang tak hentinya,
yang harus dilakukan secara kontinu.

Namun, mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah, praktek pendidikan disekolah
senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan suatu yang
aneh. Bila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setelah 50 sampai 75 tahun
kemudian.

Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbulah berbagai macam definisi kurikulum,
sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya kurikulum itu. Akhirnya setiap
pendidikan, setiap guru harus menentukan sendiri apakah kurikulum itu bagi dirinya.
Pengertian yang dianut oleh seseorang akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam
kelas maupun diluar kelas.

Dibawah ini beberapa kurikulum menurut beberapa kurikulum menurut beberapa ahli
kurikulum.

1. J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum planning for better
teaching and learning (1956). Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha
untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar
sekolah termasuk kurikulum.

Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan extra kurikuler


2. Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum (1965).
Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan definisi saylor dan
Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-
kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.

3. B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores. Memandang kurikulum sebagai
“a sequence of potential experience set up in the school for the purpose of diseliping ehildren
and youth in group ways of thinking and acthing”. Mereka melihat kurikulum sebagai
sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar
mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

4. William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966) menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut:

Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan
kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah.

Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam
kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi
termasuk kurikulum.

5. J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya secondary school improfement
(1973). Juga menganut definisi kurikulum yang luas, menurut mereka dalam kurikulum juga
termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program,
perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-
hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.

6. Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Dalam bukunya
changing the curriculum : a social process (1946) ia mengemukakan bahwa kurikulum juga
meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap
orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik, dan
personalia. Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan
hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita serta norma-
norma melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah.

7. Edward A, Krug dalam secondary school curriculum (1960) menunjukan pendirian


yang terbatas tapi realities tentang kurikulum, kurikulum dilihatnya sebagai cita-cita dan
usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai
perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah tangga,
lembaga agama, masyarakat, dan lain-lainnya.

Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga kita peroleh
penggolongan sebagai bertikut:

1) Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembangan
kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.

2) Kurikulum yang pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh
sekolah untuk mencapai tujuannya.
3) Kurikulum dapat pula dipamdang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari
siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu.

4) Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan


perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara actual menjadi
kenyataan pada setial siswa.

Anda mungkin juga menyukai