Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

F3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Topik : BIAS

Disusun oleh :

dr. Rico Firdaus Permana

Pendamping :

dr. Helena Agestine M.S


NIP. 446/7867/415.25/2015

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

JAWA TIMUR

2019
LATAR Tetanus neonatorum, Difteri dan Campak masih merupakan
BELAKANG masalah kesehatan di Indonesia, sebagaimana data tahun 2006
menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian bayi di Indonesia
adalah 28% karena tetanus neonatorum, 30.000 anak setiap tahunnya
meninggal karena Campak serta 1401 kasus difteri tahun 2008-2011.
Attack ratetetanus neonatorum pada bayi dari ibu yang tidak
mendapatkan imunisasi tetanus sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup
dan case fatality rate antara 30% sampai 90%. Kekebalan terhadap
penyakit ini hanya diperoleh melalui imunisasi tetanus minimal dua
dosis. Perlindungan jangka panjang diperoleh jika mendapatkan
imunisasi tetanus sebanyak 5 dosis (status T5). Untuk mempercepat
eliminasi tetanus neonatorum kurang dari 1/1000 kelahiran hidup di
tingkat Kabupaten/Kota dalam 1 tahun sesuai ketentuan WHO,
diperlukan upaya pencapaian status T5 bagi semua WUS. Pemberian
imunisasi DT dan Td pada anak sekolah dasar atau sederajat
merupakan rangkaian upaya mencapai status T5 bagi setiap individu.
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
sangat infeksius. Tanpa imunisasi, penyakit ini akan menyerang hampir
setiap anak. Komplikasi campak seperti radang paru (pneumonia),
berak–berak (diare), radang telinga (otitis media), dan radang otak
(ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi buruk dapat menimbulkan
cacat dan kematian. Indonesia merupakan salah satu negara
berpenduduk terbesar di dunia dengan cakupan imunisasi yang masih
di bawah 80%, sehingga Indonesia menjadi negara yang sangat rawan
terhadap penyakit campak, seperti yang ditunjukkan oleh data tahun
2006 bahwa angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan
30.000 kematian. Kondisi ini menempatkan Indonesia menjadi salah
satu dari 47 negara prioritas yang diidentifikasi oleh WHO dan UNICEF
untuk melaksanakan akselerasi dan menjaga kesinambungan dari
reduksi campak.
Pada tahun 2011-2013, Indonesia tercatat sebagai negara
kedua dengan kasus difteri terbanyak di dunia. Berdasarkan data
surveilans, pada tahun 2010 dan 2012 terjadi peningkatan jumlah
kasus difteri yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia yang perlu
disikapi secara cepat dan tepat. Untuk memutus rantai penularan
penyakit difteri dilakukan upaya pencegahan dengan pemberian
imunisasi pada bayi dan dilanjutkan dengan imunisasi pada anak
sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3. Pelaksanaan kegiatan BIAS ini
dilakukan secara aman melalui prosedur safe injection yang benar.
PERMASALAHAN Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka
imunisasi Campak rutin saja belum cukup untuk untuk mencapai
target eliminasi Campak. Pemberian imunisasi MR pada usia 9
bulan sampai dengan <15 tahun dengan cakupan tinggi (minimal
95%) dan merata diharapkan akan membentuk imunitas
kelompok ( herd immunity), sehingga dapat mengurangi
transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi
kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi.
PERENCANAAN Karena hasil kegiatan surveilans yang dilakukan setiap tahun
DAN PEMILIHAN melaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect Campak dan hasil
INTERVENSI laboratorium terhadap kasus tersebut diketahui bahwa 12-39%
diantaranya adalah Campak pasti (confirmed), dan sebanyak 16-43%
adalah Rubbela pasti maka intervensi kegiatan ini adalah Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang di khususkan untuk siswa/siswi
kelas 1 SD dan 2 SD.
PELAKSANAAN Imunisasi dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2019 di MIN 4
Rejoso, Peterongan, Jombang pada pukul 07.30 – selesai, kegiatan ini di
awali dengan skrining kesehatan diantaranya pemeriksaan gigi, telinga,
kuku, kulit rambut, serta pemeriksaan mata. Setelah skrining selasai, di
lakukan imunisasi MR kepada siswa/siswi dengan metode penyuntikan
di lengan kiri secara subkutan.
MONITORING Kelanjutan kegiatan BIAS yaitu dengan Sweeping/pelacakan bagi murid
DAN EVALUASI yang belum mendapatkan imunisasi saat pelaksanaan dikarenakan
sakit,tidak masuk atau karena sebab lainya. Kegiatan lainya adalah
yaitu kerjasama dengan guru dan orang tua murid untuk pelaporan
KIPI/Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.

Peterongan, 03 Januari 2019


dr. Rico Firdaus Permana

Anda mungkin juga menyukai