keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh normal (Zulkifli,2006)
Gagal napas akut adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis (Corwin, 2009).
Gagal napas akut adalah memburuknya proses pertukaran gas paru yang mendadak dan
mengancam jiwa, menyebabkan retensi karbon dioksida dan oksigen yang tidak adekuat
(Morton, 2011).
Urden, Stacy dan Lough mendifinisikan gagal napas akut sebagai suatu keadaan klinis yaitu
sistem pulmonal tidak mampu mempertahankan pertukaran gas yang adekuat (Chang, 2009).
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi
B. Gejala klinis
A. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway
a. Peningkatansekresipernapasan
b. Bunyinafaskrekels, ronkidanmengi
2. Breathing
b. Menggunakanototaksesoripernapasan
3. Circulation
b. Sakitkepala
d. Papiledema
e. Penurunanhaluaran urine
f. Kapiler refill
g. Sianosis.
PengkajianSekunder
3. Eliminasi
Kajihaluaranurin, diare/konstipasi.
4. Makanan/cairan
5. Nyeri/kenyamanan
Nyeripadasatusisi, ekspresimeringis.
6. Neurosensori
Kelemahan :perubahankesadaran.
Chang, Ester, 2009, Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan,
EGC: Jakarta
EGC: Jakarta
Morton, Patricia Gonce, 2011, Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Kep. Holistik, Ed. 8,Egc:
Jakarta
. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
h. PaCO2, mmHg.
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada PaO2, PaCO2, dan
pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Analisa Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik, serta untuk mengetahui apakah klien mengalami asidosis metabolik,
alkalosis metabolik, atau keduanya pada klien yang sudah lama mengalami gagal napas.
Selain itu, pemeriksaan ini juga sangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi
kemajuan terapi atau pengobatan yang diberikan terhadap klien.
b) Radiologi
Berdasarkan pada foto thoraks PA/AP dan lateral serta fluoroskopi akan banyak data yang
diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi, pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks,
sembab paru, dan tumor paru.
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
restriksi paru. Nilai normal atau FEV1 > 83% prediksi. Ada obstruksi bila FEV1 < 70% dan
FEV1/FVC lebih rendah dari nilai normal. Jika FEV1 normal, tetapi FEV1/FVC sama atau
lebih besar dari nilai normal, keadaan ini menunjukkan ada restriksi.
d) Elektrokardiogram (EKG)
Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai dengan perubahan
gelombang P meninggi di sadapan II, III dan aVF, serta jantung yang mengalami hipertrofi
ventrikel kanan. Iskemia dan aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan
oksigenasi.
e) Pemeriksaan Sputum
Yang perlu diperhatikan ialah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu lakukan kultur dan uji
kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika dijumpai ada garis-garis darah pada sputum (blood
streaked), kemungkinan disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia, TB paru,
dan keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu dan berbuih (pink frothy), kemungkinan
disebabkan edema paru. Untuk sputum yang mengandung banyak sekali darah (grossy
bloody), lebih sering merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.
· Hipoksemia
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
Ø Hemodinamik
VII. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik, serta untuk mengetahui apakah klien mengalami asidosis metabolik,
alkalosis metabolik, atau keduanya pada klien yang sudah lama mengalami gagal napas.
Selain itu, pemeriksaan ini juga sangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi
kemajuan terapi atau pengobatan yang diberikan terhadap klien.
b) Radiologi
Berdasarkan pada foto thoraks PA/AP dan lateral serta fluoroskopi akan banyak data yang
diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi, pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks,
sembab paru, dan tumor paru.
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
restriksi paru. Nilai normal atau FEV1 > 83% prediksi. Ada obstruksi bila FEV1 < 70% dan
FEV1/FVC lebih rendah dari nilai normal. Jika FEV1 normal, tetapi FEV1/FVC sama atau
lebih besar dari nilai normal, keadaan ini menunjukkan ada restriksi.
d) Elektrokardiogram (EKG)
Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai dengan perubahan
gelombang P meninggi di sadapan II, III dan aVF, serta jantung yang mengalami hipertrofi
ventrikel kanan. Iskemia dan aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan
oksigenasi.
e) Pemeriksaan Sputum
Yang perlu diperhatikan ialah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu lakukan kultur dan uji
kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika dijumpai ada garis-garis darah pada sputum (blood
streaked), kemungkinan disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia, TB paru,
dan keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu dan berbuih (pink frothy), kemungkinan
disebabkan edema paru. Untuk sputum yang mengandung banyak sekali darah (grossy
bloody), lebih sering merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.
· Hipoksemia
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
Ø Hemodinamik
IX. Komplikasi
X. Penatalaksanaan Medis
Terapi oksigen : Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
Inhalasi nebulizer
Fisioterapi dada
Pemantauan hemodinamik/jantung
Farmakoterapi
Terapi intravena (koloid atau kristaloid, tergantung pada analisis kimia darah).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
v Riwayat keluarga
§ Riwayat pasien tentang gangguan petnafasan yang baru diderita, terkena infeksi, adanya
alergi/iritasi, trauma.
v Pengkajian Primer
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
v Aktivitas / Istirahat
v Sirkulasi
§ Gejala : riwayat adanya bedah jantung paru, fenomena embolik (darah, udara, lemak)
§ Tanda :
a.TD : dapat normal atau meningkat pada awal (berlangjut menjadi hipoksia) ; hipotensi
terjadi pada tahap lanjut (syok) atau dapat factor pencetus seperti pada eklampsia.
c. Bunyi jantung : normal pada tahap dini ; S2 (komponen paru) dapat terjadi
v Integritas Ego
v Makanan / cairan
§ Gejala : kehilangan selera makan, mual
§ Tanda : edema atau perubahan berat badan, hilang atau berkurangnya bunyi usus
v Neurosensori
v Pernafasan
§ Gejala : adanya aspirasi atau tenggelam, inhalasi asap atau gas, infeksi difus paru. Timbul
tiba – tiba atau bertahap, kesulitan nafas, lapar udara.
§ Tanda:
b.Bunyi nafas : pada awal normal, ronki, dan dapat terjadi bunyi nafas bronchial.
Penatalaksanaan Medis
Terapi oksigen : Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
Inhalasi nebulizer
Fisioterapi dada
Pemantauan hemodinamik/jantung
Farmakoterapi
Bronkodilator untuk memperlebar jalan napas dan meningkatkan ruang udara
Antibiotik untuk menurunkan infeksi .
Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi membran alveolar
Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
Terapi intravena (koloid atau kristaloid, tergantung pada analisis kimia darah).
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan kemampuan
batuk efektif ditandai dengan perubahan dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat ditandai
dengan ketidakcocokan ventilasi atau ferfusi dengan peningkatan ruang mati dan pirau
intrapulmonal.
Kolaborasi :
Kolaborasi : 1.Kelembaban menghilangkan dan
1. Berikan oksigen memobilisasi secret dan
lembab meningkatkan tranpor oksigen.
3. Meninhkatkan
drainase/eliminasi secret paru
kedalam sentral bronkus, dimana
3. Bantu dengan dapat lebih siap dibatukkan atau
memberikan dihisap keluar.
fisioterapi dada,
contoh drainase
postural
2.Tinggikan kepala
dan bantu mengubah
2.Berpartisipasi dalam posisi. Bangunkan 2. Duduk tinggi memungkinkan
aktivitas/perilaku pasien turun tempat ekspansi paru dan memudahkan
meningkatkan fungsi paru. tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.
3. Observasi pola
batuk dan karakter
secret.
6.Evaluasi tingkat
intoleransi aktivitas.
Berikan lingkungan 6.Selama distress pernafasan
tenang dan kalem. berat/akut/refraktori pasien secara
total tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari karena
hipoksemia dan dispnea.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
Berikan oksigen
tambahan yang sesuai Dapat memperbaiki atau
dengan indikasi hasil mencegah memburuknya
GDA dan toleransi hipoksia.
pasien.