Anda di halaman 1dari 17

Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan suatu

keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh normal (Zulkifli,2006)

Gagal napas akut adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis (Corwin, 2009).
Gagal napas akut adalah memburuknya proses pertukaran gas paru yang mendadak dan
mengancam jiwa, menyebabkan retensi karbon dioksida dan oksigen yang tidak adekuat
(Morton, 2011).
Urden, Stacy dan Lough mendifinisikan gagal napas akut sebagai suatu keadaan klinis yaitu
sistem pulmonal tidak mampu mempertahankan pertukaran gas yang adekuat (Chang, 2009).

IV. TANDA DAN GEJALA KLINIS


A. Tanda

Gagal nafas total

• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.

• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi

• Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan

Gagal nafas parsial

• Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.

• Ada retraksi dada

B. Gejala klinis

• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)

• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

Batuk dan berdahak

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian Primer

1. Airway
a. Peningkatansekresipernapasan

b. Bunyinafaskrekels, ronkidanmengi

2. Breathing

a. Distress pernapasan :pernapasancupinghidung, takipneu/bradipneu, retraksi.

b. Menggunakanototaksesoripernapasan

c. Kesulitanbernafas : diaforesis, sianosis

3. Circulation

a. Penurunancurahjantung : gelisah, letargi, takikardia

b. Sakitkepala

c. Gangguantingkatkesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk

d. Papiledema

e. Penurunanhaluaran urine

f. Kapiler refill

g. Sianosis.

PengkajianSekunder

1. Pemeriksaanfisik head to toe.

2. Pemeriksaankeadaanumum dan kesadaran

3. Eliminasi

Kajihaluaranurin, diare/konstipasi.

4. Makanan/cairan

Penambahan BB yang signifikan, pembengkakanekstrimitasoedemapadabagiantubuh.

5. Nyeri/kenyamanan

Nyeripadasatusisi, ekspresimeringis.

6. Neurosensori

Kelemahan :perubahankesadaran.
Chang, Ester, 2009, Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan,

EGC: Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), BukusakuPatofisiologi, Edisibahasa Indonesia,

EGC: Jakarta

Morton, Patricia Gonce, 2011, Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Kep. Holistik, Ed. 8,Egc:

Jakarta

. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan fungsi ventilasi

a. Frekuensi pernafasan per menit

b. Volume tidal

c. Ventilasi semenit

d. Kapasitas vital paksa

e. Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik

f. Daya inspirasi maksimum

g. Rasio ruang mati/volume tidal

h. PaCO2, mmHg.

2. Pemeriksaan status oksigen

3. Pemeriksaan status asam-basa

4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada PaO2, PaCO2, dan
pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.

5. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2

6. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan


7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah, sputum) untuk menentukan
penyebab utama dari kondisi pasien.

8. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.

9. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan, disritmia.

10. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :

a. Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi

b. Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi

c. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini

d. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut

11. Pemeriksaan Rontgent Dada :

a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru

b. Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli

12. Tes Fungsi paru :

a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru

b. Pirau kanan-kiri meningkat

Pemeriksaan laboratorium /penunjang


• SpO2
• ETCO2
• Analisis gas darah
• Foto torak

Pemeriksaan Diagnostik
a) Analisa Gas Darah Arteri

Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik, serta untuk mengetahui apakah klien mengalami asidosis metabolik,
alkalosis metabolik, atau keduanya pada klien yang sudah lama mengalami gagal napas.
Selain itu, pemeriksaan ini juga sangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi
kemajuan terapi atau pengobatan yang diberikan terhadap klien.

b) Radiologi
Berdasarkan pada foto thoraks PA/AP dan lateral serta fluoroskopi akan banyak data yang
diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi, pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks,
sembab paru, dan tumor paru.

c) Pengukuran Fugnsi Paru

Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
restriksi paru. Nilai normal atau FEV1 > 83% prediksi. Ada obstruksi bila FEV1 < 70% dan
FEV1/FVC lebih rendah dari nilai normal. Jika FEV1 normal, tetapi FEV1/FVC sama atau
lebih besar dari nilai normal, keadaan ini menunjukkan ada restriksi.

d) Elektrokardiogram (EKG)

Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai dengan perubahan
gelombang P meninggi di sadapan II, III dan aVF, serta jantung yang mengalami hipertrofi
ventrikel kanan. Iskemia dan aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan
oksigenasi.

e) Pemeriksaan Sputum

Yang perlu diperhatikan ialah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu lakukan kultur dan uji
kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika dijumpai ada garis-garis darah pada sputum (blood
streaked), kemungkinan disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia, TB paru,
dan keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu dan berbuih (pink frothy), kemungkinan
disebabkan edema paru. Untuk sputum yang mengandung banyak sekali darah (grossy
bloody), lebih sering merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Ø Pemerikasan gas-gas darah arteri

· Hipoksemia

ü Ringan : PaO2 < 80 mmHg

ü Sedang : PaO2 < 60 mmHg

ü Berat : PaO2 < 40 mmHg

Ø Pemeriksaan rontgen dada

Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

Ø Hemodinamik
VII. Pemeriksaan Diagnostik

a) Analisa Gas Darah Arteri

Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik, serta untuk mengetahui apakah klien mengalami asidosis metabolik,
alkalosis metabolik, atau keduanya pada klien yang sudah lama mengalami gagal napas.
Selain itu, pemeriksaan ini juga sangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi
kemajuan terapi atau pengobatan yang diberikan terhadap klien.

b) Radiologi

Berdasarkan pada foto thoraks PA/AP dan lateral serta fluoroskopi akan banyak data yang
diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi, pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks,
sembab paru, dan tumor paru.

c) Pengukuran Fugnsi Paru

Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
restriksi paru. Nilai normal atau FEV1 > 83% prediksi. Ada obstruksi bila FEV1 < 70% dan
FEV1/FVC lebih rendah dari nilai normal. Jika FEV1 normal, tetapi FEV1/FVC sama atau
lebih besar dari nilai normal, keadaan ini menunjukkan ada restriksi.

d) Elektrokardiogram (EKG)

Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai dengan perubahan
gelombang P meninggi di sadapan II, III dan aVF, serta jantung yang mengalami hipertrofi
ventrikel kanan. Iskemia dan aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan
oksigenasi.

e) Pemeriksaan Sputum

Yang perlu diperhatikan ialah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu lakukan kultur dan uji
kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika dijumpai ada garis-garis darah pada sputum (blood
streaked), kemungkinan disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia, TB paru,
dan keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu dan berbuih (pink frothy), kemungkinan
disebabkan edema paru. Untuk sputum yang mengandung banyak sekali darah (grossy
bloody), lebih sering merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Ø Pemerikasan gas-gas darah arteri

· Hipoksemia

ü Ringan : PaO2 < 80 mmHg


ü Sedang : PaO2 < 60 mmHg

ü Berat : PaO2 < 40 mmHg

Ø Pemeriksaan rontgen dada

Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

Ø Hemodinamik

IX. Komplikasi

Sindrom distres pernapasan dewasa (SDPD)

PPOM dan ashma

X. Penatalaksanaan Medis

Terapi oksigen : Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong

Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP

Inhalasi nebulizer

Fisioterapi dada

Pemantauan hemodinamik/jantung

Farmakoterapi

§ Bronkodilator untuk memperlebar jalan napas dan meningkatkan ruang udara

§ Antibiotik untuk menurunkan infeksi .

§ Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi membran alveolar

Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

Terapi intravena (koloid atau kristaloid, tergantung pada analisis kimia darah).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

v Riwayat keluarga

§ Riwayat keluarga tentang alergi dan penyakit keturunan

§ Riwayat pasien tentang gangguan petnafasan yang baru diderita, terkena infeksi, adanya
alergi/iritasi, trauma.

v Pengkajian Primer
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine

v Aktivitas / Istirahat

§ Gejala : kekurangan energy, insomnia

v Sirkulasi

§ Gejala : riwayat adanya bedah jantung paru, fenomena embolik (darah, udara, lemak)

§ Tanda :

a.TD : dapat normal atau meningkat pada awal (berlangjut menjadi hipoksia) ; hipotensi
terjadi pada tahap lanjut (syok) atau dapat factor pencetus seperti pada eklampsia.

b. Frekuensi jantung : takikardi biasanya ada

c. Bunyi jantung : normal pada tahap dini ; S2 (komponen paru) dapat terjadi

v Integritas Ego

§ Gejala : ketakutan, ancaman perasaan takut

§ Tanda : gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan mental

v Makanan / cairan
§ Gejala : kehilangan selera makan, mual

§ Tanda : edema atau perubahan berat badan, hilang atau berkurangnya bunyi usus

v Neurosensori

§ Gejala/tanda : adanya trauma kepala, mental lamban, disfungsi motor.

v Pernafasan

§ Gejala : adanya aspirasi atau tenggelam, inhalasi asap atau gas, infeksi difus paru. Timbul
tiba – tiba atau bertahap, kesulitan nafas, lapar udara.

§ Tanda:

a.Pernafasan : cepat, mendengkur, dangkal.

b.Bunyi nafas : pada awal normal, ronki, dan dapat terjadi bunyi nafas bronchial.

Penatalaksanaan Medis
Terapi oksigen : Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
Inhalasi nebulizer
Fisioterapi dada
Pemantauan hemodinamik/jantung
Farmakoterapi
 Bronkodilator untuk memperlebar jalan napas dan meningkatkan ruang udara
 Antibiotik untuk menurunkan infeksi .
 Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi membran alveolar
Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
Terapi intravena (koloid atau kristaloid, tergantung pada analisis kimia darah).
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan kemampuan
batuk efektif ditandai dengan perubahan dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ventilasi tidak adekuat ditandai


dengan perubahan dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan.

3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat ditandai
dengan ketidakcocokan ventilasi atau ferfusi dengan peningkatan ruang mati dan pirau
intrapulmonal.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah ditandai dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.

5. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis ditandai dengan ketakutan, gelisah.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan pasien


tidak mengetahui tentang penyakitnya.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

QDX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. 11 Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
keperawatan selama …. x 24
jam diharapkan 1.Catat upaya dan 1. Penggunaan otot
ketidakefektifan bersihan jalan pola bernafas. interkostal/abdominal dan
nafas bisa teratasi dengan pelebaran nasal menunjukkan
kriteria hasil : peningkatan upaya bernafas.

1.Mempertahankan jalan nafas 2. Ekspansi dada terbatas atau tak


pasien dengan bunyi nafas 2.Observasi sama sehubungan dengan
bersih/tidak ronki. penurunan akumulasi cairan,edema, dan secret
ekspansi dinding dalam seksi lobus. Konsolidasi
2 Menunjukkan perilaku untuk dada dan adnya paru dan pengisian cairan dapat
memperbaiki/mempertahankan peningkatan meningkatkan fremitus.
bersihan jalan nafas. fremitus. 3. Memudahkan memelihara jalan
3.Pertahankan nafas atas paten bila jalan nafas
posisi pasien dipengaruhi misalnya
tubuh/kepala tepat gangguan tingkat kesadaran, sedasi
dan gunakan alat dan trauma maksilofasial.
jalan nafas sesuai 4. Pengumpulan sekresi
kebutuhan. mengganggu ventilasi atau edema
4.Bantu dengan paru dan bila pasien tidak
batuk/nafas dalam, diintubasi, peningkatan cairan oral
ubah posisi dan dapat mengencerkan/
penghisapan meningkatkan pengeluaran.
sesuai indikasi.

Kolaborasi :
Kolaborasi : 1.Kelembaban menghilangkan dan
1. Berikan oksigen memobilisasi secret dan
lembab meningkatkan tranpor oksigen.

2. Pengobatan dibuat untuk


mengirimkan
2. Berikan terapi oksigen/bronkodilatasi/kelembaban
aerosol, nebuliser dengan kuat pada alceoli dan untuk
ultrasonic memobilisasi secret.

3. Meninhkatkan
drainase/eliminasi secret paru
kedalam sentral bronkus, dimana
3. Bantu dengan dapat lebih siap dibatukkan atau
memberikan dihisap keluar.
fisioterapi dada,
contoh drainase
postural

2. 22 Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :


keperawatan selama ….x 24
jam diharapkan 1.Kaji frekuensi, 1.Kedalaman pernafasan
ketidakefektifan pola nafas kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
teratasi dengan kriteria hasil : dan ekspansi dada. nafas.
Catat upaya
1.Menunjukkan pola nafas pernafasan, termasuk
efektif dengan frekuensi dan penggunaan otot
kedalaman dalam rentang
normal dan paru jelas/bersih. bantu/pelebaran nafas.

2.Tinggikan kepala
dan bantu mengubah
2.Berpartisipasi dalam posisi. Bangunkan 2. Duduk tinggi memungkinkan
aktivitas/perilaku pasien turun tempat ekspansi paru dan memudahkan
meningkatkan fungsi paru. tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.

3. Observasi pola
batuk dan karakter
secret.

Kolaborasi : 3. Kongesti alveolar


mengakibatkan batuk
1.Berikan oksigen kering/iritasi.
tambahan
Kolaborasi :
2. Berikan
humidifikasi 1.Memaksimalkan bernafas dan
tambahan , mis. menurunkan kerja nafas.
Nebuliser ultrasonic
2. Memberikan kelembaban pada
3.Siapkan untuk bantu membrane mukosa dan membantu
bronkoskopi pengenceran secret untuk
memudahkan pembersihan.

3.Kadang berguna untuk


membuang bekuan darah dan
membersihkan jalan nafas.

3. 33 Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :


keperawatan selama ….x24
jam diharapkan kerusakan 1. Kaji frekuensi, 1.Berguna dalam evaluasi derajat
pertukaran gas dapat teratasi kedalaman distress pernafasan dan atau
dengan kriteria hasil : pernafasan. Catat kronisnya proses penyakit.
penggunaan aksesori,
1. menunjukkan perbaikan bafas bibir,
ventilasi dan oksigenasi ketidakmampuan
jaringan dengan GDA dalam bicara / berbincang.
rentang normal dan tak ada
gejala distress pernafasan. 2. Tinggikan kepala
tempat tidur, bantu
2. Berpartisipasi pada pasien untuk memilih
2.Pengiriman oksigen dapat
tindakan untuk posisi yang mudah
diperbaiki dengan posisi duduk
memaksimalkan oksigenasi untuk bernafas.
tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas,
3.Dorong dispnea, dan kerja nafas.
mengeluarkan sputum
; penghisapan bila 3.Kental, tebal dan banyaknya
diindikasikan. sekresi adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas pada
4. Auskultasi bunyi jalan nafas kecil.
nafas; catat area
penurunan aliran 4. Bunyi nafas mungkin redup
udara dan atau bunyi karena penurunan aliran udara
tambahan. atau area konsolidasi. Adanya
mengi mengidentifikasikan
spasme bronkus/tertahannya
secret.
5.Awasi tingkat
kesadaran/status 5.Gelisah dan ansietas adalah
mental. manifestasi umum pada hipoksia.

6.Evaluasi tingkat
intoleransi aktivitas.
Berikan lingkungan 6.Selama distress pernafasan
tenang dan kalem. berat/akut/refraktori pasien secara
total tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari karena
hipoksemia dan dispnea.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
Berikan oksigen
tambahan yang sesuai Dapat memperbaiki atau
dengan indikasi hasil mencegah memburuknya
GDA dan toleransi hipoksia.
pasien.

4. 44 Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :


keperawatan selama ….x 24
jam diharapkan kebutuhan 1.Kaji kebiasaan diet, 1.Pasien distress pernafasan akut
nutrisi klien terpenuhi dengan masukan makanan sering anoreksia karena dispnea,
kriteria hasil : saat ini. Catat derajat produksi sputum dan obat.
kesulitan makan.
1.Menunjukkan peningkatan Evaluasi berat badan
berat badan menuju tujuan dan ukuran tubuh.
yang tepat.
2.Hindari makanan
2. Menunjukkan penghasil gas dan
perilaku/perubahan pola minuman karbonat. 2.Dapat menghasilkan distensi
hidup untuk meningkatkan abdomen yang menganggu nafas
dan atau mempertahankan abdomen dan gerakan diafragma,
3.Hindari makanan
berat badan yang tepat. yang sangat panas dan dapat meningkatkan dipsnea.
atau yang sangat
dingin. 3.Suhu ekstrem dapat
meningkatkan spasme batuk.
4.Timbang berat
badan sesuai indikasi

4.Berguna untuk menentukan


kebutuhan kalori, menyusun
Kolaborasi : tujuan berat badan dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
1. Konsul ahli gizi
untuk memberikan Kolaborasi :
makanan yang mudah
dicerna, secara nutrisi 1.Metode dan kebutuhan kalori
seimbang didasarkan pada situasi /
kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal
dengan upaya minimal
2.Berikan oksigen pasien/penggunaan energy.
tambahan sekama
makan sesuai indikasi. 2.Menurunkan dispnea dan
meningkatkan energy untuk
makan meningkatkan masukan.

5. 55 Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :


keperawatan selama …..x 24
jam diharapkan rasa cemas 1.Observasi tingkat 1.Memburuknya hipoksemia dapat
klien teratasi dengan kriteria kegagalan pernafasan, menyebabkan atau meningkatkan
hasil : agitasi, gelisal, emosi ansietas.
labil.
1.Tampak rilekas melaporkan
ansietas menurun sampai 2.Pertahankan
lingkungan tenang 2.Menurunkan ansietas dengan
tingkat dapat ditangani. meningkatkan relaksasi dan
dengan sedikit
2.Menunjukkan pemecahan rangsang. penghematan energy.
masalah dan penggunaan
sumber efektif. 3.Tunjukkan/bantu
teknik relaksasi, 3.Memberikan kesempatan untuk
meditasi, bimbingan pasien menangani ansietasnya
imajinasi. sendiri dan merasa terkontrol.
4. Identifikasikan
persepsi pasien
terhadap ancaman 4.Membantu pengenalan ansietas
dan mengidentifikasi tindakan
yang ada oleh situasi. yang dapat membantu untuk
individu.
5. Bantu orang
terdekat untuk 5.Meningkatkan penurunan
berespon positif pada ansietas melihat orang lain tetap
pasien atau situasi. tenang.

6. 66 Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan / kuatkan 1.Menurunkan ansietas dan dapat


keperawatn selama …x 24 penjelasan proses menimbulkan perbaikan
jam diharapkan kurang penyakit individu. partisipasi pada rencana
pengetahuan pasien dapat Dorong pasien / orang pengobatan.
teratasi dengan kriteria hasil : terdekat untuk
menanyakan
1.Menyatakan pemahaman pertanyaan.
kondisi, proses penyakit dan
pengobatan. 2.Instruksikan/kuatkan
rasional untuk latihan
2. Melakukan perubahan pola nafas, batuk efektif, 2.Nafas bibir dan nafas abdominal
hidup dan berpartisipasi dan latihan kondisi menguatkan otot pernafasan.
dalam program pengobatan. umum. Latihan kondisi umum
meningkatkan toleransi aktivitas,
3.Diskusikan obat kekuatan otot dan rasa sehat.
pernafasan, efek
samping,dan reaksi 3.Pasien ini sering mendapat obat
yang tidak diinginkan. pernafasan banyak sekaligus yang
mempunyai efek samping hampir
sama dan potensial interaksi obat.
Penting bagi pasien untuk
mengetahui efek samping
mengganggu dan efek samping
merugikan.

4.Mempunyai pengetahuan ini


4.Berikan informasi dapat memampukan pasien untuk
tentang pembatasan membuat pilihan / keputusan
aktivitas dan aktiviras informasi untuk menurunkan
pilihan dengan dispnea, memaksimalkan tingkat
periode istirahat untuk aktivitas, melakukan aktivitas
mencegah kelamahan. yang diinginkan, dan mencegah
komplikasi.
Doenges,Marilyn.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Penafasan.Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai