Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCASILA

NAMA : EKA SETIAWAN


NIM : 15040036
JURUSAN : TEKNIK MESIN
MAKUL :PANCASILA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Nilai-nilai pancasila tersebut sudah ada sejak dahulu kala yang merupakan terapan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga
tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Namun sudahkan kita mengetahui bagaimana pancasila itu dibentuk? Apa kendala dalam
pembentukan pancasila tersebut? Untuk itulah kami membuat makalah “Lahirnya Pancasila.”
Agaa kita mengetahui bagaimana perjuangan dalam membuat pancasila itu dan Agar kita sadar
pentingnya pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

B. Tujuan
1. Mengetahui bahwa pancasila dibentuk dengan susah payah
2. Mengetahui bagaimana perjuangan dalam membuat pancasila tersebut
3. Menyadari akan pentingnya pancasila sebagai dasar negara

C. Batasan Masalah
1. Pengertian pancasila
2. Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Pasifik
3. Pembentukan BPUPKI
4. Panitia sembilan
5. Piagam Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara
Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV yang
terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan
Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi yang lima” (dari
bahasa Sangsekerta) Pancasila juga mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima”
(Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan sejak saat itu
haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila tersebut telah dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan
sampai sekarang.
Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
B. Kekalahan Jepang Akan Perang Asia Pasifik
Kegemilangan Jepang dalam berbagai peperangan belumlah membuat bangsa ini puas.
Jepang ingin membentuk Negara Asia Timur Raya. Sehingga memaksa Jepang untuk melibatkan
diri dalam perang untuk mewujudkan negara yang dicita-citakannya. Kendala utama Jepang
adalah amerika serikat yang telah membangun pangkalan militer terlebih dahulu di kawasan
Pasifik yakni Pearl Harbour.Dalam mewujudkan mimpinya untuk mendirikan negara Asia Timur
Raya. Pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang kemudian menyerang pangkalan angkatan laut
Amerika di Pearl Harbour, Hawai. Serangan berlangsung secara mendadak, sehingga dalam
waktu singkat Pearl Harbour dapat dihancurkan.
Angkatan perang Amerika pun membalas Jepang. Angkatan perang Amerika berhasil
memperoleh kemenangan. Sedangkan Jepang semakin lama semakin terdesak, apalagi setelah
Laksamana Yamamoto tewas setelah pesawatnya disergap pesawat tempur Amerika sewaktu
sedang melakukan inspeksi ke pulau Bougenville. Semenjak itu berturut turut Filipina pada 22
Juni 1944, Iwo Jima 17 Maret 1945, Okinawa 21 Juni 1945 berhasil direbut Amerika. Sementara
itu Burma berhasil diduduki Inggris kembali pada tanggal 30 April 1944 oleh Lord Louis
Mountbatten.
Perlawanan demi pelawanan tersebut menyasarkan Jepang untuk mengubah sikap kerasnya.
Apalagi pasukan Jepang terus mengalami kekalahan melawan AS. Untuk itu pemerintah Jepang
mencoba untuk menarik simpati rakyat kembali dengan memberikan janji kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia pada tanggal 7 Setember 1944.

C. Pembentukan BPUPKI
Memasuki tahun 1945, pasukan Jepang terus mengalami kekalahan. Laporan kekalahan dari
medan pertempuran memaksa pemerintah Jepang untuk segera merealisasikan janjinya untuk
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Pada tanggal 1 Maret 1945 panglima
pasukan Jepang di Pulau Jawa, Letnan jendral Kumaici Harada menumumkan pembentukan
badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pengumuman itu
sempat menumbuhkan kepercayaan tokoh pergerakan nasional Indonesia terhadap kesungguhan
pemerintah jepang untuk memberikan kemerdekaan.
Adapun latar belakang pembentukan BPUPKI secara formil, dilihat dari latar belakang
dikeluarnya Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan Facisme (kekuasaan) Jepang yang
sudah sangat terancam. Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk
BPUPKI bukan merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya ingin mementingkan
dirinya sendiri, yaitu: Pertama,Jepang ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatannya dengan
cara memikat hati rakyat Indonesia. Kedua, untuk melaksanakan politik kolonialnya.
Pihak Jepang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk memilih ketua dan anggota
BPUPKI yang semuanya berjumlah 60 orang. Pada tanggal 29 April 1945 penguasa Jepang
mengumumkan Radjiman Widiodiningrat sebagai ketua BPUPKI dan Yoshio Ichibangase
sebagai wakil dari pemerintahan Jepang. Selain itu ada tujuh orang Jepang yang duduk sebagai
pengurus istimewa. Meskipun mereka tidak mempunyai hak suara, tetapi persidangan harus
dihadiri oleh mereka.

I. Rapat Pertama
Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini
dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan
gedung Volksraad, lembaga DPR pada zaman kolonial Belanda.Rapat dibuka pada tanggal 28
Mei 1945 dengan mengadakan pelantikan pengurus dan anggota BPUPKI. Pembahasan dimulai
keesokan harinya 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat
pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu:Peri kebangsaan, Peri kemanusiaan, Peri ketuhanan, Peri kerakyatan, dan
Kesejahteraan rakyat
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu: Persatuan,
Kekeluargaan, Keseimbangan lahir bathin, Musyawarah, dan Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila
yaitu:Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi,
kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan yang Maha Esa
II. Rapat Kedua
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan rancangan Undang-Undang
Dasar. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19
orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno
Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.Dengan
pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah Hindia
Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-
pulau sekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu:Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota), Mr.
Wongsonegoro, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim,
dan Dr. Soekiman
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas
hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut.Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI
menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan
tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan
UUD c. batang tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia
pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil
dari alinea keempat Piagam Jakarta.
D. Panitia Sembilan
Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar
negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia
kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan. Panitia Sembilan
tersebut mempunyai tugas untuk menyatukan pandangan dasar negara Indonesia antara yang
diusulkan golongan nasioanl dan islam. Susunan Panitia Sembilan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang
dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan
rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

E. Piagam Jakarta
Piagam Jakarta yang telah matang disetujui bersama untuk dibacakan pada proklamasi
tanggal17 Agustus dan akan disahkan pada 18 Agustus 1945 itu digagalkan Soekarno dan
kawan-kawannya. Dan ujungnya pada tanggal 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta juga diubah
mendasar. Lewat rapat kilat yang berlangsung tidak sampai tiga jam, hal-hal penting yang
berkenaan dengan Islam dicoret dari naskah aslinya. Dalam rapat yang mendadak yang diinisiatif
oleh Soekarno (dan Hatta) itu, empat wakil umat Islam yang ikut dalam penyusunan Piagam
Jakarta tidak hadir. Yang hadir adalah tokoh-tokoh nasionalis sekuler.
Dalam rapat yang dipimpin Soekarno yang berlangsung pada jam 11.30-13.45 itu diputuskan
: Pertama, Kata Mukaddimah diganti dengan kata Pembukaan. Kedua, Dalam Preambul (Piagam
Jakarta), anak kalimat: “berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi “berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Ketiga, Pasal 6 ayat 1, “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam”, kata-kata “dan
beragama Islam” dicoret. Keempat, Sejalan dengan perubahan yang kedua di atas, maka Pasal 29
ayat 1 menjadi “Negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, sebagai pengganti
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.”
Keputusan Soekarno-Hatta dan orang-orang nasionalis sekuler itu (karena ancaman dari
orang-orang Kristen Indonesia Timur), akhirnya dikecam keras oleh tokoh Islam. Meski tokoh-
tokoh Islam saat itu protes keras, karena merasa dikhianati oleh Soekarno, tapi mereka lebih
memilih jalan damai. Kecuali mungkin DI/TII karena merasa sangat kecewa dengan berbagai
tindakan Soekarno dalam pemerintahannya. Apalagi Soekarno saat itu berjanji bahwa di masa
damai nanti akan lebih tenang menyusun kembali Undang-Undang Dasar.

BAB III
KKESIMPULAN

Kekalahan Jepang dalam perang Asia Pasifik membuat Jepang memberikan janji
kemerdekaan kepada Indonesia. Sebagai realisasi janji tersebut, Jepang membentuk BPUPKI
dengan diketuai oleh orang Indonesia yaitu Radjiman Widiodiningrat. Janji kemerdekaan
tersebut guna untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Dalam pelaksanaanya, BPUPKI tersebut
melaksanakan dua kali sidang.
1. Sidang pertama untuk membentuk dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Ketiga tokoh
golongan nasionalis bergantian mengajukan dasar negara berdasarkan lima prinsip. Namun
golongan Islam dalam rapat tersebut tidak pernah memberikan rincian.
2. Sidang kedua untuk membentuk rancangan UUD. Rancangan UUD tersebut mencakup
Pernyataan indonesia merdeka, Pembukaan UUD dan batang tubuh.
Dalam pelaksanaan sidang pembentukan dasar negara banyak sekali hambatan yang terjadi.
Dalam sidang pertamanya hasil akhir belum dapat diputuskan. Lalu dibentuklah panitia sembilan
untuk melanjutkan sidang pembentukan dasar negara. Disinilah kesepakatan tentang dasar
negara terbentuk. Kesepakatan tersebut dikenal dengan Piagam Jakarta. Namun setelah Piagam
Jakarta tersebut terbentuk, diadakan lagi perubahan karena teradapat unsur-unsur Islam. Hal-hal
penting yang berkenaan dengan Islam dicoret dari naskah aslinya. Barulah setelah itu dasar
negara disahkan dan disepakati bersama dan dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia sampai
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hapsari Ratna, Syukur Abdul. 2008. Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk SMA Kelas
XII Program IPS. Jakarta: Penerbit Erlangga
2. Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994.Tata Negara Sekolah Menngah
Umum. Surakarta: PT. Pabelan.
3. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
4. www.google.com
5. www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai