1
Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan.
2
Pasal 1 angka 3 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan.
PENGATURAN UMUM
a. UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabenan;
b. UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
c. PP No. 21 Tahun 1996 tentang Penindakan di Bidang Kepabeanan;
d. PP No. 22 Tahun 1996 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi
Kepabeanan, yang kemudian berubah dengan adanya UU No. 17 Tahun
PENGERTIAN
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean3,
yang dilakukan oleh importir baik orang perorangan atau badan hukum4.
Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai
barang impor dan terutang bea masuk, sehingga sejak saat itu sebagai
konsekuensi yuridisnya pejabat bea dan cukai memiliki wewenang untuk
melakukan pengawasan atas barang tersebut.
Masuknya barang impor tersebut menggunakan pengangkut yang
didefinisikan sebagai orang, kuasanya, atau yang bertanggung jawab atas
pengoperasian sarana pengangkut yang mengangkut barang dan/atau orang.
A. KEGIATAN
Pemeriksaan pabean dilakukan terhadap barang-barang impor yang
meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang, dengan tata cara
pemeriksaan diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri,
yakni :
a. KMK No. 453/KMK.04/2002, yang diubah dengan
b. KMK No. 548/KMK.04/2002, yang diubah dengan
c. KMK No. 112/KMK.04/2003, tentang Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang
Impor; serta
ditambah dengan PMK No. 39/PMK.04/2006 tentang Tata Laksana
Penyerahan Pembentukan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut dan
Manifes Keberangkatan Sarana Pengangkut.
Selanjutnya secara teknis, pengaturannya dituangkan dalam
Keputusan Dirjen BC, yaitu :
a. KEP-07/BC/2003, yang kemudian diubah dengan
b. KEP-68/BC/2003, yang kemudian diubah dengan
c. KEP-178/BC/2003, yang kemudian diubah dengan
d. P-19/BC/2005, yang kemudian diubah dengan
3
Pasal 1 angka 13 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan.
4
Pasal 1 angka 6 Keputusan Dirjen BC No. KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan
PerDirjen BC No: P-06/BC/2007.
1. Sebelum kedatangan
Pengangkut yang sarana pengangkutannya datang dari luar daerah
pabean atau dalam daerah pabean yang mengangkut barang impor, barang
ekspor dan/atau barang asal daerah pabean yang diangkut ke dalam daerah
pabean lainnya melalui luar daerah pabean, wajib menyerahkan
pemberitahuan berupa Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP)
kepada pejabat di setiap kantor pabean yang didatangi, kecuali bagi sarana
pengangkut yang datang dari luar daerah pabean melalui darat.
RKSP ini mencantumkan sekurang-kurangnya : nama sarana
pengangkut; nomor pengangkutan; nama pengangkut; pelabuhan asal;
pelabuha terakhir yang disinggahi di luar daerah pabean; pelabuhan tujuan;
perkiraan tanggal kedatangan kapal; rencana jumlah kemasan, peti kemas
atau barang curah yang akan dibongkar; dan pelabuhan tujuan berikutnya di
dalam Daerah Pabean. Kewajiban penyerahan ini dilakukan :
a. untuk sarana pengangkut melalui laut :
1) paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum kedatangan sarana
pengangkut, atau
2) paling lambat sebelum kedatangan sarana pengangkut, dalam hal
waktu tempuh kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.
b. untuk sarana pengangkut melalui udara paling lambat sebelum
kedatangan sarana pengangkut.
Khusus untuk pengangkut yang memiliki jadwal kedatangan secara
teratur dalam periode tertentu, cukup menyerahkan Jadwal Kedatangan
2. Saat Kedatangan
Pengangkut juga memiliki kewajiban untuk menyerahkan Inward
Manifest dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris kepada Pejabat di
Kantor Pabean, yang dibuat secara rinci dalam pos-pos serta dikelompokkan
secara terpisah dengan pengelompokan :
a. barang impor yang kewajiban pabeannya diselesaikan di Kantor
Pabean setempat;
b. barang impor/peti kemas kosong (empty container) yang akan
diangkut lanjut;
c. barang impor/peti kemas kosong (empty container) yang akan
diangkut terus;
d. barang ekspor/peti kemas kosong (empty container) yang dibongkar
kemudian diangkut lanjut;
e. barang ekspor/ peti kemas kosong (empty container) yang akan
diangkut terus;
f. barang asal Daerah Pabean yang diangkut dari satu Kawasan Pabean
ke Kawasan Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean; dan/ atau
g. Peti kemas kosong (empty container) yang kewajiban pabeannya
diselesaikan di Kantor Pabean setempat,
dengan mendasarkan pada :
• Bill of Lading/Seaway Bill atau Airway Bill untuk pengangkutan melalui
laut dan udara,
• Faktur/Invoice atau surat jalan untuk pengangkutan melalui darat.
Barang impor dapat dikeluarkan dari kawasan pabean atau tempat lain
yang diberlakukan sebagai tempat penimbunan sementara setelah
dipenuhinya kewajiban pabean. Pengeluaran barang impor dilakukan dengan
tujuan : diimpor untuk dipakai; diimpor sementara; ditimbun di Tempat
Penimbunan Berikat; diangkut ke Tempat Penimbunan Sementara di
Kawasan Pabean lainnya; diangkut terus atau diangkat lanjut; atau diekspor
kembali.
1. Impor untuk dipakai adalah :
a. memasukkan barang ke dalam daerah pabean dengan tujuan untuk
dipakai; atau
b. memasukkan barang ke dalam daerah pabean untuk dimiliki atau dikuasai
oleh orang yang berdomisili di Indonesia.
Barang impor ini dapat dikeluarkan setelah menyerahkan pemberitahuan
pabean dan melunasi bea masuk; menyerahkan pemberitahuan pabean dan
jaminan; atau menyerahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan.
Pemberitahuan pabean tersebut berupa :
a. Pemberitahuan Impor Barang (BC 2.0), yang dibuat berdasarkan
dokumen pelengkap pabean dan hasil penghitungan sendiri Bea Masuk,
Cukai dan PDRI yang harus dibayar serta diajukan untuk setiap
pengimporan atau secara berkala dalam periode tertentu;
b. Pemberitahuan Impor Barang Tertentu (BC 2.1), terhadap : barang
pindahan; barang impor sementara yang dibawa oleh penumpang; barang
impor melalui jasa titipan; barang impor tertentu yang akan ditetapkan
oleh Dirjen BC;
c. Custom Declaration (BC 2.2) untuk barang penumpang dan awak sarana
pengangkut;
d. Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP) untuk barang impor
melalui PT (Persero) Pos Indonesia; atau
e. Pemberitahuan Lintas Barang untuk barang impor pelintas batas.
5
Jalur Merah adalah mekanisme pelayanan kepabeanan di bidang impor terhadap suatu
importasi yang dilakukan melalui penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang (Pasal 1
Angka 21 Keputusan Dirjen BC No. KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan
PerDirjen BC No: P-06/BC/2007).
6
Jalur Hijau adalah mekanisme pelayanan kepabeanan di bidang impor yang diberikan kepada
Importir yang mempunyai reputasi baik dan memenuhi persyaratan/kriteria yang
ditentukan, sehingga terhadap importasinya hanya dilakukan penelitian dokumen (Pasal 1
Angka 20 Keputusan Dirjen BC No. KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan
PerDirjen BC No: P-06/BC/2007).
7
Jalur Prioritas adalah fasilitas dalam mekanisme pelayanan kepabeanan di bidang impor
yang diberikan kepada importir yang mempunyai reputasi sangat baik dan memenuhi
persyaratan/kriteria yang ditentukan untuk mendapatkan pelayanan khusus, sehingga
penyelesaian importasinya dapat dilakukan dengan lebih sederhana dan cepat (Pasal 1
Angka 19 Keputusan Dirjen BC No. KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan
PerDirjen BC No: P-06/BC/2007).
Pelayanan Segera
Selain kegiatan tersebut, Dirjen BC juga melakukan pelayanan segera
atas barang impor dalam hal barang-barangnya meliputi organ tubuh
manusia (ginjal, kornea mata, atau darah), jenazah atau abu jenazah,
barang yang dapat merusak lingkungan (mengandung radiasi), binatang
hidup, tumbuhan hidup, surat kabar, majalah peka waktu, barang berupa
dokumen. Dalam hal memperoleh pelayanan segera, Importir mengajukan :
a. dokumen pelengkap & jaminan (BM+Cukai+PDRI), dengan catatan
importir wajib mengajukan PIB definif dengan penetapan jalur hijau
tanpa diterbitkan SPPB dalam waktu paling lama 7(tujuh) hari kerja
sejak tanggal pengeluaran barang impor;
b. PIBT& lampiran (dokumen pelengkap pabean, bukti pembayaran atau
jaminan (BM+Cukai+PDRI))
Nilai Pabean
Nilai pabean sebagai dasar penghitungan Bea Masuk, Cukai dan PDRI
dinyatakan dalam Rupiah sebagai hasil perkalian Nilai Dasar Penghitungan
Bea Masuk (NDPBM) dengan CIF dalam valuta asing. Penetapan Nilai Pabean
didasarkan pada ketentuan yang berlaku saat PIB mendapat nomor
pendaftaran.
Jalur Hijau
- respon komputer berupa SAP Impor
SPPB
Jalur Merah
- respon komputer berupa s.d.a
Surat Pemberitahuan Jalur
Merah (SPJM) dan Instruksi
Nilai Pabean (INP)
- penyerahan dokumen hard PIB, Invoice, importir/PPJK
copy PIB dan DNP kepada Packing List, B/L,
Bea Cukai DNP, dokumen
pelengkap pabean
lainnya dari instansi
terkait
- penelitian kelengkapan 15 menit koordinator
dokumen pemeriksaan
dokumen
- penerbitan Instruksi 10 menit PFPD
Pemeriksaan Fisik Barang
- penyiapan barang untuk importir/PPJK
dilakukan pemeriksaan fisik
6 Pembongkaran dan
Penimbunan Barang
Impor di Tempat Selain
Kawasan Pabean dan
Tempat Penimbunan
Sementara
Loading data BC 2.4 ke disket data BC 2.4 komputer,printer,ATK 30 menit Petugas Loading
komputer untuk
mendapatkan nomor&tgl BC
2.4
2
1 Permohonan&Jaminan KPBC
3
Importir/PPJK
Penelitian Dokumen
& Jaminan
Melebihi 30 hari
<T> 4a Kerja setelah
Surat Tanggal
Penolakan Penetapan
Berkas 4b <Y>
Kantor Pusat Keberatan
DJBC
10
Importir/PPJK
SKPBM atau 9 KPPN SP2D
SPMKBM Bank
Permohonan
2 8
4 Surat 5 Kantor Wilayah
Penelitian Rekomendasi
3 Dokumen &Berkas PIB
KPBC
7 Rekomendasi 6
persetujuan