OLEH:
NURHASANAH
P00341014026
A. Identitas Diri
Nama : Nurhasanah
Nim : P00341014026
TTL : samarinda, 06 Desember 1996
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 2 Banabungi, Tamat tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Pasarwajo , Tamat tahun 2011
3. SMK Swasta Kesehatan Bakhti Husada, Tamat tahun 2014
4. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.
MOTTO
Keluargaku Tersayang
Latar belakang: Mie merupakan salah satu produk makanan yang sangat
digemari oleh masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa,terbuat dari
tepung gandum, tepung beras, atau tepung tapioka. Pada proses pembuatannya
terutama pada mie basah yang memiliki kadar 51 % sering ditambahkan boraks
untuk memperpanjang daya tahanya terhadap kerusakan dan kebasian.
Tuuan penelitian: Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk untuk menganalisa
kandungan boraks pada mie basah yang di jual oleh Pedagang Pangsit di Kota
Kendari.
Metode penelitin: penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 uli sampai tanggal 21
uli 2017 dengan enis penelitian deskriptif sampel yang dibutuhkan berumlah 24
sampel dengan 10 kecamatan tekhnik yang digunakan yaitu accidental sampling.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul ‘’Identifikasi Penggunaan boraks pada mie basah yang dijual
oleh pedagang pangsit di Kota Kendari”. Penelitian ini disusun dalam rangka
melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma
III (D III) Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
Rasa hormat, terimaksih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
ayah saya Herianto dan ibu saya tercinta Wa Nuri atas semua bantuan moril
maupun materil, motivasi, dukungan dan cintak kasih yang tulus serta doanya
demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntun ilmu sampai
selesainya karya tulisi ini. Proses penulisan karya tulis ini telah melewati
perjalanan panjang, dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga
menghaturkan rasa terimakasih kepada Ibu Fonnie E. Hasan DCN., M.Kes
selaku pembimbing I dan ibu Tuty Yuniarty, S.Si., M.Kes selaku pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala
pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan
terimakasih penulis juga tunjukan kepada :
1. Direktur Poltekes Kemenkes Kendari Bapak Petrus,SKM.,M.Kes..
2. Kepala Kantor Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd..
4. Bapak Petrus,SKM.,M.Kes. Ibu Askrening,SKM.,M.Kes, dan Bapak
Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc. Terimakasih atas masukan, saran
dan kritik selama menguji.
5. Ibu Satya Darmayani,S.Si.,M.Eng. Terimakasih atas bantuannya salama
penelitian.
6. Bapak dan Ibu dosen Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntun ilmu.
7. Buat kedua orang tuaku, yang telah mengasuh mendidik, membesarkan,
memotivasi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, serta kakak sepupu ku Misna, Mira,Toni yang telah
membantu memberikan support, terimakasih buat kakak iparku La paru,
yang telah memberikan doa dan dukungan taklupa pula untuk adik-adik
ku selvira, salex, lina, abing, josua, kiel,daniel, dina, dafit, upi, dan vina
yang telah memberikan tawa dan candanya kepada penulis.
8. Terimakasih kasih buat kakak ku tersayang andi karim, yang telah
memberikan doa dan dukungan serta motivasi sehingga penulis bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
9. Buat seluruh teman-teman seangkatanku achy, yarni, ratih, lisna, rini, nani,
pravita, yolda, nurani, irdayanti, apita, rahmawati, serta teman-teman yang
lain yang tidak bisa disebutka namanya satu persatu dan tak lupa buat adik
juniorku Muh. Hilman Al Kasmin yang sudah membantu peneliti dalam
melakukan penelitian
10. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terselesainya
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga bentuk dan isi karya Tulis Ilmiah
ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan masih terdapat kekeliriuan, dan
kekurangan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................v
MOTTO....................................................................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang....................................................................................1
b. Rumusan Masalah ..............................................................................3
c. Tujuan Penelitian................................................................................4
d. Manfaat Penelitian..............................................................................4
e. Keaslian
penelitian..............................................................................................
..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan......................................................................................29
b. Saran ..................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Lampiran 5. Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya melalui peningkatan
pendidikan dan ilmu pengetahuan, tetapi juga ditentukan oleh kualitas
pangannya. UU no. 7 tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang
dikomsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah aman,
bergizi, bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aman yang
dimaksud mencakup bebas dari pencemaran biologis, mikrobiologi, logam
berat dan pencemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia.
Selama ini Kementerian Kesehatan telah bekerja keras untuk
memasyarakatkan penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang
diizinkan dalam proses produksi makanan dan minuman. Hal ini tertuang
dalam peraturan Menteri Kesehatan dengan acuan UU No.23/1992 tentang
kesehatan yang menekankan aspek keamanan, sedangkan UU No.7/1992
tentang pangan, selain mengatur aspek keamanan mutu dan gizi, juga
mendorong terciptanya perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab serta
terwujudnya tingkat kecukupan pangan yang terjangkau sesuai kebutuhan
masyarakat. Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan
pemecahan adalah penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada
industri pengolahan pangan, maupun dalam pembuatan berbagai pangan
jajanan yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga.
Mie merupakan salah satu produk makanan yang sangat digemari oleh
masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa,terbuat dari tepung gandum,
tepung beras, atau tepung tapioka. Pada proses pembuatannya terutama pada
mie basah yang memiliki kadar 51 % sering ditambahkan boraks untuk
memperpanjang daya tahanya terhadap kerusakan dan kebasian (Chamdani,
2005).
Boraks yang berasal dari bahasa arab yaitu Bouraq pada awal mula
dikenal mempunyai aktivitas sebagai bahan antiseptik yang digunakan sebagai
bahan pembersih, pengawet kayu, dan herbisida. tetapi pada umumnya boraks
digunakan sebagai pengawet dan pengeyal makanan. Boraks banyak digunakan
oleh industri kecil seperti industri rumah tangga dalam pembuatan adonan Mie
basah, gender, bakso, dan kerupuk gender (kerupuk nasi). Meskipun jumlah
penambahan boraks tidak terlalu banyak, akan tetapi mempunyai efek
akumulasi yang sangat berbahaya. Dalam air, Boraks merupakan campuran
natrium bikaborat dan asam boraks.sedangkan dalam suasana asam boraks
dapat terurai menjadi asam boraks (Payu, 2008).
Efek jangka panjang pada pengguanaan boraks dapat menyebabkan
merah pada kulit, gagal ginjal, iritasi pada mata, iritasi pada saluran respirasi,
mengganggu kesuburan kandungan dan janin.dosis yang dapat menyebabkan
kematian atau biasa disebut dengan dosis letal pada orang dewasa adalah
sebanyak 10-25 gram, sedangkan pada anak-anak adalah sebanyak 5-6
gram.kasus keracuan boraks yang bukan dari makanan, dilaporkan pertama kali
pada tahun 1907. Menurut laporan tersebut, hanya anak usia dini menderita
sariawan pada mulut, kemudian dioleskan campuran madu dan boraks (Payu,
2008).
Berdasarkan data Balai Penelitian Obat dan Makanan
(BPOM) pada tahun 2005 bahwa bahan makanan yang menduduki peringkat
teratas mengandung formalin dan boraks adalah ikan laut, mie basah, tahu dan
bakso. Menurut penelitian Balai Besar Penelitian Obat dan Makanan (BB
POM) Makassar pada tahun 2005 dari 37 sampel bakso yang beredar di
Makassar mengandung boraks. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
orang yang belum menyadari dampak dari penggunaan bahan pengawet ini. Di
indonesia tepatnya di Kota Palembang menunjukkan bahwa dari sejumlah
sampel yang diteliti, persentase sampel yang mengandung boraks adalah mie
basah sebanyak 72%, bakso sebanyak 70% dan empek-empek sebanyak 35%
(Tumbel, 2010).
Beberapa penilitian telah dilakukan terkait penambahan boraks pada
makanan. Penilitian yang dilakukan terhadap mie basah yang beredar di pasar
Ciputat tahun 2009 terdeteksi 4 dari 5 sampel mengandung boraks. Hasil
penilitian pada Kurma Curah di pasar Tanah Abang tahun 2013 menyatakan
bahwa 9 dari 13 sampel yang di uji terdeteksi mengandung boraks. Penilitian
pada bakso di Medan dihasilkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa
mengandung boraks dengan kadar berkisar antara 0,09-0,29%.Larangan
penggunaan boraks pada makanan diperjelas dengan adanya Permenkes RI
No.1168/MENKES/PER/X/1999 menyatakan bahwa salah satu Bahan
Tambahan Makanan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah boraks
(Depkes, 2002).
Hasil laporan tahunan BPOM Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010
menyatakan, dari 1263 sampel makanan yang di uji, diperoleh 0,07%
mengandung Formalin, 1,10% mengandung Rhodamin B, dan 0,15%
mengandung boraks walaupun presentasi kejadianya khususnya di Kota
Kendari cukup rendah. Namun jika tidak diantisipasi lebih lanjut maka akan
menyebabkan resiko yang sangat besar bagi kesehatan (Syaputri, 2012).
Karena hal tersebut maka penelitian dapat dilakukan identifikasi boraks
pada Mie basah yang dijual oleh pedagang pangsit dikota kendari, kenapa di
ambil pedagang pangsit. ini dikarenakan pedagang pangsit mudah ditemukan
dan sampel yang dibutuhkan mudah di dapatkan. Identifikasi kadar boraks
dilakukan dengan menggunakan uji kualitatif metode uji nyala. Pada metode
ini sampel yang berupa mie basah akan dimasukan kedalam oven
menggunakan cawan porselin dan diabukan menggunakan tanur selama 48
jam. Kemudian sampel yang ada di dalam cawan porselin akan dibakar, apabila
dibakar terjadi perubahan warna hijau pada nyala api maka sampel tersebut
positif mengguakan boraks.
B. Rumusan masalah
Dalam penelitian ini Apakah mie basah yang dijual pada pedagang mie
pangsit di kota kendari mengandung boraks?
C. Tujuan penilitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi boraks boraks pada mie basah yang di jual oelh
pedagang pangsit di kota kendari.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pemeriksaan boraks dengan cara uji nyala pada
pedagang pangsit di kota kendari
b. Mengidentifiikasi boraks pada mie basah yang di jual pada
pedagang pangsit di kota kendari
c. Manfaat penilitain
1. penilitian ini di harapkan memberi informasi kepada masyarakat
tentang bahaya penggunaan boraks, Mie basah yang menggunakan
boraks akan memiliki tekstur kenyal, mengkilat, tidak lengket dan
tidak cepat putus.
2. penilitian ini diharapkan meningkatkan kewaspadaan masyarakat
tentang produk yang mengandung boraks yang di jual pada pedagang
pangsit di Kota Kendari.
3. Penilitian ini dapat memberikan informasi kepada peniliti selanjutnya
untuk rujukan selanjutnya
d. Keaslian Penelitian
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Maria Tumbel (2010) di Universitas Negeri Makasar Jurusan KimiaYang
berjudul “Analisis Kandungan Boraks Dalam Mie Basah yang Beredar di Kota
Makassar” sedangkan penelitian ini berjudul “Identifikasi Penggunaan Boraks
Pada Mie Basah Yang DiJual Oleh Pedagang Pangsit Di Kota Kendari” pada
penelitian sebelumnya menggunakan metode uji nyala dan uji kertas kurkuma,
sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan metode uji nyala.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu adonan terbaik untuk membuat mie berkisar 25oC hingga 40oC.
Jika suhu adonan mencapai kurang dari 25oC, maka adonan yang dihasilkan
akan menjadi keras, rapuh dan kasar, sedangkan jika suhu adonan mencapai
lebih dari 40oC maka adonan yang dihasilkan menjadi lengket dan mie
menjadi kurang elastis. Mutu mie yang diinginkan oleh konsumen adalah
mie yang bertekstur lunak, lembut, elastis, halus, tidak lengket, dan
mengembang dengan normal. Gluten adalah massa kenyal yang melengket
yang menyatukan komponen-komponen mie, jadi membentuk dasar struktur
lunak mie. Sifat itu disebabkabn sifat gluten yang terhidrasi dan
mengembang bila tepung terigu dicampur dengan air (Winarno, 2000).
Faktor utama penting dalam ciri adonan adalah matrik gluten. yang
menyertakan granula pati dan fragmen serat. Protein gluten secara umum
dicirikan dengan mempunyai kandungan proline dan asam glutamik yang
tinggi. Gliadin dan glutenin berbeda dalam ciri fisik, khususnya dalam
viskoelastisitasnya. Gliadin adalah kohesif, tetapi dengan elastisitas yang
rendah, sementara glutenin bersifat kohesif dan elastis (Dahlia, 2014)
Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam
pembuatan mie adalah gluten. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan
mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan
tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksi berlangsung (Bogasari,
2010)
Gambar 3. Boraks
(Sumber : http://google.co.id)
4. Penggunaan boraks
Boraks digunakan dalam industri gelas, bahan pelapis kayu, semen,
pelicin porselin, alat pembersih, pengawet, dan pembasmi. Alasan
penggunaan boraks sebagaipengawet makanan karena asam boraks dapat
menghabat pertumbuhan dari mikroorganisme, sehingga makanan tetap
segar dan tahan lama.
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium
hidroksida atau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat
antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat,
misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat
pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder,
pembuatan gelas, bahan pembersih/pelicin porselin,pengawet kayu dan
antiseptik kayu (Aminah dan Himawan, 2009). Dalam industri tekstil boraks
digunakan untuk mencegah kutu, lumut, dan jamur. Boraks juga digunakan
sebagai insektisida dengan mencampurkannya dalam gula untuk membunuh
semut, kecoa, dan lalat (Sugiyatmi, 2006).
Alasan penggunaan boraks sebagai bahan pengawet makanan karena
asam boraks dapat menghambat pertumbuhan dan mikroorganisme.
Sehingga makanan tetap segar dan tahan lama. Selain itu asam borat yang
ditambahkan pada makanan pati dapat mengontrol gelantinasi zat tepung,
sehingga dapat meningkatkan ketajaman warna,tekstrur, dan cita rasa
makanan.(Yiu dkk. 2008).
Di masyarakat, boraks atau biasa disebut bleng atau pijer biasanya
digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan makanan berikut ini:
1. Karak/ lempeng (Kerupuk beras), sebagai komponen pembantu
pembuatan gender (adonan calon kerupuk)
2. Mie, sebagai pengenyal dan tidak mudah putus
3. Lontong dan ketupat, sebagai pengeras
4. Bakso, sebagai pengawet dan pengeras
5. Kecap, sebagai pengawet
6. Cenil, sebagai pengeras
A. Dasar Pemikiran
Mie basah yang menggunakan boraks akan memiliki ciri-ciri yang berbeda
dengan mie yang tidak menggunakan boraks, mie yang tidak menggunakan
boraks akan bertahan selama 1 hari pada suhu ruangan ataupun jika disimpan
pada lemari es. ciri-ciri mie basah yang baik yaitu berwarna putih atau
kuning, teksturnya agak kenyal. Sedangkan mie yang menggunakan boraks
akan bertahan lebih lama dan mempunyai tekstur kenyal, mengkilat, tidak
lengket dan tidak cepat putus. Penggunaan boraks pada makanan akan
menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan dan akan menyebabkan
kerusakan pada hati,dan ginjal jantung, dan kulit.
Mie basah
Identifikasi boraks
menggunakan uji nyala
C. Variabel penilitian
Variabel pada penelitian ini adalah, identifikasi boraks pada mie basah
yang di jual oleh pedagang pangsit di kota kendari.
D. Definisi operasional dan kriteria objektif
1. Definisi Operasional
a. Mie Basah adalah produk makanan yang dibuat dari tepung gandum
atau tepung terigu, mie basah mayoritas dihasilkan dari usaha rumah
tangga, usaha kecil, dan menengah.
b. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih sangat berbau dan
terjadi dalam suatu deposit hasil proses penguapan danau garam.
2. Kriteria objektif :
Uji nyala
A. Jenis penilitian
Jenis penilitian yang digunakan adalah penilitian deskriptif, yaitu untuk
memperoleh hasil identifikasi boraks pada mie basah yang dijual oleh
pedagang pangsit di kota kendari
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Analis Kesehatan poltekes kemenkes
Kendari, waktu penelitian dilakukan pada tanggal 18 juli 2017 sampai tanggal
21 juli 2017.
C. Sampel uji
Mie basah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pedagang
pangsit di 10 Kecamatan Di Wilayah Kota Kendari yang diambil secara
Accidental Sampling (pengambilan sampel yang didasarkan secara
kebetulan). mie basah yang diambil adalah mie basah putih yang belum
dicampurkan untuk pembuatan mie pangsit, mie basah yang mengandung
boraks yaitu akan bertahan lebih lama dan mempunyai tekstur kenyal,
mengkilat, tidak lengket dan tidak cepat putus.
D. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Alat:
1. Cawan porselin
2. Cawan petri
3. Blender
4. Penjepit
5. Batang pengaduk/ spatula
6. Pipet tetes
7. Sendok tanduk
8. Tanur
9. Timbangan digital
10. Kertas label
11. Korek api
12. Corong pisah
13. Lampu spritus
b. Bahan:
1. Aquades
2. H2SO4 pekat
3. Metanol
4. Mie Basah
E. Prosedur penelitian
Analisis Kualitatif adalah suatu proses dalam mengidentifikasi keberadaan
suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/ sampel yang tidak diketahui.
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu berupa mie basah yang
dijual oleh pedagang pangsit di Kota Kendari. Pengujian dilakukan
menggunakan metode uji nyala.
Pembuatan sampel uji
1. Mie basah diambil dari pedagang pangsit yang ada di 10 kecamatan di
Kota Kendari Untuk setiap jenis sampel, diambil sebesar 50 gram
sampel untuk pengujian. Mie basah yang telah dikumpulkan dipotong-
potong kecil, kemudian diberi tanda sesuai dengan lokasi pengambilan
sampel.
2. Sampel yang sudah ada dihaluskan menggunakan blender dan
ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukan kedalam cawan porselin.
3. Setelah ditimbang sampel dimsukan kedalam tanur dan dipijarkan
dengan suhu 500oC selama 2 jam.
4. Setelah terbentuk arang berwarna hitam kecoklatan sampel di
tambahkan H2SO4 pekat 1-2 tetes dan methanol 5-6 tetes kemudian
diratakan menggunakan spatula atau batang pengaduk pada sampel
sampai terbentuk uap.
5. Uap yang dihasilkan ini kemudian dibakar, jika sampel menunjukan
nyala api berwarna hijau maka sampel dinyatakan positif dan apabila
sampel tidak menunjukan warna hijau maka sampel dinyatakan
negatif.
E. Penyajian data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk Narasi dan kemudian
dianalisis secara deskriptif
F. Etika penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Ananomiti (Tanpa Nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama pedagang pada
label sampel hnya menuliskan kode pada sampel.
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality yaitu menjamin keberhasilan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompokdata tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Terdapat dua tahap pengumpulan data penelitian yaitu tahap pengumpulan
mie basah dan tahap pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan identifikasi
boraks dengan uji nyala. Cara pengujianya dilakukan dengan
menggunakan metode Analisis kualitatif cara Uji Nyala dengan
menggunakan larutan Asam Sulfat (H2SO4) dan Metanol. Pada uji nyala,
sampel yang telah diabukan kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat
dan metanol kemudian akan terbentuk uap maka uap tersebut akan
dibakar dan hasil menunjukkan tidak terjadi perubahan warna hijau. Hal
ini menandakan bahwa semua sampel yang diuji tidak mengandung
boraks.
Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan metode uji nyala
dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa 24 sampel yang diambil dari 10
titik lokasi pedagang pangsit dinyatakan 100% berwarna biru dan tidak
ditemukan berwarna hijau (0%).
B. Pembahasan
Mie merupakan salah satu produk makanan yang sangat digemari
oleh masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa,terbuat dari
tepung gandum, tepung beras, atau tepung tapioka. Pada proses
pembuatannya terutama pada mie basah yang memiliki kadar 51 % sering
ditambahkan boraks untuk memperpanjang daya tahanya terhadap
kerusakan dan kebasian (Chamdani, 2005). Boraks digunakan sebagai
bahan pengawet fungsi utama boraks yaitu sebagai bahan kompak
(pengenyal).
Hasil uji kualitas boraks dengan uji nyala menggunakan pereaksi
asam sulfat pekat dan metanol menghasilkan warna biru sebanyak 24
sampel dalam 100%. Hasil analisa berdasarka indikator warna biru yang
menyimpulkan bahwa mie basah 100 % tidak mengandung boraks.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Maria Tumbel (2010) di Universitas Negeri Makasar Jurusan
KimiaYang berjudul “Analisis Kandungan Boraks Dalam Mie Basah yang
Beredar di Kota Makassar” didapatkan hasil uji kualitatif boraks dengan uji
nyala menggunakan pereaksi asam sulfat pekat dan metanol, menunjukkan
semua sampel yang di uji negatif mengandung boraks. Berdasarkan hasil
analisis dari jenis pengujian yang digunakan untuk uji boraks, menunjukkan
hasil negatif yang berarti bahwa senyawa boraks tidak ditemukan dalam sampel
yang diperoleh dari 11 lokasi dengan dua kali pengambilan sampel. Hal ini
terlihat pada uji nyala yang tidak menimbulkan nyala hijau
Melalui wawancara langsung dengan pedagang mie pangsit. Rata-rata
mie yang dijual oleh pedagang pangsit di Kota Kendari diperoleh dariindustri
pembuatan mie dan penjual lainya membuat mie pangsitnya sendiri.
Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan makanan sangat dilarang oleh
pemerintah karena sifatnya sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut Tanu
(2000), kandungan boraks dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa
dengan dosis 15-20 gram dan pada anak-anak dengan dosis 5-6 gram. Laporan
Badan POM tahun 1992 menunjukkan bahwa dari 29 sampel mie basah yang
dijual di pasar dan supermarket di Jawa Barat, 2 sampel mengandung boraks,
sedangkan 22 sampel mengandung formalin dan boraks, dan hanya 4 sampel
yang dinyatakan aman dari formalin dan boraks.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil identifikasi boraks pada mie basah di Kota Kendari dengan uji nyala
ditemukan 100% tidak mengandung boraks, terdapat hasil pemeriksaan
sbb:
1. Hasil pemeriksaan boraks dengan metode uji nyala ditemukan 100%
berwarna biru yang dinyatakan sampel tersebut negatif mengandung
boraks
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji nyala maka pemeriksaan mie dapat
disimpulkan sampel mie basah di Kota Kendari tidak mengandung
boraks.
B. Saran
1. Bagi pemerintah khususnya badan POM dan PERINDAG dapat
dijadikan sebagai masukan untuk terus memperketat pengawasan
terhadap mutu dan keamanan makanan jajanan dalam hal penggunaan
boraks.
2. Diharapkan kepada konsumen untuk lebih selektif dalam memilih
makanan yang akan di konsumsi
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan uji
kuantitatif untuk mengetahui kadar dari kandungan boraks pada mie
basah yang dijual oleh pedagang pangsit yang ada di Kota Kendari.
MASTER TABEL
IDENTIFIKASI PENGGUNAAN BORAKS PADA MIE BASAH
YANG DIJUAL OLEH PEDAGANG PENGSIT DI KOTA KENDARI
2017
POSITIF NEGATIF
(Hijau) (Biru)
1 Kecamatan poasia A -
2 Kecamatan Abeli B -
3 Kecamatan Kambu C -
4 Kecamatan Wua-Wua D -
5 Kecamatan Baruga E -
6 Kecamatan Kadia F -
7 Kecamatan Mandonga G -
8 Kecamatan kendari barat H -
9 Kecamatan kendari I -
10 Kecamatan puwatu J -
Jumlah 0 24
Presentasi 100
1. Pra analitik
a. Pengambilan sampel
Blender penjepit
2. Bahan
Aquadest metanol
2. Analitik
3. Pasca analitik
Setelah penambahan asam sulfat dan metanol kemudian di bakar
menggunakan lampu spritus, hasil yang di dapatkan yaitu tidak terjadi
perubahan warna nyala hijau (negatif).
DAFTAR PUSTAKA
Astawan 2000, Identifikasi dan Penetapan Kadar Boraks pada Mie Basa yang
Beredar di Beberapa pasar Di Kota Padang. Fakultas Kedokteran; Padang.
Chamdani 2005. Uji Kandungan Boraks Pada Bakso. Skripsi. Skripsi. Jember :
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara. Jakarta.
Payu, M., Abdijulu, J., dan Gayatriningtyas. 2014. Analisis boraks pada mie basah
yang dijual di kota Manado. (Online). Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT.
Vol. 3. No. 2. ISSN 2302 – 2493.
Sediaoetomo, A. D. 2000. Ilmu Gizi. Jilid I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tumbel, M. 2010. Analisis Kandungan Boraks Dalam Mie Basah yang Beredar di Kota
Makassar Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNM Makassar. Jurnal Chemica. Vo. 11
No. 1.
Tanu, I.2000-. Farmakologi dan Farmasi Edisi 3. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Tubagus, I., Citraningtyas, G., dan Fatimawali. 2013. Identifikasi dan Penetapan
Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan di Kota Manado. (Online) Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 04. ISSN 2302 – 2493.