Anda di halaman 1dari 13

METODE PELAKSANAAN

Pekerjaan : Pokja Pemilihan paket Penataan Kawasan Tehoru


Lokasi : Desa Tehoru, Kab. Maluku Tengah
A. METODE PELAKSANAAN

Urutan atau langkah dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

PEKERJAAN PERSIAPAN

- Segera setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor harus membuat
Direksi Keet (Kantor Direksi) dari bahan-bahan yang sederhana, lantai dicor semen dan dapat
dikunci dengan baik.
- Kantor Direksi tersebut dilengkapi dengan meja tulis, kursi termasuk untuk persiapan rapat
berkala, tempat menempel gambar, papan tulis (white board), kalender dan kotak obat-obatan
serta lainnya yang dianggap perlu.
- Untuk menampung tenaga kerja dan penyimpanan bahan-bahan material yang diperlukan,
Kontraktor harus membuat barak kerja dan gudang material yang memenuhi syarat, dapat
dikunci dan perletakannya mengikuti petunjuk Direksi.
- Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang Material tersebut pengadaan dan pembongkarannya
menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, dan selanjutnya Kantor Direksi, barak kerja dan
gudang material serta perlengkapan direksi keet menjadi milik Kontraktor.
- Kantor direksi, barak kerja dan gudang material tidak dibenarkan dibongkar sebelum pekerjaan
selesai, terkecuali atas perintah Pemberi Tugas/Direksi.
- Kontraktor harus membuat papan nama proyek berukuran meter yang mencantumkan antara
lain :
a. Dinas :
b. Nama Kegiatan :
c. Nama Pekerjaan :
d. Nilai Kontrak :
e. Tahun Anggaran :
f. Sumber Dana :
g. Pelaksana/Kontraktor :
h. Konsultan Perencana :
i. Konsultan Pengawas :

Management dan Administrasi Proyek.

Penanganan pekerjaan proyek ini ditangani oleh tenaga-tenaga terampil yang sudah berpengalaman
dalam proyek-proyek Bangunan dan Bangunan Penanganan Pemukiman sehingga bila dilihat dari
kualitas maupun keberhasilan pekerjaan akan benar-benar terjamin, sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh semua pihak/terutama dari pihak Pemilik/owner dalam hal ini yaitu dari pihak
kementerian Perumahan Rakyat. Disamping itu pelaksana-pelaksana lapangan yang dilibatkan dalam
proyek ini merupakan tenaga-tenaga yang profesional dan sudah berpengalaman di bidangnya dan
memiliki produktivitas dalam melaksanakan proyek ini.
a. Struktur Organisasi.
Pelaksanaan proyek dikelola oleh suatu tim managemen yang profesional yang
dipimpin oleh Project Manager (PM), Site Manager, Engineering dan pelaksana
lapangan serta staff yang terlibat yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Hal
ini untuk mempermudah dalam pelaksanaan di lapangan baik secara
administratif maupun secara teknis lapangan.
b. Koordinasi Lapangan.
Dalam hal ini kepala proyek (Project Manager) memimpin semua kegiatan yang
berlangsung pada proyek tersebut, baik itu di bidang administrasi proyek
maupun di bidang teknik hal ini bertujuan agar pekerjaan di lapangan dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana lapangan, adapun pembagian
tugas lapangan ini dibagi berdasarkan keahlian dan profesi masing-masing
seperti uraian di bawah ini :

 Untuk masalah engineering dan quantity surveyor, kepala proyek


dibantu oleh bagian teknik beserta staffnya.

 Kendala dan solusi masalah lapangan


Laporan ini disampaikan kepada konsultan pengawas atau pemberi
tugas paling lambat senin sore pada minggu berikutnya, untuk
dimintakan persetujuaannya, dalam bentuk buku terjilid sebanyak 5
(lima) set.

 Laporan Bulanan, dilampirkan :


 Kemajuan pekerjaan mingguan
 Bar Chart dan Curve S
 Struktur Organisasi
 Photo Dokumentasi
 Kendala dan solusi masalah lapangan
 Hasil Testing yang dilakukan

 Shop drawing yang telah disetujui


Laporan ini disampaikan kepada konsultan pengawas atau pemberi
tugas paling lambat per tanggal 10 bulan berikutnya, untuk dimintakan
persetujuannya, dalam bentuk buku terjilid sebanyak 5 (lima) set.

 Asbuild-drawing
Berupa gambar pelaksanaan pekerjaan yang mencakup, gambar
lokasi, lay out masing-masing lokasi, potongan memanjang, potongan
melintang, gambar potongan dan gambar detail, dengan skala yang
ditentukan. Gambar disampaikan dalam bentuk hard copy berupa 1
(satu) set kalkir ukuran A3, 3 (tiga) set copy gambar ukuran A3 dan 1
(satu) soft copy dalam bentuk CD atau flash disk.
Gambar ini disampaikan kepada konsultan pengawas atau pemberi
tugas setelah pekerjaan selesai atau paling lambat sebelum serah
terima kedua, untuk dimintakan persetujuannya.

 Album Photo Dokumentasi 100 %, yang terdiri dari Photo 0 %, 50 %


dan 100 %.

 Urusan keuangan, administrasi umum dan personalian, dalam hal


ini kepala proyek dibantu oleh personalian di bidangnya dan bagian
keuangan dan staffnya.

 Urusan logistik dan peralatan di lapangan, pimpinan proyek


dibantu oleh staff logistik dan peralatan. Untuk mencapai tujuan
proyek yang lebih cepat.

 Urusan keamanan dan keselamatan kerja di lapangan Quality


kontrol dan bagian K3 harus berperan aktif demi kelancaran proyek
tersebut.

Secara organisasi dan keterlibatan team yang tersebut di atas Project Manager dan
Site Manager bertanggung jawab secara penuh dalam pelaksanaan proyek ini. Dan
diharapkan dengan sistem tersebut, maka proyek akan berjalan dengan lancar dan
pencapaian proyek dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan
dengan mutu yang diharapkan.

Administrasi dan Pelaporan Proyek.

Tahapan pelaksanaan administrasi proyek dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

 Ijin Memasuki Lokasi


Ijin ini disampaikan kepada konsultan pengawas atau pemberi tugas, untuk
dimintakan persetujuannya.
 Ijin Pelaksanaan, dilampirkan :
 Shop drawing
 Hasil Pengukuran Lapangan dengan potongan melintang per 20 m, dan setiap
elevasi-elevasi dan ukuran-ukuran yang diperlukan
 Ijin Material
Ijin ini disampaikan kepada konsultan pengawas atau pemberi tugas, untuk
dimintakan persetujuannya.

 Laporan Harian, berisi :


 Jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan
 Jenis dan volume material yang akan digunakan
 Jumlah tenaga kerja, yang terdiri dari pekerja, Tukang, Kepala Tukang, Mandor
dan staff Kantor Lapangan.
 Jumlah dan jenis peralatan yang digunakan
 Kondisi cuaca
Laporan ini disampaikan kepada konsultan pengawas atau pemberi tugas, untuk
dimintakan persetujuannya.

 Laporan Mingguan, berisikan dan dilampiri :


 Kemajuan pekerjaan mingguan
 Bar Chart dan Curve S
 Struktur Organisasi
 Photo Dokumentasi

1. Pekerjaan Pengamanan
a. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat barang-barang kantor/peralatan di lokasi
proyek, maka kontraktor wajib mengamankan/melindungi barang-barang tersebut dari akibat
pekerjaan bongkaran. Material pelindung yang dipakai adalah berupa plastik lembaran atau
karton kardus atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas.
b. Pemasangan alat Bantu Scalf Holding atau bekisting atau tangga harus dipasang secara hati-
hati.
c. Area yang tidak menjadi bagian pekerjaan, harus dibangun pagar atau panel partisi pembatas
setinggi ruangan atau sekat lainnya yang diizinkan/disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2. Pemindahan Barang-barang.
Pemindahan barang-barang di lokasi proyek harus disetujui dan disaksikan oleh Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas.

3. Marking
Sebelum dimulainya pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek, untuk menyamakan persepsi
ukuran-ukuran yang akan dilaksanakan antara gambar perencanaan dengan ukuran sebenarnya
di lokasi, perlu dilakukan marking oleh kontraktor untuk penentuan ukuranukuran yang akan
dilaksanakan atas dasar kondisi sebenarnya di lokasi proyek. Hasil marking tersebut harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana.

4. Penyediaan Air kerja dan Listrik Kerja.


Air kerja di lapangan menggunakan air sumur pompa di lokasi proyek atau suply dari luar dan
untuk listrik kerja diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama pembangunan
dengan cadangan dari generator set (GENSET).
5. Mobilisasi Peralatan.
Mobilisasi peralatan meliputi pengiriman dan penempatan semua peralatan yang diperlukan di
lapangan. Peralatan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mampu melayani/mendukung
pelaksanaan pekerjaan yang berada dalam jangkauannya.
PEKERJAAN PEMBERSIHAN

1. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus membersihkan permukaan tanah dari rumput,
semak-semak dan tumbuhan lainnya serta puing-puing dan brangkal-brangkal yang terdapat
pada lokasi pekerjaan. (Apabila ada)
2. Tanah-tanah yang berbukit harus diratakan, tanah humus pada permukaan tanah pada garis
bangunan harus dikupas, dan tanah kupasan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan. (Apa bila
ada)
3. Pembersihan lokasi dilaksanakan sesuai dengan gambar site plan, dan Kontraktor harus
mengerjakan urugan tanah termasuk pemadatannya pada daerah bangunan sampai minimum
1 meter dari dinding bangunan. (Apa bila ada)
4. Jika pada halaman pekerjaan terdapat konstruksi atau utility yang masih berfungsi seperti pipa
pipa, kabelkabel, tiang-tiang listrik yang ada dibawah atau diatas tanah, Kontraktor harus
melindungi jangan sampai terjadi kerusakan selama pelaksanaan.
5. Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau peralatan-peralatan lain
yang dipandang perlu untuk menunjang pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban
Kontraktor untuk menyediakannya dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan
kewajiban Kontraktor.

PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK

1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh site, agar
pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga kemungkinan perubahan-
perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai keadaan.
2. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib dilaksanakan
dengan menggunakan waterpass dan atau theodolite.
3. Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.

TINGGI TITIK DUGA ( PEIL )

1. Ukuran tinggi titik duga (peil) 0,00 yang dinyatakan dalam gambar disesuaikan dengan
keadaan site.
2. Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan dipasang pada tempat
yang tidak mudah terganggu.
3. Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor dengan petunjuk dan
persetujuan Direksi/Pengawas Teknik.

GAMBAR DAN UKURAN

1. Denah, tampak-tampak dan potongan-potongan dinyatakan dalam gambar-gambar rencana


arsitektur dan struktur, dan dijelaskan pula dalam gambar detail lengkap dengan
ukuranukurannya.
2. Apabila terdapat ketidak-jelasan dalam ukuran pada gambar, maka Kontraktor wajib meminta
penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/ Pengawas Teknik sebelum pekerjaan dilaksanakan.
PENGADAAN BAHAN BANGUNAN

1. Bahan-bahan yang boleh ditempatkan didalam kompleks pekerjaan hanyalah bahan-bahan


yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar-gambar.
2. Cara dan tempat penimbunan/penyimpanan bahan harus memenuhi syarat atau menurut
petunjuk Direksi/Pengawas Teknik.
3. Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas serta dimensi
yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar.
4. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, sebelum diganti Kontraktor
harus konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi / Pengawas Teknik, dan penggantian bisa
dilakukan setelah ada persetujuan secara tertulis.
5. Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan bangunan lain
harus setara/setingkat kualitasnya.

PEKERJAAN GALIAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian ini meliputi galian tanah untuk pondasi bangunan dan untuk drainage serta
pekerjaan galian yang nyata-nyata tertera dalam gambar dan syarat-syarat teknik ini.
2. Pelaksanaan
a. Galian tanah pondasi dimensi minimal sama dengan gambar atau maksimal
sampaimencapai tanah dasar/keras. Kecuali tanah dasar/keras melebihi dua kali dimensi
yang telah ditentukan, maka Direksi/Pengawas Teknik dapat mengambil kebijaksanaan
untuk merubah konstruksi dan atau dimensi tanpa mengurangi kekuatan.
b. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh minimal 1 meter dari
tepi lubang galian.
c. Jika pada galian terdapat air menggenang, harus dipompa keluar. Untuk ini Kontraktor
harus menyediakan pompa air yang siap untuk dipakai.
d. Semua tanah galian yang tidak dipakai harus diangkat keluar lokasi pekerjaan.
e. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang telah ditentukan dalam gambar, maka kelebihan pada
galian harus diurug kembali dengan pasir, biaya akibat pekerjaan tersebut menjadi beban
Kontraktor.

PEKERJAAN URUGAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan pasir bawah pondasi,
urugan pasir bawah saluran drainage, urugan pasir dibawah pasangan con blok dan pekerjaan
urugan lainnya yang tertera dalam gambar.
2. Pelaksanaan
a. Pada tempat-tempat tertentu untuk lokasi bangunan yang menurut Direksi perlu
ditimbun, maka Kontraktor harus menimbun sampai mencapai ketinggian yang
ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang cukup baik, bebas dari rumput,
akar-akar dan lain-lain serta harus mencapai nilai CBR minimal 4 % rendam air. Dalam hal
ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk pengawas teknik.
b. Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan, sehingga minimal sama
dengan keadaan tanah sebelum digali.
c. Ketebalan lapisan urugan tanah yang diperkenankan maksimum 30 cm setiap lapis,
kemudian dipadatkan sehingga pada ketebalan yang ditentukan urugan tanah tersebut
mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan.
d. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga mendapatkan
angka kepadatan maksimal.
e. Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut, dengan persyaratan bahwa pasir
harus dalam keadaan bersih dari lumpur, tanah dan tidak mengandung garam atau
mineral lainnya.

AANSTAMPING (pasangan batu kosong)


Aanstamping atau pasangan batu kosong disusun dibawah pondasi yang berfungsi untuk mengatasi
gerakan dinamis tanah sehingga tidak merusak pondasi dan struktur bangunan di atasnya.
Aanstamping mempunyai ketebalan rata-rata 20 cm, dengan panjang sesuai dengan panjang
pondasinya, dan di isi pasir atau batu pecah pada celahnya hingga kokoh.

Penempatan batu kosong :

- Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada garis dan arah
yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi.
- Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan dipadatkan lapis per
lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui oleh Direksi, maka lapisan dasar
berupa lapisan saringan pasir setebal 7,5 cm dan lapis saringan kerikil diatasnya setebal
12,5 cm atau seperti tercantum dalam gambar, harus dibuat.
- Bahan saringan pasir dan kerikil harus sesuai dengan spesifikasi teknik. Lapisan dasar
harus diletakkan dengan tebal yang sama dan cukup rata, meskipun demikian menjadi
pondasi yang kuat untuk pemasangan batu belah dan batu pecah.
- Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus diletakkan
pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga pasangan batu kosong yang
selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak longsor.
- Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus di hindari. Harus diusahakan agar
semua batu belah dapat dijamin dan dipasang dengan baik pada bidang yang datar. Batu
belah harus diletakkan demikian rupa sehingga tidak menonjol di atas garis yang
dicantumkan dalam gambar atau menurut petunjuk Direksi. Semua celah dalam
pasangan batu kosong harus diisi atau dikunci dengan batu pecah yang baik. Baiknya
batu pecah yang dipakai tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan untuk mengisi
rongga diantara batu belah.
PASANGAN BATU KALI

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu kali yang dibuat untuk pondasi dibawah
sloof, pasangan batu kali sebagaimana dinyatakan dalam gambar, dan sebelumnya dibawah
pasangan pondasi harus diberi urugan pasir dan batu kosong.
2. Material
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras yang tidak keropos, serta mempunyai
gradasi baik.
b. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 PC : 4 pasir.
c. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih dari
lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
d. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain kecuali atas izin Direksi
pekerjaan.
3. Pelaksanaan
a. Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang
ditunjukan dalam gambar.
b. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ditempatnya hingga penuh.
c. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu, untuk mendapatkan massa yang
kuat dan integral.

PEKERJAAN BETON

1. Umum
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat-syarat pelaksanaan
beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali
ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus
sesuai dengan standard di bawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 NI-2).
- Standart Beton Indonesia 1991.
- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983.
- American Society of Testing Materials (ASTM).
- Standart Beton Prategang/Pracetak Indonesia (jika diperlukan).

Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka


peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.

b. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana, dan instruksu-instruksi yang
dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas. Semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor sendiri.
c. Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang terbaik sesuai
persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan Konsultan Pengawas berhak
untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan Kontraktor bertanggung
jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas
dalam waktu 2 x 24 jam harus dikeluarkan dari Proyek.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian, dan peralatan
pembantu.
b. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.
3. Material
a. Semen
- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan
persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi
dari satu merk.
- Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
b. Agregat Kasar
- Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
- Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih
maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami
pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles
Abration (LAA).
c. Agregat Halus
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu dan
harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih
dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
d. A i r
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta
zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
e. Bahan Pencampur
- Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
- Apabila akan digunakan bahan pencampur, Kontraktor harus mengadakan percobaan-
percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur
(Admixture) tersebut. Hasil “Crushing test” dari Laboratorium yang berwenang
terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
f. Cetakan Beton
- Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau plat
baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2
1971. Untuk beton expose harus memakai Pnol Film dengan tebal minimal 12 mm.
Konstruksi rencana cetakan beton harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan.
- Contoh yang harus disediakan Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus
memberikan contoh material : koral, split pasir, beton, PC untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
- Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai sebagai
standart/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Pemborong ke lapangan.
- Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang
telah disetujui Konsultan Pengawas.
4. Campuran Beton
a. Campuran beton yang digunakan adalah 1PC : 3PS : 5KR
5. Persiapan Pengecoran
a. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas.
b. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton
lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari
segala kotoran yang lepas.
c. Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran
diberikan oleh Konsultan Pengawas.
6. Acuan / Cetakan Beton
a. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Cetakan harus
sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta
tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat
atau kelongsoran dari penyangga.
b. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-
lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam
arah horisontal maupun vertikal.
c. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan tempat
pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus
cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
d. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang.
e. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “Mould release
agent” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati
agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton
dengan tulangan.
f. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas,
atau jika umur beton telah melampaui waktu.
g. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas, cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila
hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya,
telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan
oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab
Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
h. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan
cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan
gambar rencana, Kontraktor wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
i. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi
yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurukan
dilakukan.
7. Pengangkutan dan Pengecoran
a. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam atau tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
b. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan,
maka harus dipakai bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
c. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari
sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan
serta bukti bahwa Kontraktor akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
d. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat
telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap
perlu berdasarkan kondisi tertentu.
e. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat
pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat perstujuan
Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa
beton pengeras.
f. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter. Bila
memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
g. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initiual set” atau
yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran.
h. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah
penyerapan air semen oleh tanah.
i. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi keras dan
tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat
beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat dengan
tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
j. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran
dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak
dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada
malam hari dengan sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.
8. Pemadatan Beton
a. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan
penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang cukup padat
tanpa perlu penggetaran yang berlebihan.
b. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan
dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar
tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran
dengan maksud untuk mengalirkan beton.
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
Alat penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang
telah masuk pada beton yan telah mulai mengeras.

PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan kebutuhan persyaratan adukan 1 Pc : 4 Ps.
2. Material
a. Pasir untuk plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang memiliki
kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
b. Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta dalam kemasan
standard pabrik dan terlindung.
3. Pelaksanaan
a. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan diplester harus disiram
air sampai jenuh, dan siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm.
b. Tebal plesteran dinding ditentukan ketebalannya 1.5 cm – 2 cm dikerjakan dengan lurus
dan rata dan bidang-bidang yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki.

PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan Cat
Pekerjaan pengecatan dilakukan apabila permukaan yang akan dicat tidak basah lagi akibat
penguapan air.
Tahapan pelaksanaan pengecatan dilaksanakan sebagai berikut :
 Membuat mal (cetakan pola pengecatan) sesuai dengan gambar.
 Permukaan dibersihkan dari debu dan kotoran.
 Permukaan dihaluskan dengan menggunakan amplas.
 Permukaan ditutup dengan menggunakan plamir.
 Permukaan plamir dihaluskan dengan amplas sehingga pori-pori tembok terisi dengan baik.
 Untuk pengecatan bahan besi, terlebih dahulu permukaannya dibersihkan dengan amplas.
 Cat dasar diberi pada permukaan tembok dan besi dengan satu lapis, dan permukaanya
dihaluskan dengan amplas.
 Cat tembok atau cat besi diberi pada permukaan tembok atau besi sehingga permukaannya
terlihat rata dan halus.
Material yang digunakan :
 Cat setara SNI

Alat yang digunakan:


 Kuas
 Roll Paint

PENYERAHAN LAPANGAN

Setelah pekerjaan selesai dikerjakan termasuk pembersihan akhir, maka diadakan pengukuran ulang
untuk mengetahui volume terlaksana dilapangan (As Built Drawing) dengan prosedur seperti saat
pengukuran awal. Apabila hasil pengukuran disetujui oleh pemilik, maka dilaksanakan penyerahan
pekerjaan dan diadakan pemeliharaan selama kurun waktu seperti pada dokumen kontrak

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

150 (Seratus Lima Puluh) hari Kalender.

Ambon, 14 Juni 2019

CV FEMERO

ELISABETH MARIA TUHUSULA


DIREKTUR

Anda mungkin juga menyukai