A. Definisi
Apendiksitis adalah inflamasi pada apendiks, yang merupakan
saluran sempit dan buntu sepanjang bagian bawah sekum (Lewis, 2014,
Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical
Problem, hal. 1150).
Apendiksitis adalah inflamasi pada apendiks vermiformis yang
banyak terjadi pada remaja dan dewasa muda (Luckman and Sorensen,
2011, Medical Surgical Nursing: A Psychophysiologic Approach (fourth
edition), hal 1635)
Klasifikasi:
Apendiksitis dibagi atas apendiksitis akut dan apendiksitis kronik.
Apendiksitis akut dibagi atas
- Apendiksitis akut fokalis atau segmentalis.
Biasanya hanya bagian distal yang meradang, tetapi seluruh rongga
appendiks 1/3 distal berisi nanah. Untuk diagnosa yang penting
ialah ditemukannya nanah dalam luwen bagian itu. Kalau
radangnya menjalar maka dapat terjadi:
- Apendiksitis akut purulenta/supperotiva diffusa disertai
pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radanya lebih mengeras,
dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut apendiksitis yang
renosa dapat terjadi perforasi akibat nekrosis ke dalam rongga perut
dengan akibat peritonitis.
Apendiksitis Kronik dibagi atas:
- Apendiksitis Kronik Fokalis
Secara mikroskopik tampak fibrosis setempat yang melingkar,
sehingga dapat menyebabkan stenosis.
- Apendiksitis Kronik Obsiteratif
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang apendiks pada jaringan
submukosa dan subserosa. Sehingga terjadi obliterasi (hilangnya
lumen) terutama di bagian distal dengan menghilang selaput lendir
pada bagian itu.
1
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
- Fekalit (massa keras dari feses)
- Tumor atau benda asing
- Pembengkakan usus besar
- Kekakuan pada apendiks
2
D. Patofisiologi
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak
dan menekan dinding apendiks sehingga mengganggu aliran limfe dan
menyebabkan dinding apendiks edema serta merangsang tunika serosa dan
peritoneum viseral dan dirasakan sakit di daerah sekitar perut kanan
bawah/titik Mc Burney.
Mukus yang terkumpul terinfeksi bakteri dan menjadi nanah
kemudian timbul gangguan sirkulasi. Karena terjadi gangguan sirkulasi
darah maka timbul gangren, dan dapat terjadi kerapuhan dinding apendiks
yang menyebabkan perforasi.
Bila semua proses di atas hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrat apendicularis, peradangan apendiks tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya
perforasi. Seringkali perforasi ini terjadi dalam 24-36 jam. Bila proses ini
berjalan lambat, organ-organ di sekitar ileum terminal, sekum, dan
omentum dalam membentuk dinding mengitari apendiks sehingga
berbentuk abses yang terlokalisasi.
F. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan adanya peningkatan jumlah
leukosit.
- Pemeriksaan urin rutin: ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leukosit.
- Foto abdomen: gambaran fekalit, adanya massa jaringan lunak di
abdomen kanan bawah, dan mengandung gelembung-gelembung udara.
- USG menunjukkan gambaran apendiksitis.
- Pemeriksaan fisik nyeri tekan pada titik Mc Burney.
3
G. Komplikasi
- Abses akibat dari perforasi dinding apendiks.
- Peritonitis akibat infeksi dari perforasi dinding apendiks yang
menyebar ke seluruh rongga perut.
4
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
- Riwayat penyakit
b. Pola nutrisi metabolik
- Kebiasaan makan makanan berbiji, rendah serat
- Mual, muntah
- Anoreksia
- Demam
c. Pola eliminasi
- Konstipasi
d. Pola tidur dan istirahat
- Gangguan tidur karena nyeri
e. Pola persepsi kognitif
- Nyeri perut
- Nyeri tekan di titik Mc Burney.
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Cemas
g. Pola aktivitas dan latihan
- Bagaimana aktivitas klien sehari-hari
h. Pola hubungan dengan orang lain
- Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi
akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk
istirahat
i. Pola reproduksi/seksual
- Pola hidup meningkatkan resiko terpejan (ex: homoseksual
aktif/biseksual pada wanita)
j. Pola mekanisme koping
- Apabila pasien merasakan tidak nyaman selalu memegangi
perutnya dan meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan/keyakinan
- Karena pasien merasakan kesakitan di perutnya menyebabkan
terganggunya aktivitas ibadah pasien
5
B. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendiks.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
pembatasan cairan peroral (pre op).
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan ruptur apendiks.
5) Hipertermia berhubungan dengan peradangan apendiks.
b. Intra Operasi
1) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
3) Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
pemajanan suhu lingkungan yang ekstrem
c. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
kurang, pembatasan pemasukan cairan secara oral (puasa post op).
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, puasa post op.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
6
C. Intervensi
7
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
8
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
2 Resiko kekurangan volume cairan. NOC: NIC:
o Fluid balance Fluid Management
o Hydration 1. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan.
o Nutritional status : Food and Fluid 2. Pertahankan catatan intake dan ouput yang akurat.
o Intake 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa,
Kriteria hasil : nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan.
1. Mempertahankan urine output sesuai 4. Monitor vital sign.
dengan usia dan berat badan. 5. Monitor masukan cairan atau makanan, dan hitung
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam intake kalori harian.
batas normal. 6. Kolaborasikan pemberian cairan intravena.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. 7. Monitor status nutrisi.
4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane 8. Dorong masukan oral.
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang 9. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
berlebihan. 10. Kolaborasi dengan dokter.
Hipovolenia management
1. Monitor status cairan, intake dan output cairan.
9
2. Monitor tingkat hb dan hematokrit.
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Minitor berat badan.
5. Dorong pasien untuk intake oral.
6. Pemberian cairan intravena.
7. Monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume
cairan.
8. Monitor adanya tanda gagal ginjal.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari NOC: NIC:
3 Kebutuhan Tubuh o Nutritional status: fluid and food Nutrition management:
o Fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan
o Nutritional status: nutrients intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
o Weight control kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kriteria Hasil: 3. Anjurkan apsien untuk meningkatkan intake Fe
1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
2. BB ideal sesuai dengan TB vitamin C
3. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
5. Menunjukkan peningkatan fungsi untuk mencegah konstipasi
pengecapan dari menelan 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
6. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti dnegan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
10
harian
9. Monitor jumlah nutria dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition monitoring:
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kekeringan konjungtiva, dan kemerahan
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
11
15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah
dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
12
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotic bila perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
14. Monitor hitung granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
18. Pertahankan teknik isolasi
19. Berikan perawatan kulit pada area epidema
20. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
21. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
22. Dorong masukan nutrisi yang cukup
23. Dorong masukan cairan
24. Dorong istirahat
25. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep
26. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
27. Ajarkan cara menghindari infeksi
28. Laporkan kecurigaan infeksi
29. Laporkan kultur positif
13
Hipertermia NOC: NIC:
Termoleregulation Fever treatment
5
Criteria hasil 1. monitor suhu sesering mungkin
1. suhu tubuh dalam tentan normal 2. monitor IWL
2. nadi dan RR dalam rentan normal 3. monitor warna dan suhu kulit
3. tidak ada perubahan warna kulit dan 4. monitor tekanan darah, nadi , dan , RR
tidak ada pusing 5. monitor penurunan tingkat kesadaran
6. monitor WBC, HB , dan HCT
7. monitor intake dan output
8. berikan antifiretik
9. berikan pengobatan untuk mengobati demam
10. selimuti pasien
11. lakukan tapiid sponge
12. kolaborasi
13. pemberian cairan intravena
14. kompres pasien pada lipat paha dan aksila
15. tingkatkan sirkulasi udara
16. berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
temperature regulation
1. monitor suhu minimal setiap 2 jam
2. rencanakan monitoring suhu secara continue
14
3. monitor TD, nadi dan RR
4. monitor warna dan suhu kulit
5. monitor tanda- tanda hipertermi dan hipotermi
6. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. selimuti pasien mencegah kehangatan tubuh
8. ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
panas
9. diskusikan tentang peningnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari kedinginan
10. peritahukan tentang idikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergensi yang diperlukan
15
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses tertekan
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
cedera berulang 8. Monitor status nutrisi pasien
5. Mampu melindungi kulit dan 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
mempertahankan kelembapan kulit dan
Insision Site Care
perawatan alami
1. Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan,
klip atau straples
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan atau straples,
menggunakan lidi kapas steril
5. Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
6. Ganti Balutan pada interval waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka(tidak dibalut) sesuai program
16
D. Evaluasi
Nyeri akut
Kriteria evaluasi :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
17
Hipertermia
Kriteria evaluasi :
1. suhu tubuh dalam tentan normal
2. nadi dan RR dalam rentan normal
3. tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Kerusakan intergritas kulit
1. Penyembuhan luka bakar
2. Akses hemodialisis
3. Penyembuhan luka primer
4. Penyembuhan luka sekunder
18