Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN - SEDANG

Pembimbing :

dr. Swastika Juni

Oleh :

dr. Rido Rahmad Saputra

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD DR.R. SOETRASNO REMBANG
2019
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa pulo RT 2
Tanggal Masuk : 24 mei 2019
Jam : 13.00
Ruang : Flamboyan
No. RM : 507601
Status Pasien : BPJS

b. Identitas Orang tua


Ayah
Nama : Tn. A
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA

Ibu
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 25 Mei 2019
pukul 13.00 WIB yang dilakukan di ruang flamboyan RSUD Soetrasno Rembang
serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Diare
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak laki-laki usia 8 bulan datang ke RSUD Soetrasno
Rembang pada tanggal 25 Mei 2019 pukul 11:20 dengan keluhan Diare. Diare
terus menerus selama ± 3 hari.
Hari pertama diare, pasien diare sebanyak ± 3 kali perhari.
Hari kedua dan ketiga pasien diare sebanyak ± 7 kali perhari.
Feses berwarna kuning-kehijauan, konsistensi cair, ampas (+) sedikit, lendir (-
), darah (-), bau amis (-) buih (+) dan menyemprot. Sebelum diare pasien
makan dan minum seperti biasa, namun pasien memiliki kebiasaan
memasukkan jari ke mulut, riwayat mengganti susu formula disangkal oleh
ibu.
Keluhan disertai dengan demam ± 3 hari. Demam naik-turun. Turun jika
diberi obat penurun panas. Demam paling tinggi saat malam hari. Pasien juga
muntah jika minum obat.
Keluhan batuk dan pilek disangkal dan nafsu makan dan minum pasien masih
baik.
Ibu pasien sudah memberikan obat anti diare yang dibeli di apotik namun
belum ada perbaikan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diare sebelumnya (-).
Riwayat opname (+) karna perut kembung saat usia 16 hari.
Riwayat demam (+).
Riwayat batuk dan pilek (+).
Riwayat kejang (-).
Riwayat alergi :
Susu (-)
Makanan (-)
Obat-obatan (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga diare (-)
Riwayat keluarga demam (-)
Riwayat keluarga batuk dan pilek (-)
e. Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan terakhir ayah
SMA dan pendidikan terakhir ibu SMA.
f. Riwayat Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pedagang (wiraswasta) dan ibu pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat menggunakan BPJS.
Kesan ekonomi: cukup.
g. Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur di bidan. ANC (+) dilakukan
sejak bulan pertama mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 37 minggu
rutin dilakukan 1 kali per bulan pada trisemester pertama dan kedua, pada
trisemester ketiga dilakukan 2 kali per bulan di bidan. Ibu mengkonsumsi
vitamin yang diberikan oleh bidan. Ibu mengaku tidak menderita penyakit
selama hamil. Riwayat trauma dan perdarahan selama hamil disangkal.
Riwayat penggunaan obat dan jamu selama hamil disangkal. Kenaikan berat
badan ibu selama hamil ± 15 kg. Ibu makan dengan nasi, lauk dan pauk cukup,
serta minum 1500 ml air/hari.
Selama hamil ibu tidak mendapat imunisasi TT.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.
h. Riwayat Pemeliharaan Natal
Pasien merupakan anak laki-laki yang lahir dari ibu G2P2A0 hamil 37 minggu,
lahir spontan ditolong oleh bidan, lahir langsung menangis, badan tidak
membiru, tidak ada lilitan tali pusat, KK pecah <6 jam dan warna ketuban
lupa, plasenta dan kotiledon lengkap.
Berat badan lahir 3200 gram, panjang badan lupa, lingkar kepala lupa dan
lingkar dada lupa serta tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan per vaginam, vigorous baby
i. Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan setelah lahir dilakukan di posyandu dan anak dalam kondisi
baik.
Kesan : Riwayat pemeliharaan postnatal baik.
j. Riwayat Imunisasi
 Hepatitis B : Sudah dilakukan
 BCG : Sudah dilakukan
 Polio : Sudah dilakukan
 DPT : Sudah dilakukan
 Campak : Belum dilakukan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa bukti KMS

k. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Pertumbuhan
Pasien sering dibawa ke posyandu untuk mengisi KMS
Usia : 8 bulan
BBL : 3200 gram
BB Sekarang : 8,4 kg
TB Sekarang : 67 cm
LK : 45 cm
BMI : 8,4 / 0,44 = 19,09
Status Gizi : Normal (antara +1 sampai +2)
Perkembangan
Personal sosial :
 Minum dari cangkir : (+)
 Menirukan kegiatan : (+)
 Dadah dengan tangan : (+)
 Menyatakan keinginan : (+)
 Tepuk tangan : (+)

Motorik halus :

 Membenturkan 2 kubus : (+)


 Memegang dengan ibu jari : (+)
 Mengambil 2 kubus : (+)

Bahasa :

 Mengoceh : (+)
 Papa mama spesifik : (+)
Motorik kasar :

 Tengkurap : usia 5 bulan


 Duduk : usia 7 bulan
 Berdiri berpegangan : usia 8 bulan
 Bangkit untuk berdiri : (+)
 Bangkit terus duduk : (+)

Kesan : Perkembangan sesuai usia


l. Riwayat Pemberian Makan dan Minum
ASI diberikan eksklusif selama 6 bulan, setelah umur 6 bulan anak diberikan
makanan pendamping ASI berupa bubur buatan ibu sendiri, pisang yang
dilumat halus dan bubur bayi instan. Mulai umur 7-8 bulan anak diberikan
makanan yang dibuat dengan ditumbuk contohnya nasi, sayur, ikan. Makanan
diberikan 3 kali sehari, porsi 9-12 sendok makan sekali makan. Konsumsi air
putih ± 1500 ml dan ASI > 5 kali perhari.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 25 Mei 2019 pukul 13.00 WIB di Ruang
flamboyan RSUD Soetrasno rembang.
Anak laki-laki usia 8 bulan, berat badan 8,4 kg, tinggi badan 67 cm.
1. Keadaan Umum : Tampak Lemas, gelisah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital :
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 100 x/menit,reguler, isi dan tegangan cukup.
- RR : 28 x/ menit, reguler
- Suhu : 37,4° C (aksila)
4. Status Gizi
BMI for Age = Usia 8 bulan, BMI 8,4 / 0,44 = 19,09

Kesan : Normal ( antara +1 hingga +2 SD )


WHZ = Usia 8 bulan, BB 8,4 kg dan TB 67 cm

Kesan : Perawakan sesuai usia ( antara +1 hingga +2 SD )

WAZ = Usia 8 bulan, BB 8,6 kg

Kesan : Gizi Baik ( antara -2 sampai +2 SD)


HAZ = Usia 8 bulan, TB 67 cm

Kesan : Normal ( antara -2 sampai +2 SD )

Head Circumference for Age = Usia 8 bulan, LK

Kesan : Mesocephal ( antara 0 sampai +1 SD )


5. Status Internus
a. Kepala : mesocephale, kulit kepala tidak ada kelainan, rambut hitam
dan distribusi merata, UUB cekung (-).
b. Mata : Pupil bulat, refleks cahaya (+/+) normal, isokor OD = OS
(±3mm), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cowong (+/+).
c. Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-/-), nafas cuping
hidung (-), epistaksis (-/-), massa (-).
d. Telinga : normotia, discharge (-/-).
e. Bibir : kering (+), sianosis (-).
f. Mulut dan tenggorokan : sianosis (-), pendarahan gusi (-), sariawan (-),
faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
g. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-).
h. Thorax : bentuk thorax normal dan simetris. Retraksi suprasternal,
intercostal dan epigastrial (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis.
- Palpasi : sterm fremitus dextra = sterm fremitus sinistra
- Perkusi : sonor (+) seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
 Cor
- Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi : Redup
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
i. Abdomen :
- Inspeksi : Perut datar, massa (-)
- Auskultasi : BU (+) meningkat
- Perkusi : timpani (+) seluruh lapang abdomen
- Palpasi : defense muscular (-), turgor < 2 detik (-), nyeri tekan
(-), hepar dan lien tidak membesar.
j. Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan.
k. Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Capillary Refill <2" <2"
Time
Sianosis -/- -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 24/08/2017
 Darah Rutin

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 10.4 g/dL 11

Ht 31.1 % 33 – 42

Leukosit 11.600/ mm3 6.000–17,500


Trombosit 294.000/ mm3 150.000 – 450.000

Kesan : Hemoglobinemia & Hemodilusi

 Feses Rutin
Pemeriksaan Hasil
Darah -
Amoeba -
Bakteri +
Leukosit +
Eritrosit +
Kesan : Bakteri, leukosit, eritrosit (+)
Problem aktif Problem pasif
Demam 3 hari naik turun Riwayat mondok karna perut
Diare 3-7 kali perhari selama kembung
3 hari
Mata cowong
Hemoglobinemia
Hemodilusi
Feses rutin:
Bakteri (+)
Leukosit (+)
Eritrosit (+)

V. DIAGNOSIS BANDING
- Diagnosis utama : Diare akut dehidrasi ringan sedang

- Diagnosis banding : . 1. Diare akut infeksi


• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Parasit
2. Diare akut non infeksi
• Intoleransi Laktosa
• Makanan
• Disentri
VI. DIAGNOSIS KERJA
• Diagnosis utama : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
• Diagnosis komorbid :-
• Diagnosis komplikasi :-
• Diagnosis gizi : Gizi baik, perawakan sesuai usia, mesocephal
• Diagnosis social ekonomi : Cukup
• Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa bukti
KMS
• Diagnosis Pertumbuhan : Baik, Pertumbuhan sesuai dengan usia
• Diagnosis Perkembangan : Baik, Pertumbuhan sesuai dengan usia
VII. INITIAL PLAN
 Ip. Dx :
a. Subyektif : -
b. Obyektif : -
 Ip. Tx :
Medikamentosa
 Inf. RL 8 tpm makro
 Inj. PCT 4 x 90 mg
 Po : L-Bio 1 x 1 sach
Zinc 1 x 1 tab (20 mg)
Non medikamentosa
 Tirah baring
 Bila suhu meningkat, kompres dengan air hangat
 Ip. Mx :
 Monitoring KU, kesadaran, suhu, frekuensi jantung, frekuensi pernapasan,
tekanan darah, dan suhu.
 Monitoring tanda – tanda dehidrasi berat, frekuensi BAB, konsistensi
tinja, nafsu makan/minum.
 Cek lab darah rutin ulang bila tidak tampak perbaikan.
 Monitoring kondisi lain yang menyertai.

 Ip. Ex :
 Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang
sedang diderita bahwa yang paling penting dari penyakit ini adalah terjadi
kekurangan cairan sehingga orangtua harus disiplin memberikan lebih
banyak cairan untuk anak lewat minum.
 Memotivasi orangtua agar sabar dan telaten memberikan oralit pada anak.
Oralit diberikan 1 sendok makan untuk anak usia < 2 tahun, tiap 1-2 menit,
jika anak muntah diberikan ulang 10 menit kemudian. Tiap kali setelah
BAB, berikan oralit ½ gelas belimbing. Oralit dihentikan bila tampak ada
pembengkakan pada kelopak mata.
 Memberitahukan orangtua agar memberikan Zinc selama 10 hari berturut-
turut. Meskipun diare sudah berhenti, pemberian Zinc harus tetap
dilanjutkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi resiko
berulangnya diare 2 – 3 bulan ke depan.
 Jika sudah dibolehkan pulang, memberitahukan pada orangtua pasien
untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan bila anak: BAB cair
lebih sering, muntah berulang-ulang, tampak kehausan, malas
minum/makan, demam, tinja bercampur darah, kondisi anak tidak
membaik dalam 3 hari.
 Memberitahukan orang tua, agar anak tidak memasukkan jari ke dalam
mulut.
 Tidak mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
 Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
 Menjaga lingkungan dan kebersihan diri
 Meningkatkan makan dan minum yang bergizi
 Edukasi kompres saat demam.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
IX. PROGRES NOTE
Waktu/tgl 24/05/2019 25/05/2019 26/05/2019 27/05/2019 28/05/2019
Keluhan Diare 7 kali; Diare 2 kali; Diare 1 kali; Diare 1 kali; Keluhan (-)
kunig-kehijauan, ampas (+) ampas (+) ampas (+)
cair, ampas (+),
nyemprot (+)

Kesadaran/ Compos Mentis, Compos Mentis, Compos Mentis, Compos Mentis, Compos Mentis,
Keadaan lemah lemah aktif aktif aktif
Umum
Vital: 114 x/mnt 112 x/mnt 120 x/mnt 120 x/mnt
Nadi 100 x/mnt 30 x/mnt 29 x/mnt 30 x/mnt 28 x/mnt
RR 28 x/mnt 37,4 ºC 36,6º C 35,8º C 36,8º C
Suhu 38,0ºC
Antopometri:
BB 8,6 kg 8,6 kg 8,6 kg 8,6 kg 8,6 kg
PB 67 cm 67 cm 67 cm 67 cm 67 cm
PF :
Kepala Mesochepal, Mesochepal , Mesochepal , Mesochepal , Mesochepal ,
UUB cekung (-) UUB cekung (-) UUB cekung (-) UUB cekung (-) UUB cekung (-)

Mata Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil
(+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor
OD=OS ±3mm, OD=OS ±3mm, OD=OS ±3mm, OD=OS ±3mm, OD=OS ±3mm,
Cowong (+/+) Cowong (+/+) Cowong (-/-) Cowong (-/-) Cowong (-/-)

Hidung NCH (-), sekret NCH (-), sekret NCH (-), sekret NCH (-), sekret NCH (-), sekret
bening (-/-) bening (-/-) bening (-/-) bening (-/-) bening (-/-)

Bibir Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-),
kering (+) kering (+) kering (-) kering (-) kering (-)

Mulut Lidah kotor (-) Lidah kotor (-) Lidah kotor (-) Lidah kotor (-) Lidah kotor (-)

Leher Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran


Kelenjar Getah Kelenjar Getah Kelenjar Getah Kelenjar Getah Kelenjar Getah
Bening (-) Bening (-) Bening (-) Bening (-) Bening (-)

Thorak Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


retraksi (-), retraksi (-), retraksi (-), retraksi (-), retraksi (-),
suara dasar suara dasar suara dasar suara dasar suara dasar
vesikuler (+/+) vesikuler (+/+) vesikuler (+/+) vesikuler (+/+) vesikuler (+/+)

Abdomen Supel, Bising Supel, Bising Supel, Bising Supel, Bising Supel, Bising
Usus (+) Usus (+) Usus (+) Usus (+) Usus (+)
meningkat, nyeri meningkat, nyeri normal, nyeri normal, nyeri normal, nyeri
tekan (-), tekan(-) tekan(-) tekan(-) tekan(-)
hepatosplenome hepatosplenome hepatosplenome hepatosplenome hepatosplenome
gali (-), turgor gali (-), turgor gali (-), turgor gali (-), turgor gali (-), turgor
<2” (-) <2” (-) <2” (+) <2” (+) <2” (+)

Ekstremitas Akral dingin (-) Akral dingin (-) Akral dingin (-) Akral dingin (-) Akral dingin (-)
Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-),
Capillary refill Capillary refill Capillary refill Capillary refill Capillary refill
<2” <2” <2” <2” <2”

Penunjang:
Hb 10.4 g/dL
Ht 31.1 %
Leukosit 11.600/mm3
Trombosit 294.000/mm3
Amuba -
Bakteri +
Leukosit +
Eritrosit +

Asses DADRS DADRS DADRS DADRS DADRS


Terapi o Infus RL o Infus RL 8 o Infus RL 8 o Infus RL 8 o Infus RL 8
guyur 40 cc tpm IV tpm IV tpm IV tpm IV
IV o Inj. o Inj. o Inj. o Inj.
o Inj. Paracetamol Paracetamol Paracetamol Paracetamol
Paracetamol 4 x 90 mg 4 x 90 mg 4 x 90 mg 4 x 90 mg
4 x 90 mg IV IV IV IV
IV o Po: o Po: o Po: o Po:
o Po: L-Bio 1 x 1 L-Bio 1 x 1 L-Bio 1 x 1 L-Bio 1 x 1
L-Bio 1 x 1 Sach Sach Sach Sach
Sach Zink 1 x 1 Zink 1 x 1 Zink 1 x 1 Zink 1 x 1
Zink 1 x 1 tab tab tab tab
tab Metronidazo o Metronidazo o Metronidazo o Metronidazo
l syr 3 x ½ l syr 3 x ½ l syr 3 x ½ l syr 3 x ½
cth cth cth cth
Diit Makan minum Makan minum Makan minum Makan minum Makan minum
biasa biasa biasa biasa biasa
Program Terapi lanjut Terapi lanjut Terapi lanjut Terapi lanjut Boleh Pulang
Awasi KU & Awasi KU & Awasi KU & Awasi KU & Obat lanjutkan
TTV TTV TTV TTV
Awasi tanda Awasi tanda Awasi tanda Awasi tanda
dehidrasi dehidrasi dehidrasi dehidrasi
TINJAUAN PUSTAKA

I. DIARE AKUT
A. Definisi
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya
sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
(IDAI, 2010).

B. Etiologi
• Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu :
– infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit)
– Malabsorpsi
– Alergi
– Keracunan
– Imunodefisiensi
– Sebab-sebab lainnya
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan.
 Faktor Makanan
 Makanan busuk, mengandung racun
 Perubahan susunan makanan yang mendadak,
 Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi.
 Faktor Infeksi :
 Faktor Parenteral (ISPA, ISK, OMA, Tonsilofaringitis, BRPN, ensefalitis
 Faktor Enteral
 Infeksi bakteri: Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter,
yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
 Infeksi Virus : Entero virus,( virus ECHO, Coxsakie, Poliomielitis ),
adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll.
 Infeksi Parasit :Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Tricomonas hominis), Cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongiloides ) Jamur ( Candida albicans).
C. Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-
anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare
akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik
dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya
dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
 Faktor lingkungan
 Gizi
 Kependudukan
 Pendidikan
 Keadaan sosial ekonomi
 Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan
seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang
digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak
diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor
pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor
kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan
yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat
misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan,
setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Faktor-faktor di atas terkait erat dengan
faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).

D. Manifestasi Klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan
atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi.
Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang.
Selaput lendir bibir dan mulut kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri.
Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang
mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :
 Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan
beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga
dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.
 Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya utamanya
adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
 Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya
adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
 Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

E. Patogenesis dan patofisiologi


Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik,
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga
timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP dan Ca dependent.
Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, E.Coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik.
Toksin Shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan
kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan darah dalam tinja yang disebut
disentri.
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu :
1. Diare osmotic
Akibat adanya makanan yang tak dapat diserap, tekanan osmotic dalam lumen usus
meningkat, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi
lumen usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Diare sekretorik.
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus.dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Diare oleh karena gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare.

F. Penegakan Diagnosis Diare


Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau
tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral
dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi tau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).
G. Pemantauan
1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat badan,
gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang
sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan
laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil
uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh dan
seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk maka
dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan tanda
vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
 Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
 Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit dan bakteri
 Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
 Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
 Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.

H. Penatalaksanaan Diare
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
 Rehidrasi
 Dukungan Nutrisi
 Suplementasi Zinc
 Antibiotika selektif
 Edukasi orang tua
Rehidrasi
 Tanpa dehidrasi
 Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5 – 10
mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu :
 Umur < 1tahun  500 – 100 mL
 1 – 5 tahun  100 – 200 mL
 > 5 tahun  semaunya.
Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus
terus diberikan.Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus, diare frekuen dan profus)
Rehidrasi
 Dehidrasi ringan – sedang
 Cairan Rehidrasi Oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5 – 10 mL/kgBB setiap diare cair.
 Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikir atau melalui
pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau
KAEN 3B atau NaCL dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.
Status dehidrasi dievaluasi secara berkala.
 3 – 10 kg = 200 mL/KgBB/hari
 10 – 15 kg = 175 mL/KgBB/hari
 > 15 kg = 135 mL/KgBB/hari
 Pasien dipantau di puskesmas/RS selama proses rehidrasi sambil memberi
edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.
Rehidrasi
 Dehidrasi berat
 Diberikan cairan rehidtasi parenteral dengan RL atau RA 100 mL/KgBB
dengan cara pemberian
 < 12 bulan = 30 mL/KgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70
mL/KgBB dalam 5jam berikutnya
 > 12 bukan = 30 mL/KgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70
mL/KgBB dalam 2,5 jam berikutnya
 Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau minum,
dimulai dengan 5 mL/KgBB selama proses rehidrasi
Cara Pemberian Oralit

 Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu:


 Mengurangi volume tinja hingga 25%
 Mengurangi mual-muntah hingga 30%
 Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Penatalaksanaan Diare
 Dukungan Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak menjadi gizi
buruk. ASI tetap diberikan selama terjadinya diare pada diare cair akut maupun pada
diare akut berdarah dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
 Suplementasi Zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut t erbukti mengurangi lama dan
beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Dosis Zinc untuk anak-anak :
Anak-anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (½ tablet)
Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet)
Cara pemberian tablet Zinc : untuk bayi dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau
oralit. Untuk anak yang lebih besar dapat dikunyah atau dilarutkan. Zinc berfungsi
untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh dan regenerasi sel enterosit.
 Antibiotika Selektif
Obat pilihan untuk pengobatan diare yang disebabkan infeksi enteral dan parenteral
adalah golongan Quinolon seperti Siprofloksasin dengan dosis 30-50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari.
 Edukasi pada Orang Tua
Nasihat pada ibu untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah, muntah
berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum
membaik. Indikasi untuk rawat inap pada diare akut adalah malnutrisi, usia kurang
dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri
yang datang dengan komplikasi.
 Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah
sebagai berikut:
Pemberian ASI
Pemberian MP-ASI
Menggunakan air bersih yang cukup
Mencuci tangan
Menggunakan jamban
Membuang tinja bayi dengan benar
Pemberian imunisasi campak
Penatalaksanaan
1. Atasi dehidrasi
 Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai
usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
- < 1 tahun: 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya.
 Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti
di atas setiap kali buang air besar.
 Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100
cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses
rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau
sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau
hipokalemia.
6. Vitamin A
- 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU
- >1 tahun : 200.000 IU
7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare (IDAI, 2004).

Indikasi rawat inap :


 Diare akut dengan dehidrasi berat
 Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
 Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi), buang
air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari (Armon,
2001).
DAFTAR PUSTAKA

1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management.
2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471.
3. Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
4. IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 58-62.
5. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta, hal : 73 – 79.
6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
7. WHO, 2004. Diarrhoea :Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.
8. Henna, N et all. 2011. Children With clinical Presentations of Hirschsprung’s Disease-A
Clinicopathological Experience. Biomedica; 27: 1-4

Anda mungkin juga menyukai