Anda di halaman 1dari 9

Berdasarkan WHO (2007) infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab

utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir 4 juta orang meinggal akibat

ISPA setiap tahun, 98%-nya di sebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Insiden ISPA

bawah yaitu 34-40 per 1000 anak per tahun di Eropa dan Amerika Utara. Tingkat mortalitas

sangat tinggi pada bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Terutama di Negara-negara dengan

pendapatan perkapita rendah dan menengah, dimana ISPAjuga merupakan salah satu penyebab

utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian

perawatan anak.

UNICEF/WHO (2006) infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan

yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari. ISPA merupakan

penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawah. ISPA

dapat menimbulkan gejala ringa (batuk, pilek), gejala sedang (sesak, wheezing) bahkan sampai

gejala yang berat (sianosis, pernafasan cuping hidung).

Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus,

bakteri, atipikal (mikoplasma) atau inspirasi subtansi asing, yang melibatkan suatu atau semua

bagian saluran pernafasan. Saluran pernafasan atas terdiri dari hidung dan faring (Donna L.

Wong 2008).

Infeksi saluran pernafasan atas merupakan kondisi yang ditandai oleh inflamsi akut yang

menyrang baik hidung, sinus oaranasal, tenggorok, atau laring (Asih, 2004).

Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang dapat menimbulkan pada penderita ISPA menurut Hasan

(2007), antara lain :

1. Pilek

2. Batuk

3. Kadang bersin

4. Keluar secret cair dari hidung

5. Gelisah

6. Nyeri pada otot

7. Pusing

8. Anoreksia

9. Hidung tersumbat

10. Demam

Patofisiologi ispa

Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui inhalasi serosol yang mengandung partikel

kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva atau kontak tangan dengan secret

yang mengandung virus yang berasal yang berasal dari penyandang atau dari lingkungan. Cara

penularan virus yang satu berbeda dengan virus yang lainnya. Virus influenza terutama

ditularkan melalui inhalasi aerosol partikel kecil, sedangkan rhinovirus ditularkan melalui kontak

tangan dengan secret, yang diikuti dengan kontak tangan ke mukosa hidung atau konjungtiva.

Patogenesisnya sama dengan pathogenesis infeksi virus pada umumnya, yaitu melibatkan

antara replikasi virus dan respon inflamasi penjamu. Meskipun demekian, pathogenesis virus-
virus respiratory dapat sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya karena perbedaan lokasi

primer tempat replikasi virus. Replikasi virus influenza terjadi di epitel trakiobronkial sedangkan

rinovirus terutama di epitel nasofaring.

Pemahaman pathogenesis rhinitis terutama didapat dari penelitian sukarelawan yang

diinfeksi dengan rinovirus. Infeksi dimulai dengan deposit virus di mukosa hidung anterior atau

di mata. Dari mata, virus menuju hidung melalui duktus lakrimalis, lalu pindah ke nasofaring

posterior akibat dari gerakan mukosilier. Di daerah adenoid, virus memasuki sel epitel dengan

cara berikatan dengan reseptor spesifik di epitel. Sekitar 90% virus rhinovirus menggunakan

intraseluler adhesion molecule (ICAM 1) sebagai preseptornya.

Setelah berada di dalam sel epitel, virus bereplikasi dengan cepat. Hasil replikasi virus

tersebut dapat dideteksi 8-10 jam setelah inakulasi virus intranasal. Dosis yang dibutuhkan untuk

terjadinya infeksi rhinovirus adalah kecil, dan lebih dari 95% sukarelawan tanpa antibodi

spesifik terhadap serotype virus akan terinfeksi setelah inokulasi intranasal. Meskipun demikian

tidak semua infeksi menyebabkan timbulnya gejala klinis. Gejala rinitis hanya terjadi pada 75%

orang yang terinfeksi.

Derajat keparahan kerusakan mukosa hidung berbeda antara virus. Virus influenza dan

adenovirus menyebabkan kerusakan yang luas, sedangkan virus rhinovirustidak menyebabkan

perubahan histopatologik pada mukosa hidung tidak adanya kerusakan mukosa pada infeksi

rhinovirus menimbulkan dugaan bahwa gejala knlinis pada infeksi rhinovirus mungkin bukan

disebabkan oleh efek sitopatik virus, melainkan karena respon inflamasi penjamu. Beberapa

mediator inflamasi yang berperan dalam rinitis adalah kinin, leukotrein, histamine, interleukin
(IL) 1,6 dan 8, tumor nekrosis factor (TNF), dan regulated by actyvaton normal T cell exspressed

(RANTES). Kadar IL 6 dan IL 8 menentukan derajat keparahan rinitis (Rahajoe, 2008).

Penyebab ISPA

Beberapa virus yang telah teridentifikasi sebagai penyebab penyakit ISPA antara lain :

1. Rhinovirus, merupakan virus yang paling dominan menyebabkan rinitis pada semua usia.

2. RSV (Respiratory sncytial virus)

3. Virus influenza, merupakan virus yang palin menyebabkan influenza (common cold)

4. Virus parainfluenza

5. Adenovirus. (Rahajoe, 2008)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit ISPA menurut Rahajoe,

2008 antara lain :

1. CT-Scan, untuk melihat penebalan dinding nasal, penebalan konka dan penebalan

mukosa sinus, yang menunjukkan common cold.

2. Foto polos, untuk melihat perubahan pada sinus.

3. Pemeriksaan sputum, untuk mengetahui organisme penyebab penyakit.

Komplikasi ispa

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ISPA antara lain :

1. Otitis media akut


2. Rinosinusitis

3. Pneumonia

4. Eptaksis

5. Konjungtivitis

6. Faringitis (Rahajoe, 2008)

Penatalaksanaan ISPA

1. Pencegahan

a. Rajin mencuci tangan

b. Membersihkan permukaan umum, seperti meja, mainan anak, gagang pintu, dan

fasilitas kamar mandi dengan desinfektan anti-bakteri

c. Hindarkan anak berkontak langsung dengan orang yang terinfeksi dlu atau pilek

d. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan (Sutanto, 2011)

2. Penatalaksaan keperawatan

a. Istirahat total

b. Peningkatan intake cairan, jika tidak ada kontraindikasi

c. Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai penyakit

d. Memberikan kompres hangat bila demam

e. Pencegahan infeksi lebih lanjut (Somantri, 2008)

3. Penatalaksanaan medis

a. Simtomatik (sesuai dengan gejala yang mucul), sebab antibiotik tidak efektif untuk

infeksi virus
b. Obat kumur, untuk menurunkan nyeri tenggorokan

c. Antihistamin, untuk menurunkan rinorrhea

d. Vitamin C dan espektoran

e. Vaksinasi (Somantri, 2008)

Fokus pengkajian ISPA

1. Biodata

Secara umum influenza dapat menyerang semua usia dari anak-anak sampai dengan

lanjut usia dan secara umum setiap umat manusia dapat terserang penyakit ini.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan yang sering muncul pada klien dengan influenza antara lain sakit kepala

hebat, nyeri otot, demam, menggigil, fatigue, weakness, anoreksia (tidak nafsu

makan), sakit tenggorokan, batuk, bersin, rinorrhea, hidung tersumbat, dan pada

beberapa kali dapat mengeluh kelemahan umum selama 1-2 minggu setelah

periode akut.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Influenza merupakan suatu penyakit infeksi yang sering kali timbul berulang pada

seseorang, hal inilah yang membuat seseorang bisa terjangkit virus influenza

beberapa kali semasa hidupnya dan mungkin lebih sering dibandingkan dengan

virus lainnya. Penurunan morbiditas terjadi dengan ditemukannya imunisasi

influenza.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Influenza sebagai penyakit infeksi tidak secara langsung berhubungan dengan

genetik (penyakit yang diturunkan), tetapi penularannya dapat terjadi ketika ada

salah satu anggotanya terjangkit, maka dengan cepat penyakit tersebut

menjangkiti anggota keluarga yang lain. Hal tersebut bukan karena penyakit ini

diturunkan tetapi akibat adanya penularan melalui airborne infection.

3. Pola kehidupan sehari-hari

Munculnya keluhan tidak nafsu makan dan nyeri mengakibatkan terjadinya

penurunan intake makanan dan dapat pula memicu terjadinya penurunan intake cairan

pada klien. Dalam kondisi yang mengalami kelemahan setelah melewati periode akut,

mungkin akan terjadinya penurunan aktivitas sehari-hari pada klien, seperti

berolahraga, bekerja dan lain-lain.

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan diagnosis yang berhubungan dengan penyakit

influenza lebih berfokus pada system pernapasan, diantaranya: laju pernapasan lebih

dari normal, takipnea, pernapasan bertahan karena adanya secret di hidung dan

peningkatan produksi secret.

Data lain yang mungkin didapatkan adalah : hipertermi, anoreksia, penuruan berat

badan dan nyeri pada sendi.

Etiologi

Bakteri penyebab ISPA tersering adalalah Haemophilus influenzae (20%) dan

Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri penyebab lain adalah Staphylococcus


aureaus dan Klebsiella pneumonia, sedangkan virus yang sering menjadi penyebab

ISPA adalah respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza. Jamur yang biasanya

ditemukan sebagai penyebab ISPA pada anak dengan AIDS adalah

Pneumocystisjiroveci (World Health Organization, tahun 2003).

Klasifikasi penyebab infeksi saluran pernafasan Akut terdiri dari :

a. Bakteri : Diplococus pneumonia, pneumococcus aureus, streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Haemopilus Influenzae dan lain-lain.

b. Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, parainfluenzae.

c. Jamur : Aspergillus sp, candida albicans, histoplasma, dan lain-lain.

d. Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan bakar minyak),

biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,

mainan plastik kecil, dan lain-lain.

Klasifikasi ISPA

a. ISPA Ringan

Seseorang yang menderita ispa ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek,

dan sesak.

b. ISPA Sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39°C

dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA Berat

Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu

makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
d. Kalsifikasi penyakit ispa dibedakan menjadi golongan di bawah 2 bulan dan

untuk golongan umur 2 bulan- 5 tahun. (Muttaqin, 2008).

Anda mungkin juga menyukai