Jurnal HPI Vol 24 No 1 - April 2011 - 1 PDF
Jurnal HPI Vol 24 No 1 - April 2011 - 1 PDF
245/AKRED-LIPI/P2MB/2010
Jurnal HPI Vol. 24 No. 1 Hal. 1 - 51 Banda Aceh, April 2011 ISSN : 0215-4609
KETUA REDAKSI
DR. M. Dani Supardan, ST, MT
ANGGOTA REDAKSI
DR. Mahidin, ST, MT
DR. Yuliani Aisyah, S.TP, M.Si
Mahlinda, ST
PENYUNTING EDITOR
Fitriana Djafar, S.Si, MT
Syarifuddin, ST, MT
Fauzi Redha, ST
SEKRETARIAT
Nanik Indah Setianingsih, STP
Alamat Penerbit:
BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDA ACEH
Jl. Cut Nyak Dhien No. 377, Lamteumen Timur, Banda Aceh 23236
Telp. (0651) 49714 ; Fax. (0651) 49556
E-Mail : hpi_brsbna@yahoo.com
PENGANTAR REDAKSI
Redaksi mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME dengan terbitnya Jurnal HPI
(Hasil Penelitian Industri), Volume 24 No. 1 Tahun 2011 untuk pembaca. Jurnal HPI kali ini
menyajikan 6 (enam) judul tulisan yang mencakup 1 artikel membahas tentang perancangan alat,
dan 5 artikel membahas tentang teknologi proses.
Harapan kami, tulisan-tulisan ilmiah yang disajikan akan memberikan tambahan
pengetahuan kepada pembaca semua. Selain itu, kami juga mengundang para pembaca
mengirimkan tulisan ilmiah untuk terbitan selanjutnya. Redaksi juga mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca dalam rangka meningkatkan kualitas jurnal ini.
Selamat Membaca
Redaksi
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
ABSTRAK…. ...................................................................................................................... iv
Penelitian tentang karakterisasi edible coating berbahan baku pektin kulit jeruk nipis (Citrus Aurantifolia
swingle) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pektin dan
gliserol terhadap karakteristik edible coating yang dihasilkan. Variasi konsentrasi pektin adalah 4% dan
6% yang divariasikan dengan konsentrasi gliserol sebesar 2%, 3% dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi pektin berpengaruh terhadap ketebalan film. Sedangkan konsentrasi gliserol 2%
menghasilkan karakteristik edible coating yang lebih baik, dari segi fisik maupun performance.
Konsentrasi gliserol yang lebih tinggi menyebabkan edible coating berwarna buram.
Kata kunci: edible coating, gliserol, pektin
Pertanyaan yang harus dijawab dalam pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi terbarukan adalah
bagaimana biomassa tersebut digunakan dan teknologi apa yang diterapkan. Solusi yang ditawarkan dalam
studi ini adalah pemanfaatan biomassa dalam bentuk briket dan modifikasi dapur yang ada untuk
pembakarannya. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh komposisi briket dan ukuran partikel biomassa
terhadap efisiensi dapur. Briket dibuat berbentuk silinder, dengan φ = 25 mm dan tinggi 100 – 110 mm.
Tekanan pengepresan untuk pembriketan adalah 2 ton/cm2. Dapur dimodifikasi dengan mengubah model
grate (sarangan) menjadi fixed grate sebagai model standar dan up-down grate. Rasio cangkang sawit-biji
jarak 75:25 – 95:5 dengan masing-masing ukuran partikel -12/+25, -25/+40 dan -40/+60 mesh. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ukuran pertikel, komposisi briket, model grate dan aplikasi tutup
pengurang emisi berpengaruh terhadap efisiensi dapur. Efisiensi tertinggi, yaitu 35,22%, pada studi ini
terdeteksi pada model dapur up-down grate tanpa tutup pengurang emisi, rasio cangkang sawit-biji jarak
75:25 dan ukuran partikel -40/+60 mesh.
Kata kunci: biji jarak, briket biomassa, cangkang sawit, efisiensi dapur
Penelitian tentang proses pemurnian metanol hasil sintesa biodiesel menggunakan rotari evaporator telah
dilaksanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pemurnian metanol dari hasil
proses esterifikasi dan transesterifikasi untuk mendapatkan produk metanol yang dapat digunakan kembali
pada proses sintesa biodiesel berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan, metanol hasil esterifikasi yang
dapat diambil kembali mencapai 96,5 %, sedangkan metanol hasil transesterifikasi yang dapat diambil
kembali mencapai 64 %. Hasil identifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam metanol produk
distilasi menggunakan Gas Chromatography (GC) diketahui tingkat kemurnian metanol mencapai
99,86%.
Penggunaan membran ultrafiltrasi untuk proses klarifikasi nira tebu merupakan suatu alternatif yang
menarik jika dilihat dari keunggulan keunggulan yang dimiliki. Salah satu keunggulan adalah tidak
membutuhkan lahan yang luas dan bahan-bahan kimia sehingga dapat mengurangi biaya operasi serta
dapat memecahkan masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia. Penelitian yang
dilakukan ini mempelajari kemampuan membran ultrafiltrasi yang dibuat dengan teknik inversi fasa
menggunakan polimer selulosa asetat dengan pelarut yang divariasikan yaitu aseton dan tetrahidrofuran
dalam proses klarifikasi nira tebu. Perbedaan pelarut akan menghasilkan membran yang memiliki struktur
yang berbeda dan struktur membran sangat mempengaruhi kinerja membran. Pada Penelitian ini kajian
yang dilakukan mencakup pengaruh pelarut yaitu Aseton dan Tetrahidrofuran (THF) pada proses
klarifikasi nira tebu serta pengaruh tekanan operasi terhadap kinerja membran dalam menghasilkan fluks
permeat nira yang tinggi dan selektivitas terhadap senyawa-senyawa yang tidak diinginkan (protein, wax,
gum, dll) dan dapat menghasilkan nira yang mengandung sukrosa sebanyak mungkin. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai permeabilitas (Lp) membran dengan pelarut aseton (CA1) memiliki nilai Lp
yang lebih besar dibandingkan membran dengan pelarut THF (CA2). Nilai rejeksi membran CA2 lebih
besar dibandingkan rejeksi pada membran CA1, dimana rejeksi yang dihitung adalah untuk nilai sukrosa.
Kata Kunci : aseton, membran, nira tebu, selulosa asetat, tetrahidrofuran, ultrafiltrasi
Coco-dietanolamida merupakan surfaktan nonionik yang terbuat dari turunan kelapa. Surfaktan jenis ini
banyak dipakai sebagai bahan penstabil atau pengembang busa untuk mempertahankan stabilitas busa
sabun cair atau shampoo yang berkurang karena adanya kotoran. Telah dilakukan penelitian pembuatan
coco-dietanolamida dari minyak kelapa dengan reaktor high mixing homogenenizer. Ada dua tahap
pembuatan coco-dietanolamida yaitu; pembuatan metil ester dan pembuatan coco-dietanolamida. Metil
ester minyak kelapa murni dihasilkan pada kondisi reaksi; suhu 60 oC, kecepatan pengadukan 100 rpm dan
waktu 2 jam. Metil ester dicuci dengan aquades dan dipisahkan dengan pengotor lainnya pada suhu
produk rendah yaitu 4 oC. Sementara itu coco-dietanolamida dihasilkan dengan mereaksikan metil ester
dengan dietanolamin pada suhu 60–100 oC, kecepatan pengadukan 200 rpm dan waktu 2 jam. Dihasilkan
coco-dietanolamida dengan kandungan amida ±98 %, FFA 0.46%, total amin 0,06 %, pH 9,3, tegangan
permukaan 39,2 dyne/cm dan tegangan antar muka 14 dyne/cm.
Kata kunci: asam lemak bebas, coco-dietanolamida, metil ester, reaktor high mixing homogenizer,
tegangan antar muka, tegangan permukaan
Minyak biji kapuk merupakan salah satu bahan baku alternatif yang murah dari golongan bukan pangan
yang dapat diperoleh dari limbah industri kapuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio
volume minyak terhadap co-solvent tetrahydrofuran, waktu reaksi dan konsentrasi katalis terhadap
kuantiítas dan kualitas biodiesel yang dihasilkan. Produksi biodiesel dari bahan baku minyak biji kapuk
dilakukan dengan proses transesterifikasi menggunakan katalis basa pada suhu 60 oC dan tekanan atmosfir
dalam suatu reaktor berpengaduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan biodiesel dari
minyak biji kapuk dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat yaitu biodiesel mulai dapat dihasilkan
pada waktu 10 menit yang mana hal ini dapat dicapai karena adanya penambahan tetrahydrofuran sebagai
co-solvent. Sedangkan tanpa menggunakan co-solvent waktu yang dibutuhkan mencapai 90 menit.
Perolehan hasil biodiesel yang maksimal diperoleh pada perbandingan rasio volume minyak biji kapuk
terhadap co-solvent tetrahydrofuran sebesar 1:0,5. Penambahan konsentrasi katalis KOH sebesar 1,0 %
menghasilkan yield biodiesel yang paling tinggi yaitu sebesar 70 %. Karakteristik biodiesel yang
dihasilkan belum memenuhi karakteristik biodiesel menurut standar SNI dan hanya nilai flash point yang
memenuhi persyaratan.
Kata kunci: biodiesel, co-solvent, minyak biji kapuk, transesterifikasi
Characterization of edible coating made from citrus peel (Citrus Aurantifolia swingle) was done. The
objective of this study was to investigate the influence of pectin and glycerol concentrations toward edible
coating characteristic which produced from this research. Variation of pectin concentration were 4% and
6% combined with glycerol concentration which were variated from 2% to 4%. The results showed that
pectin concentration had an influential to the film thickness. A good characteristic based on physics and
performance was yielded from 2% of glycerol concentration. High glycerol concentration caused edible
coating had an opaque color.
The questions should be answered in biomass utilization, as a source of renewable energy, are how the
biomass is used and what kind of technology can be applied. The recommended solution in this study is by
utilized the biomass in form of briquette and modification of available stove for its combustion. This
research is addressed to examine the effect of briquette composition and biomass particle size on the stove
efficiency. Briquette is produced in cylindrical form with φ = 25 mm and 100 – 110 mm in high.
Densification pressure is 2 ton/cm2. The stove is modified by changing the grate model to fixed grate as a
standard model and up-down grate. Ratio of palm shell to castor seed are 75:25 – 95:5 at particle size -
12/+25, -25/+40 and -40/+60 mesh, respectively. The results show that particle size, briquette
composition, grate model and emission suppress cap affect the stove efficiency. The highest efficiency,
i.e. 35.22%, in this study observed at up-down grate stove without emission suppress cap, ratio of palm
shell to castor seed of 75:25 and particle size of -40/+60 mesh.
Research on methanol recovery from biodiesel synthesis using rotary evaporator has been done. The aim
of research is to study methanol recovery process using methanol from esterification and
transesterification of biodiesel which can be reused for biodiesel synthesis. The result of research shows,
for esterification methanol can be recovered around 96,5%, while transesterification methanol can be
recovered around 64%. Componen analysis using Gas Chromatography (GC) shows methanol purity
reached 99,86%.
The use of ultrafiltration membrane was one of the interesting alternatives for clarification process of tap
liquid of sugarcane. The membrane needed small area and no chemicals that reduce operation cost and
environmental impact. This research was aimed to study the ability of ultrafiltration membrane made by
phase inversion technique using cellulose acetate with various solvent (acetone and tetrahydrofuran).
Different solvent gives different membrane structure which has big effect on membrane performance. This
research was done to study the effect of solvent (acetone and tetrahydrofuran (THF)) on clarification
process of sugarcane liquid and effect of operation pressure on membrane activity in producing high flux
of permeate and selectivity of desired substances (protein, wax, gum, etc) and produced high sucrose
sugarcane liquid. The results showed that the permeability (Lp) of membrane with acetone (CA1) was
higher than membrane with THF (CA2). Rejection value of CA2, based on sucrose value, is higher than
CA1.
Coco-diethanolamide is nonionic surfactant derivate from coconut. This surfactant is widely used as
stabilizer or foaming agent for liquid soap or shampoo to maintain their form stabilizes. In this research,
coco-diethanolamide was produced by using a high mixing homogenizer reactor. The optimal reaction
conditions of processe such as temperature, reaction speed and reaction time were investigated. There are
two steps processes were performed, they are methyl ester and then coco-diethanolamide. Methyl ester is
occurring at 60 oC and 100 rpm for 2 hours reaction. When temperature of product was low (below 4 oC),
hence methyl ester was separated and washed. Coco-ditehnolamide was producted by reaction of methyl
ester and diethanolamine at 60-100 oC, 200 rpm and 2 hours. The quality of coco-diethanolamide product
are amide contain ± 98 %, free fatty acid 0,46 %, amine total 0,06 %, pH 9,3, surface tension 39,2
dyne/cm and interface tension 14 dyne/cm.
Keyword: coco-diethanolamide, free fatty acid, high mixing homogenizer, interface tension, methyl
ester, surface tension
Cotton seed oil is one of cheap alternative source of non edible raw materials that can be used to produce
biodiesel. The purpose of this research is to study the effect of volume ratio of cotton seed oil to co-solvent
of tetrahydrofuran, reaction time, and the amount of catalyst toward quality of produced biodiesel. The
production of biodiesel of cotton seed oil can be conducted by transesterification process using base
catalyst at temperature of 60 oC and atmospheric pressure in a stirred reactor. The result of the research
indicates that biodiesel can be produced within a shorter time in which biodiesel can be produced after 10
min because of addition of tetrahydrofuran as co-solvent. While without using co-solvent, it requires 90
minutes. The highest yield of biodiesel production was obtained at volume ratio of cotton seed oil to co-
solvent tetrahydrofuran of 1:0,5. The addition of KOH catalyst of 1.0% (w/w) would produce the highest
biodiesel yield as many as 70 %. The produced biodiesel characterization does not fulfill yet biodiesel
characterization according SNI standard and only flash point value that fulfill the standard.
Keywords: biodiesel, cotton seed oil, co-solvent, transesterification
.
ABSTRAK. Penelitian tentang karakterisasi edible coating berbahan baku pektin kulit
jeruk nipis (Citrus Aurantifolia swingle) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi pektin dan gliserol terhadap karakteristik edible coating
yang dihasilkan. Variasi konsentrasi pektin adalah 4% dan 6% yang divariasikan dengan
konsentrasi gliserol sebesar 2%, 3% dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi pektin berpengaruh terhadap ketebalan film. Sedangkan konsentrasi gliserol 2%
menghasilkan karakteristik edible coating yang lebih baik, dari segi fisik maupun
performance. Konsentrasi gliserol yang lebih tinggi menyebabkan edible coating berwarna
buram.
Kata kunci: edible coating, gliserol, pektin
ABSTRACT. Characterization of edible coating made from citrus peel (Citrus Aurantifolia
swingle) was done. The objective of this study was to investigate the influence of pectin and
glycerol concentrations toward edible coating characteristic which produced from this
research. Variation of pectin concentration were 4% and 6% combined with glycerol
concentration which were variated from 2% to 4%. The results showed that pectin
concentration had an influential to the film thickness. A good characteristic based on physics
and performance was yielded from 2% of glycerol concentration. High glycerol
concentration caused edible coating had an opaque color.
Keywords: edible coating, glycerol, pectin
Gambar 7. Hasil uji kuat tarik film edible Hasil karakterisasi edible coating dari
coating pada berbagai pektin kulit jeruk nipis adalah sebagai
konsentrasi pektin dan gliserol berikut :
1. Ketebalan film edible coating yang
Gambar di atas menunjukkan bahwa dihasilkan antara 0,045 – 0,077 mm,
nilai rata-rata kuat tarik edible coating akan tergantung pada konsentrasi pektin yang
semakin rendah dengan meningkatnya digunakan. Semakin besar konsentrasi
konsentrasi pektin dan konsentrasi gliserol pektin, semakin tebal film edible coating
yang ditambahkan. Nilai kuat tarik yang yang dihasilkan.
paling tinggi diperoleh pada konsentrasi 2. Nilai permeabilitas oksigen film edible
pektin 6 % dan konsentrasi gliserol 2% coating berkisar antara 3,4x10-7 –
(29,029 Kgf/mm2). Nilai kuat tarik 5.7x10-7 (cm3.cm/cm2.s.cmHg). Nilai
selanjutnya akan semakin rendah dengan permeabilitas oksigen terendah
meningkatnya konsentrasi gliserol. Hal ini dihasilkan pada konsentrasi pektin 4%
sesuai dengan pendapat Krochta (1994) dan konsentrasi gliserol 2%.
yang menyatakan bahwa peningkatan 3. Nilai kuat tarik film edible coating
konsentrasi gliserol akan menghasilkan film berkisar antara 18,492 – 33,533
dengan kuat tarik yang lebih rendah. Kgf/mm2. Nilai kuat tarik film edible
coating tertinggi diperoleh pada
ASTM. 1988. Annual Book of ASTM Krochta, J.M, Baldwin, E.A dan M.O.
Standards, American Society for Nisperos-Carriedo. 1994. Edible
Testing and Materials. Coating and Film to Improve Food
Philadelphia. Quality. USA: Technomic. Publ.
Co. Inc.
Baldwin, E.A. 2007. Edible Coating for
Fresh and Vegetables: Past, Mali, s., M. V. E. Grossmann, M. A. Garcia,
Present and Future. dalam M. N. Martino dan N. E. Zaritzky,
Krochta, J.M., E.A. Baldwin dan 2008. Barrier, Mechanical and
M.O. Nisperos-Carriedo, eds. Optical Properties of Plasticized
Edible Coating and Films to Yam Starch Films. Science Direct:
Improve Food Quality. 129-135.
Pennsylvania: Tecnomic Publ. Co.
Inc. McCabe, W. L., J. C. Smith, dan P. Harriot.
1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid
Baker, G. L. 1984. High Polimer Pectins 2. Terjemahan E. Jasjfi. Jakarta:
and Their Esterification. ADV, Erlangga.
Food Res. 1:395.
ABSTRAK. Pertanyaan yang harus dijawab dalam pemanfaatan biomassa sebagai sumber
energi terbarukan adalah bagaimana biomassa tersebut digunakan dan teknologi apa yang
diterapkan. Solusi yang ditawarkan dalam studi ini adalah pemanfaatan biomassa dalam
bentuk briket dan modifikasi dapur yang ada untuk pembakarannya. Penelitian ini bertujuan
melihat pengaruh komposisi briket dan ukuran partikel biomassa terhadap efisiensi dapur.
Briket dibuat berbentuk silinder, dengan φ = 25 mm dan tinggi 100 – 110 mm. Tekanan
pengepresan untuk pembriketan adalah 2 ton/cm2. Dapur dimodifikasi dengan mengubah
model grate (sarangan) menjadi fixed grate sebagai model standar dan up-down grate.
Rasio cangkang sawit-biji jarak 75:25 – 95:5 dengan masing-masing ukuran partikel -
12/+25, -25/+40 dan -40/+60 mesh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran pertikel,
komposisi briket, model grate dan aplikasi tutup pengurang emisi berpengaruh terhadap
efisiensi dapur. Efisiensi tertinggi, yaitu 35,22%, pada studi ini terdeteksi pada model dapur
up-down grate tanpa tutup pengurang emisi, rasio cangkang sawit-biji jarak 75:25 dan
ukuran partikel -40/+60 mesh.
Kata kunci: biji jarak, briket biomassa, cangkang sawit, efisiensi dapur
Desain tekMIRA
2. Diameter = 25 cm Efisiensi: 31%
Tinggi = 30 cm
Kapasitas = 1,5 kg briket
Lama pembakaran:
400 °C = 160 menit
500 °C = 145 menit
Desain tekMIRA
3. Diameter = 30 cm Efisiensi: 33%
Tinggi = 35 cm
Kapasitas = 4 kg briket
Lama pembakaran:
400 °C = 300 menit
500 °C = 270 menit
Desain tekMIRA
4. Diameter = 22,5 cm Efisiensi:
Tinggi = 31 cm a. 28% dengan penutup emisi
Kapasitas = 1,5 kg briket b. 33% tanpa penutup emisi
Lama pembakaran:
400 °C = 120 menit
500 °C = 100 menit
Desain Jepang
5. Diameter = 22 Cm Efisiensi: 33%
Tinggi = 55 cm
Kapasitas = 1,5 kg briket
Lama pembakaran:
400 °C = 120 menit
500 °C = 60 menit
600 °C = 5 menit
Desain Jepang
Desain Korea
Sumber: http://www.tekmira.esdm.go.id/BRIKET/jenisTungku.html, diakses tanggal 11
April 2011.
3.2.1 Efisiensi dapur up-down grate tanpa Gambar 3. Efisiensi dapur up-down grate
tutup pengurang emisi tanpa tutup pengurang emisi
sebagai fungsi komposisi briket
Pengujian pada dapur up-down grate dan ukuran partikel biomassa
tanpa tutup pengurang emisi ini didapatkan
bahwa efisiensi tertinggi dan terendah 3.2.2 Efisiensi dapur up-down grate dengan
masing-masing 35,22 dan 27,95% yang tutup pengurang emisi
teramati masing-masing pada rasio
cangkang sawit-biji jarak 75:25 dan 95:5. Hasil uji efisiensi pada dapur up-down
Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh grate dengan tutup pengurang emisi ini
komposisi briket dan ukuran partikel secara rata-rata memberikan efisiensi yang
biomassa terhadap efisiensi dapur. Dari lebih rendah dari dapur up-down grate tanpa
grafik dalam Gambar 3 terlihat bahwa efek tutup pengurang emisi. Pemakaian tutup
ukuran partikel biomassa lebih signifikan pengurang emisi diperkirakan mengurangi
dibandingkan komposisi briket. Secara fraksi briket yang terbakar karena ada
keseluruhan efisiensi meningkat dengan sebagian kecil udara yang disuplai justru
meningkatnya kandungan biji jarak dalam bergeser ke arah pembakaran jelaga yang
briket dan mengecilnya ukuran partikel tertahan atau tertambat pada tutup
biomassa pembentuk briket tersebut. pengurang emisi. Kemungkinan lain adalah
Dari semua desain tekMIRA dan suplai udara lebih rendah dibanding dengan
Jepang yang ditampilkan dalam Tabel 1 kondisi tanpa tutup pengurang emisi karena
untuk dapur tanpa tutup pengurang emisi, terdesak oleh flue gas yang tertahan dalam
terlihat bahwa efisiensi dapur tertinggi yang ruang bakar. Tertahannya flue gas
dihasilkan dalam studi ini (35%) lebih disebabkan oleh menyempitnya luas
tinggi. Tetapi jika dibandingkan dengan penampang aliran keluar karena
desain Korea (40%) maka efisiensi dapur pemasangan tutup pengurang emisi. Nilai
efisiensi tertinggi dan terendah untuk tipe
100
90
80
70
Yield (%)
60
50
40
A. Metanol hasil B. Metanol hasil 30
esterifikasi transesterifikasi 20
10
Yield (%)
dihasilkan adalah pada temperatur 90 0C 40
dari proses pencucian biodiesel dan sisanya Gambar 4. Hubungan yield metanol dari
adalah metanol. Bercampurnya air dalam proses transesterifikasi terhadap
metanol menyebabkan kenaikan temperatur temperatur dan waktu
distilasi karena titik didih air adalah 100 0C.
Meskipun yield metanol dapat 3.3 Analisa Mutu Metanol Hasil
ditingkatkan dengan menaikan temperatur Distilasi
proses diatas 90 0C, namum dikhawatirkan
produk metanol yang dihasilkan akan Hasil analisa mutu metanol hasil
bercampur dengan air mengingat pada distilasi yang meliputi uji densitas,
temperatur diatas 90 0C hampir mendekati viskositas dan warna disajikan pada Tabel
temperatur titik didih air sehingga metanol 2. Dari hasil analisa mutu metanol hasil
yang dihasilkan tidak dapat lagi digunakan distilasi yaitu berupa metanol proses
untuk proses sintesa biodiesel karena akan transesterifikasi dan metanol proses
terjadinya penyabunan. Adanya kandungan esterifikasi menunjukkan nilai densitas yang
air dalam metanol dapat menyebabkan sama yaitu sebesar 854 kg/cm2. Perbedaan
terjadinya penyabunan pada saat proses hanya terjadi pada nilai viskositas yaitu
transesterifikasi berlangsung sehingga akan sebesar 0,805 mm2/s dari metanol proses
menghalangi reaksi katalis dan metanol transesterifikasi dan 0,628 mm2/s dari
yang seharusnya bereaksi dengan minyak metanol proses esterifikasi. Jika
tetapi terhalang oleh pembentukan sabun dibandingkan dengan metanol teknis yang
sehingga meningkatkan waktu proses dan digunakan sebagai pembanding dapat dilihat
dapat menurunkan yield biodiesel (Turnip, terjadinya perbedaan nilai densitas dan
2008., Omar, 2009). viskositas yang signifikan, hal ini disebakan
Berdasarkan Gambar 4 juga dapat oleh masih adanya sisa pengotor didalam
dilihat bahwa waktu proses sangat metanol hasil distilasi baik yang berasal dari
mempengaruhi yield distilat yang metanol proses transesterifikasi maupun
dihasilkan. Yield rata-rata distilat terendah metanol dari proses esterifikasi.
dihasilkan dengan waktu proses 1 jam yaitu
sebesar 22,62%, sedangkan yield rata-rata Tabel 2. Analisa mutu metanol hasil
tertinggi dihasilkan dengan waktu proses 4 distilasi
jam yaitu sebesar 34,50%. Perbedaan waktu
Bahan Baku
proses tersebut dipengaruhi oleh adanya
kandungan air yang tinggi didalam metanol Metanol
Parameter Metanol
Proses Metanol
hasil transesterifikasi, sehingga pada awal Proses
Trans- Teknis
proses distilasi akan terjadinya peningkatan esterifikasi
Esterifikasi
temperatur air terlebih dahulu hingga Densitas
854 854 791
mencapai titik kesetimbangan dengan (kg/cm2)
temperatur metanol, setelah itu metanol Viskositas
0,805 0,628 0,737
akan menguap secara bertahap yang diikuti (mm2/s)
Warna Bening Bening Bening
oleh bertambahnya waktu proses.
Destianna M., Zandy A., Nazef., dan Prihandana, P., Hendroko, R., Munamin, M.
Puspasari S. 2007. Intensifikasi 2006. Menghasilkan Biodiesel
Proses Produksi Biodiesel. Laporan Murah, Mengatasi Polusi dan
Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa Kelangkaan BBM. Jakarta. Agro
ITB Bidang Energi Penghargaan PT. Media Pustaka.
Rekayasa Industri. Jurusan Teknik
Kata Kunci : aseton, membran, nira tebu, selulosa asetat, tetrahidrofuran, ultrafiltrasi
ABSTRACT. The use of ultrafiltration membrane was one of the interesting alternatives
for clarification process of tap liquid of sugarcane. The membrane needed small area and
no chemicals that reduce operation cost and environmental impact. This research was aimed
to study the ability of ultrafiltration membrane made by phase inversion technique using
cellulose acetate with various solvent (acetone and tetrahydrofuran). Different solvent gives
different membrane structure which has big effect on membrane performance. This research
was done to study the effect of solvent (acetone and tetrahydrofuran (THF)) on clarification
process of sugarcane liquid and effect of operation pressure on membrane activity in
producing high flux of permeate and selectivity of desired substances (protein, wax, gum,
etc) and produced high sucrose sugarcane liquid. The results showed that the permeability
(Lp) of membrane with acetone (CA1) was higher than membrane with THF (CA2).
Rejection value of CA2, based on sucrose value, is higher than CA1.
2
bahwa membran dengan pelarut aseton 3
(CA1) lebih mudah dilalui oleh air
2
dibandingkan dengan membran yang
menggunakan pelarut THF (CA2). 1
0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5
16
14
Tekanan (bar)
y = 11,777x
Fluks (m l/m 2 .det)
12 CA1 CA2
10
8 y = 10,309x Gambar 2. Grafik Fluks Nira Tebu pada
6 Membran CA dengan Jenis
4
2 Pelarut yang telah Ditentukan.
0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5
Bila dibandingkan nilai fluks nira tebu
Tekanan (bar)
dengan fluks air, fluks yang diperoleh untuk
CA1 CA2
nira tebu lebih kecil dibandingkan fluks air,
Gambar 1. Permeabilitas Air pada hal ini dikarenakan sampel air yang
Membran CA dengan Jenis digunakan adalah umpan air murni
Pelarut yang telah Ditentukan. (aquadest) yang telah terbebas dari kotoran-
kotoran. Sedangkan sampel nira tebu lebih
3.1.2 Fluks nira tebu kental dibandingkan air dan masih
mengandung kotoran-kotoran serta
Nilai fluks nira tebu juga diperoleh komponen-komponen yang tidak diinginkan.
dengan menggunakan persamaan 1. Data ini Hal ini menyebabkan nira tebu sukar
dapat dilihat pada Tabel 2. melewati membran dibandingkan dengan air
murni.
Tabel 2. Fluks Nira Tebu pada Masing-
masing Membran dengan
3.1.3 Rejeksi (R)
Tekanan yang Ditentukan
Fluks Nira Tebu Rejeksi (%Robs) diukur berdasarkan
Tekanan (ml/m2.det) persamaan nilai konsentrasi umpan (Cf) dan
(bar) Membran Membran konsentrasi permeat (Cp) dengan
CA1 CA1 menggunakan persamaan berikut ini:
0,5 2,848 2,468
0,75 3,481 3,291 Cf − Cp
Robs = × 100 %
1 5,000 3,671 Cf .……… (2)
1,25 5,633 4,367 dimana:
Robs = R observer
Pada Tabel 2 dan Gambar 2 Cf = Konsentrasi zat terlarut dalam
menunjukkan bahwa fluks nira tebu yang umpan (feed)
diperoleh untuk membran CA1 lebih besar Cp = Konsentrasi zat terlarut dalam
dibandingkan fluks untuk membran CA2. permeat
15
menghitung indeks bias dari umpan dan 6
12
permeat nira tebu dengan menggunakan alat 4 9
3.3 Pengaruh Jenis Pelarut terhadap 3.4 Pengaruh Jenis Pelarut dan
Kinerja Membran Tekanan Operasi terhadap
Kandungan Total Solid (TS)
Pemilihan jenis pelarut sangat
mempengaruhi struktur membran yang Total solid merupakan padatan total
terbentuk. Pelarut yang dipilih harus larut yang tidak diinginkan pada sampel nira tebu,
sempurna dengan non-pelarut dan juga karena yang diharapkan permeat nira tebu
harus larut sempurna dengan polimer yang yang terbebas dari kotoran-kotoran dan
dipilih. Pelarut THF memiliki nilai g12 padatan total sehingga diperoleh sukrosa
(affinitas bersama)yang lebih tinggi yang murni. Berdasarkan hasil perhitungan
dibandingkan dengan pelarut aseton. Nilai diperoleh kandungan padatan total pada
g12 yang tinggi menunjukkan pelarut THF umpan nira tebu adalah sebesar 0, 2461
memiliki energi afinitas bersama yang gr/ml. Kandungan padatan total yang
rendah sehingga energi yang dibutuhkan diperoleh pada umpan nira tebu lebih besar
untuk terjadinya pelarutan akan semakin dibandingkan dengan permeatnya. Hal ini
besar, hal ini menyebabkan terjadinya dapat dilihat pada Tabel 5. Dimana pada
mekanisme pembentukan membran secara tekanan yang sama yaitu 0,5 bar, diperoleh
delayed demixing. Sedangkan untuk pelarut kandungan padatan total pada permeat
aseton dengan nilai g12 yang lebih rendah berkurang hingga 50 % dibandingkan
memiliki afinitas bersama yang tinggi umpan nira tebu.
akibatnya pelarutan pelarut ke non-pelarut Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa
memerlukan energi yang relatif lebih rendah. kandungan padatan total untuk masing-
Hal ini menyebabkan terjadinya mekanisme masing membran berbeda, dimana membran
pembentukan membran secara CA1 (membran dengan pelarut aseton)
instanteneous demixing. memiliki kandungan padatan total lebih
Mekanisme pembentukan delayed besar dibandingkan pada membran CA2
demixing yang terjadi pada membran CA2 (membran dengan pelarut THF), hal ini
menghasilkan membran dengan struktur dikarenakan fluks yang diperoleh untuk
lapisan atas yang lebih rapat, karena saat membran CA1 lebih besar dibandingkan
pelarutan polimer selulosa asetat yang telah fluks membran CA2, sehingga semakin
dicetak di atas plat kaca kemudian besar nilai fluks maka akan semakin besar
dicelupkan ke dalam bak koagulasi yang pula padatan total yang ikut lolos melewati
berisi non-pelarut air akan terjadi difusi membran. Hal ini pula yang menyebabkan
yang lambat dari THF ke air yang semakin besar kandungan padatan total
menyebabkan membran sedikit demi sedikit yang diperoleh pada permeat dengan
Kata kunci: asam lemak bebas, coco-dietanolamida, metil ester, reaktor high mixing
homogenizer, tegangan antar muka, tegangan permukaan
Minyak kelapa
TIC: ASAM LAURAT2.D
12.02 Metil EsterLAURAT.D
TIC: METIL Minyak Kelapa
1600000
2.08
1500000
2200000
Metil Laurat
Metil Kaprilat
1400000 2000000
Metil Miristat
1300000
1800000
1200000
0.49
Metil Kaprat
1600000 3.29
1100000
Metil Palmitat
1000000 1400000
900000 1.01
Metil Oleat
1200000
800000
1000000 4.55
700000
5.58
Metil Stearat
200000 0.30
10.90 12.22
200000
10.20
10.41 0.44
100000 9.44
9.55
0 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00
Time- - >
Time- - >
Gambar 2. Kromatogram hasil identifikasi minyak kelapa dan metil ester dari minyak
kelapa
0.08
0.06
0.04
0.02
120
0 g) h) i)
Total Amida (%)
80
40
0 30 60Suhu90
o
C 120 150 100 200 300 400 500 1 2 3 4 5
Kecepatan (rpm) Waktu (jam)
Gambar 4. Pengaruh kondisi operasi (suhu, kecepatan pengadukan dan waktu) terhadap
kandungan asam lemak bebas/FFA, total amin dan total amida.
16 a) b) c)
Tegangan antar muka
12
(Dyne/cm)
0 d) e) f)
Tegangan permukaan
45
(Dyne/cm)
30
15
o
0 50 Suhu
100C 150 0 200 400 600 1 2 3 4 5
Kecepatan (rpm) Waktu (jam)
Gambar 5. Pengaruh kondisi operasi terhadap tegangan antar muka; a) suhu, b) kecepatan,
c) waktu, dan tegangan permukaan; d) suhu, e) kecepatan, f) waktu.
Hasil uji tegangan permukaan dan antarmuka adalah gaya persatuan panjang
tegangan antar muka disimpulkan pada yang terdapat pada antarmuka dua cairan
Gambar 5. Tegangan permukaan adalah yang tidak saling bercampur. Tegangan
gaya persatuan panjang yang harus antarmuka terjadi karena gaya adhesi
diberikan sejajar pada permukaan untuk (fenomena fisik yang disebabkan oleh dua
mengimbangi tarikan ke dalam dan terjadi bahan yang saling melekat) lebih kecil
pada semua bahan. Sedangkan tegangan daripada gaya kohesi (Nuraini dkk, 2004).
Abundance
Coco-DEA pasar
Abundance
Coco-DEA produk
Andreas Håkansson, Christian Trägårdh, Rita Arbiati, Tania Surya Utami, dan Astri N.
Björn Bergenståhl. 2009. Chemical 2008. Makara Teknologi. Isolasi
Engineering Science. Dynamic metil laurat dari minyak kelapa
simulation of emulsion formation in sebagai bahan baku surfaktan fatty
a high pressure homogenizer. Vol. alcohol sulfate (FAS). Vol. 12 (2):
64 (12). pages 2915-2925. 61-64
Asia and Pacific Coconut Community. 2008. Suu M. Khuu, Julio A. Rodriguez, Jose A.
APCC. http://www. apccsec.org. Romagnoli, Kian F. Ngian. 2000.
Computers & Chemical Engineering.
Gregorio C. Gervajio. 2005. Fatty Acid and Optimisation and Control of an
Derivatives from Coconut Oil, Industrial Surfactant Reactor. Vol.24.
Bailey’s Industrial Oil and Fat 2-7. Pages 863-870.
Products. Edisi 6. Vol. 6. USA. John
Wiley & Sons, Inc.
ABSTRAK. Minyak biji kapuk merupakan salah satu bahan baku alternatif yang murah
dari golongan bukan pangan yang dapat diperoleh dari limbah industri kapuk. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio volume minyak terhadap co-solvent
tetrahydrofuran, waktu reaksi dan konsentrasi katalis terhadap kuantiítas dan kualitas
biodiesel yang dihasilkan. Produksi biodiesel dari bahan baku minyak biji kapuk dilakukan
dengan proses transesterifikasi menggunakan katalis basa pada suhu 60 oC dan tekanan
atmosfir dalam suatu reaktor berpengaduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat
yaitu biodiesel mulai dapat dihasilkan pada waktu 10 menit yang mana hal ini dapat dicapai
karena adanya penambahan tetrahydrofuran sebagai co-solvent. Sedangkan tanpa
menggunakan co-solvent waktu yang dibutuhkan mencapai 90 menit. Perolehan hasil
biodiesel yang maksimal diperoleh pada perbandingan rasio volume minyak biji kapuk
terhadap co-solvent tetrahydrofuran sebesar 1:0,5. Penambahan konsentrasi katalis KOH
sebesar 1,0 % menghasilkan yield biodiesel yang paling tinggi yaitu sebesar 70 %.
Karakteristik biodiesel yang dihasilkan belum memenuhi karakteristik biodiesel menurut
standar SNI dan hanya nilai flash point yang memenuhi persyaratan.
Kata kunci: biodiesel, co-solvent, minyak biji kapuk, transesterifikasi
ABSTRACT. Cotton seed oil is one of cheap alternative source of non edible raw materials
that can be used to produce biodiesel. The purpose of this research is to study the effect of
volume ratio of cotton seed oil to co-solvent of tetrahydrofuran, reaction time, and the
amount of catalyst toward quality of produced biodiesel. The production of biodiesel of
cotton seed oil can be conducted by transesterification process using base catalyst at
temperature of 60 oC and atmospheric pressure in a stirred reactor. The result of the research
indicates that biodiesel can be produced within a shorter time in which biodiesel can be
produced after 10 min because of addition of tetrahydrofuran as co-solvent. While without
using co-solvent, it requires 90 minutes. The highest yield of biodiesel production was
obtained at volume ratio of cotton seed oil to co-solvent tetrahydrofuran of 1:0,5. The
addition of KOH catalyst of 1.0% (w/w) would produce the highest biodiesel yield as many
as 70 %. The produced biodiesel characterization does not fulfill yet biodiesel
characterization according SNI standard and only flash point value that fulfill the standard.
Keywords: biodiesel, cotton seed oil, co-solvent, transesterification
40
20
biodiesel dicoba pada waktu yang lebih 10
0,5 % KOH
1,5 % KOh
1 % KOH
2,0 % KOH
singkat yaitu waktu reaksi 10, 20, 30 dan 60 0
25
20 transesterifikasi antara minyak biji kapuk
dan etanol untuk menghasilkan metil ester.
15
0,5 % KOH 1 % KOH
10
D.G.B. Boocock, Samir K. Konar, V. Mao, Thoyib S. 1992. Cara Menanam dan
C. Lee, and Sonia Buligan. JAOCS. Mengolah Biji Kapok. Semarang.
Fast Formation of High Purity Aneka Ilmu
Methyl Ester from Vegetable Oils. 75.
Wang, Y., Ou, S., Liu, P., Xue, F., dan Tang,
Dunford, N.T. 2003. Biodiesel Production S. 2006. J. of Molecular Catalysis A:
Techniques. Food Technology Fact Chemical. Comparison of two
Sheet. FAPC-150. Oklahoma State different processes to synthesize
University biodiesel by waste cooking oil. 252:
107–112
Emre, C. 2007. Biodiesel production using
co-solvent. European Congress of Yin, J.Z., Xiao, M., Wang, A. and Xiu, Z.L.
Chemical Engineering (ECCE-6), 2008. Energy Conversion and
Copenhagen. Management. Synthesis of biodiesel
from soybean oil by coupling
Farid, M., Aisyah C. dan Syammiah. 2009.
catalysis with subcritical methanol.
Studi Produksi Biodiesel dari
Vol 49. Issue 12: 3512.
Minyak Biji Kapas dan Kinerja
Mesin. Laporan Hasil Penelitian
Yin, J.Z., Xiao, M., Song, J.B. 2008. Energy
Hibah Bersaing. Banda Aceh.
Conversion and Management.
Universitas Syiah Kuala.
Biodiesel from soybean oil in
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 2006. supercritical methanol with co-
Kimia Organik. edisi 4. Jakarta. solvent. Vol 49. Issue 5: 908
Airlangga.
Redaksi menerima naskah yang sesuai untuk dipublikasikan dalam Jurnal ini. Naskah yang sesuai disampaikan
rangkap 2 (dua) eksemplar, tercetak asli disertai dengan rekaman (softcopy) dalam bentuk CD atau dapat juga
dikirim secara elektronik melalui email attachment ke alamat berikut:
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah antara lain:
Naskah atau artikel yang diajukan merupakan hasil Referensi hendaknya berasal dari sumber yang jelas dan
penelitian, ulasan ilmiah dan catatan penelitian terpercaya. Referensi yang ditampilkan dalam naskah
(research notes), yang belum pernah diterbitkan dan mengikuti pola baku dengan mencantumkan nama
tidak direncanakan diterbitkan dalam penerbitan- penulis (surname) dan tahun publikasi, misalnya (Rifai,
penerbitan lain. 1983). Bila referensi terdiri dari dua orang penulis
digunakan ‘dan’, ‘and’ atau ‘&’, sedangkan bila lebih
Format naskah atau artikel diketik menggunakan Ms. dari dua orang penulis digunakan ‘et al.’ atau ‘dkk’,
Word dengan satu kolom, menggunakan font Times namun harus ditulis lengkap dalam daftar pustaka.
New Roman dengan ukuran font 12 point, spasi 1. Batas
atas dan bawah 2,5 cm, tepi kiri 3 cm dan kanan 2 cm, Daftar Pustaka berisikan daftar referensi yang
dicetak satu muka pada kertas berukuran A4, dan tidak digunakan dan ditulis dengan pola baku, seperti contoh
lebih dari 10 (sepuluh) halaman. berikut:
Sistematika penulisan artikel terdiri atas judul, nama Jurnal
penulis, instansi, abstrak dan kata kunci (bahasa Peterson, R.L., and C. Zelmer. 1998. Symbiosis. Fungal
Indonesia dan bahasa Inggris), pendahuluan, Symbioses with Orchid Protocorms. 25:29-55
metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan
saran, ucapan terima kasih (bila ada) dan daftar Buku
pustaka. Luyben, William L., and Chien, I. Lung. 2010. Design
and Control of Distillation Systems for Separating
Judul diketik dengan huruf capital tebal (Bold), memuat Azeotropes. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc.
maksimum 20 kata, ditulis dalam 2 bahasa, Bahasa Reynolds, Joseph P., Jeris, John S., and Teodhore, L..
Indonesia dan Bahasa Inggris, terjemahan judul dalam 2002. Handbook of Chemical and Environmental
bahasa Inggris diketik dengan huruf kecil dan miring, Engineering Calculations. New Jersey. John Wiley
dituliskan di bawah judul yang berbahasa Indonesia . & Sons, Inc.
Nama penulis ditulis di bawah judul dengan ketentuan Prosiding
jika penulisnya lebih dari satu dan intansinya berbeda Argent, G. 1989. Vireya Taxonomy in Field and
maka ditandai dengan 1), 2) dan seterusnya. Laboratory. In Proceedings of The Forth
Instansi/alamat dan Email ditulis di bawah Nama International Rhododendron Conference.
penulis. Wollongong, NSW
Abstrak diketik dengan huruf miring (italic) maksimal Skripsi/Thesis/Disertasi
250 kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mo, B. 2004. Plant ‘integrin-like’ Protein in Pea
(Pisum sativum L.) Embryonic Axws. PhD
Kata Kunci/Keywords terdiri dari 3 hingga 5 kata, Dissertation. Department of Biology, University of
disusun menurut abjad dan dicetak tebal. South Dakota. South Dakota
Tabel diberi nomor dan ditulis singkat serta jelas Website
dibagian atasnya. Bucknell University Information Services and
Grafik, gambar dan foto harus tajam dan jelas agar Resources. Information Services and Resources
cetakan berkualitas baik dan diberi nomor, judul dan Homepage. http://www.isr.bucknell.edu
keterangan yang jelas dibawahnya. Softcopy foto atau Shukla, O.P. 2004. Biopulping and Biobleaching: An
gambar turut disertakan dalam format *JPEG. Energy and envioronment Saving Technology for
Indian Pulp and Paper Industry. EnviroNews. No.
2. Vol.10. http://isebindia.com/01_04/04-04-3.html
Jl. Cut Nyak Dhien No. 377 Lamteumen Timur, Banda Aceh - 23236
Telp. (0651) 49714, Fax. (0651) 49556, E-mail: hpi_brsbna@yahoo.com