Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memetakan perubahan luas hutan di Kabupaten
Kuantan Singingi tahun 2000-2010, (2) Mengetahui perubahan luas hutan di
Kabupaten Kuantan Singingi dalam 10 tahun terakhir (2000-2010), dan
(3) Mengetahui arah perubahan (konversi) hutan yang terjadi di Kabupaten
Kuantan Singingi tahun 2000-2010.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Kuantan Singingi Parovinsi Riau. Populasi dan
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah hutan di Kabupaten Kuantan
Singingi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi dokumenter,
interpretasi, kerja lapangan, dan analisis. Metode klasifikasi yang digunakan dalam
menginterpretasi citra adalah metode interpretasi visual dengan teknik analisis data
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah (1) Peta luas hutan tahun 2000 dan 2010 serta peta
perubahan luas hutan tahun 2000-2010 dengan tingkat keakuratan data 76,19%. (2)
Perubahan luas hutan yang terjadi di Kabupaen Kuantan Singingi adalah 861,08 Km2
dengan kecamatan yang mengalami perubahan luas hutan yang paling besar adalah
Kecamatan Kuantan Mudik yaitu 24,44%, dan kecamatan yang mengalami perubahan
luas hutan yang paling sedikit adalah Kecamatan Gunung Toar yaitu 0,299% dari
seluruh perubahan luas hutan yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi. (3)
Perubahan (konversi) hutan yang terbesar adalah ke lahan perkebunan rakyat yaitu
89,78% dari seluruh jumlah perubahan luas hutan yang terjadi di Kabupaten Kuantan
Singingi dengan jenis hutan yang paling besar terkonversi adalah jenis hutan
produksi.
PENDAHULUAN
Hutan merupakan paru-paru dalam berbagai hal seperti penyedia
dunia karena hutan memiliki sumber air, pencegah banjir dan erosi,
pengaruh besar terhadap ketersediaan tempat hidup berjuta flora dan fauna,
oksigen dunia. Selain itu, hutan juga dan peran penyeimbang lingkungan,
merupakan suatu ekosistem yang serta mencegah timbulnya pemanasan
tidak hanya menyimpan sumberdaya global.
alam berupa kayu, tetapi masih Perubahan luas hutan disebabkan
banyak potensi non kayu yang dapat oleh beberapa faktor diantaranya:
diambil manfaatnya oleh masyarakat penebangan hutan baik secara legal
melalui budidaya tanaman pertanian maupun illegal, pembukaan lahan
pada lahan hutan. Sebagai fungsi perkebunan, kebakaran hutan,
ekosistem hutan sangat berperan kebutuhan wilayah pemukiman, dan
ISSN 2085-8167
sebagainya (Howard, 1996). maupun illegal misalnya kerusakan
Bertambahnya jumlah penduduk hutan akibat perluasan perkebunan
mengakibatkan lonjakan kebutuhan sawit. Greenpeace sebagai organisasi
lahan pertanian, pemukiman, lingkungan global juga telah
lapangan kerja baru dan sebagainya. menyampaikan kekhawatiaran akan
Perubahan luas hutan juga terjadi hilangnya hutan di Indonesia terutama
akibat aktivitas manusia yang hutan yang ada di Riau (Fahmi, 2008).
membutuhkan ruang untuk Kerusakan hutan di Riau merupakan
berkembang. Luas lahan yang semakin yang paling menjadi sorotan di
sempit, menyebabkan keadaan biofisik Indonesia bahkan dunia. Setiap
suatu daerah mengalami pemerosotan tahunnya Riau menghasilkan kabut
kualitas lahan dan daya dukung yang disebabkan oleh pembakaran
lingkungan bahkan sering terjadi lahan hutan.
yang kritis. Menurut Prasetyantoko dan
Di daerah tropika, beberapa tipe Setiawan (2011), Riau adalah salah satu
penutupan hutan berkurang secara kawasan pertama bagi budidaya
cepat karena kesalahan dalam kelapa sawit sebagai
pengelolaan dan kegiatan penebangan tanaman/perkebunan industri di
hutan dengan pembakaran selaras Indonesia. Pengejaran target sawit 6
dengan adanya pertumbuhan juta hektar sampai 2015 oleh Presiden
penduduk (Howard, 1996). Tidak SBY dan kebijakan Rencana Tata
terkecuali, perubahan luas hutan juga Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
terjadi di Indonesia bahkan menjadi 2002 dinilai telah menimbulkan
masalah yang sangat memprihatinkan. percepatan kerusakan atau
Sementara itu pemanfaatan hutan dan berkurangnya luas hutan di Riau,
perlindungannya telah diatur dalam terutama dalam hal pembukaan hutan
UUD 1945, UU No. 5 tahun 1990, PP untuk lahan perkebunan baik itu
No. 2 tahun 1985 dan beberapa perkebunan rakyat maupun
keputusan mentri kehutanan serta perkebunan milik perusahaan. Ini
beberapa keputusan Dirjen PHPA dan disebabkan karena adanya kebebasan
Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun pembukaan hutan oleh kebijakan
gangguan terhadap sumberdaya hutan tersebut, sehingga masyarakat
terus berlangsung bahkan maupun pengusaha perusahaan
intensitasnya makin meningkat. leluasa membuka hutan.
Laju kerusakan hutan di Indonesia Kabupaten Kuantan Singingi
rata-rata 2,5 juta ha/tahun, sedangkan memiliki luas ± 7.656,03 km2 dengan
Riau memberi kontribusi rata-rata sebagian besar wilayahnya adalah
150.000 ha/tahun, dalam dua puluh hutan. Luas hutan alam Kuantan
tahun terakhir, tutupan hutan alam di Singingi berjumlah ± 452.684,08 ha
Riau telah berkurang sekitar 75 % (BPS Kuansing, 2011) yang tersebar di
(Fahmi, 2008). Jika dirata-ratakan, seluruh kecamatan yang ada di
dalam sehari ada lebih dari 400 hektar Kabupten Kuantan Singingi. Sebagai
lahan yang “terkoyak”, dengan kabupaten yang tergolong baru mekar
kerugian mencapai Rp l,2 miliar per (1999), pembangunan di Kabupaten
hari. Hingga akhir 2007, hutan alam Kuantan Singingi sangat gencar
tersisa di Provinsi Riau adalah sekitar dilakukan baik dari sektor sarana dan
2.254.188 ha atau 25% dari jumlah luas prasarana pemerintahan, sarana
daratan Riau. Laju kerusakan hutan pemukiman maupun di sektor
tersebut terutama disebabkan oleh perkebunan yang tentu saja sangat
penghancuran hutan secara legal berdampak pada perubahan luas
U
10000000
10000000
KAB.
KAMPAR
SKALA 1 : 570000
0 10 20 Km
9975000
9975000
PER H EN T I AN L U AS
M U AR A LEM BU #
Y
#
Y
KEC. B EN AI PAN G E AN KEC. K UA NTA N HILIR
KEC. SINGING I #
Y 9950000
9950000
BAS ER AH
#
Y IN U M A N
#
Y
BEN AI KEC. PAN GEANKEC. INU MAN
#
Y C ER E N T I
#
Y
TE LU K KU A N T AN
U
%
KEC. C ER ENTI
KAM PU N G BA R U
KEC. H ULU K UA NTAN #
Y KEC. K UA NTA N TEN GAH
LU BU K AM B AC A N G
#
Y KEC. G UNU NG TOA R
9925000
9925000
LU BU K J AM B I
#
Y
LEGENDA :
Batas Provinsi KAB. INDRAGIRI
Batas Kabupaten HULU
Batas Kecamatan KEC. K UA NTA N MUDIK
%
U Ibukota K abupaten
#
Y Ibukota K ec amatan
Jalan Lintas
9900000
9900000
Jalan S atelit
Sungai PROV. SUMATERA
Hutan Cagar Alam BARAT
Hutan Konversi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Su mbe r:
- Peta Administra si Ka bup aten Kua ntan Sing ingi
9875000
Gambar 1. Peta Persebaran jenis hutan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2000
10000000
10000000
KAB.
KAMPAR
SKALA 1 : 570000
0 10 20 Km
9975000
9975000
PER H EN T I AN L U AS
M U AR A LEM BU #
Y
#
Y
KEC. B EN AI PAN G E AN KEC. K UA NTA N HILIR
KEC. SINGING I #
Y
9950000
9950000
BAS ER AH
#
Y IN U M A N
#
Y
BEN AI KEC. PAN GEANKEC. INU MAN
#
Y C ER E N T I
#
Y
TE LU K KU A N T AN
U
%
KEC. C ER ENTI
KAM PU N G BA R U
KEC. H ULU K UA NTAN #
Y KEC. K UA NTA N TEN GAH
LU BU K AM B AC A N G
#
Y KEC. G UNU NG TOA R
9925000
9925000
LU BU K J AM B I
#
Y
LEGENDA :
Batas Provinsi KAB. INDRAGIRI
Batas Kabupaten HULU
Batas Kecamatan KEC. K UA NTA N MUDIK
%
U Ibukota K abupaten
#
Y Ibukota K ec amatan
Jalan Lintas
9900000
9900000
Jalan S atelit
Sungai PROV. SUMATERA
Hutan Cagar Alam BARAT
Hutan Konversi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Su mbe r:
- Peta Administra si Ka bup aten Kua ntan Sing ingi
9875000
9875000
Gambar 2. Peta Persebaran jenis hutan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2010
Lillesand, T.M & F.W. Kiefer. 1997. Perkembangan Fisik Kota Medan
Penginderaan Jauh dan (Studi Kasus Kecamatan Medan
Interpretasi Citra. R. Dubahri, Barat). Skripsi, Fakultas Ilmu
penerjemah. Yogyakarta: Sosial. Universitas Negeri Medan
Universitas Gadjah Mada Press
Sekjen DEPHUTBUN. 1999. Undang-
Lumbantoruan, W. (2010). Studi Undang No. 5 Tahun 1967 Tentang
Perkembangan Kota Medan Kehutanan. Jakarta : DEPHUTBUN
Menggunakan Data Penginderaan
Sekjen DEPHUTBUN. 1999. Undang-
Jauh dan SIG. JURNAL
Undang No. 41 Tahun 1999
GEOGRAFI, 2(2), 93-106.
Tentang Kehutanan. Jakarta :
Nurman, A. (2010). Pemanfaatan Data DEPHUTBUN
Modis Untuk Mendeteksi Daerah
Sinambela, P. 2011. Analisis
Tangkapan Ikan Pantai Timur dan
Perubahan Tutupan Lahan
Barat Sumatera Utara. JURNAL
Kabupaten Toba Samosir. Skripsi,
GEOGRAFI, 2(2), 17-30.
USU. Online
Perumperhutani. 1978. Fungsi dan (http://repository.usu.ac.id/handl
Manfaaat Hutan. Departemen e/ 123456789/ 30108 diakses pada
Kehutanan. Online tanggal 20 Mei 2012 pukul 22:43)
(http://www.puslitbangsdh.peru
mperhutani.com/?page=home..
diakses pada tanggal 10 Mei 2012
pukul 16:21)
Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi
Geografis (SIG); Tutorial ArcView.
Bandung: Informatika
Prasetyantoko, A. dan Setiawan, D.
2011. Pendanaan Iklim; antara
Kebutuhan dan Keselamatan
Rakyat. Jakarta: WALHI.
Presiden RI. 1990. Undang Undang
No. 5 Tahun 1990 Tentang :
Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta
Putro, B.S. (2011). Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan Sub DAS
Slahung Kabupaten Ponorogo
Dengan Pemanfaatan citra Satelit
Citra Landsat 7 ETM+ Tahun
2003,2006 Dan 2009. Tesis,
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Rifa‟i, H. 2007. Pemanfaatan Teknik
Penginderaan Jauh dan Sistem
Infrmasi Geografi untuk Mengkaji