Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kaum murji’ah adalah kaum yang tidak mau turut campur dalam pertentangan antara kaum yang
keluar dari ali dan setia pada ali dan menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya kaum yang
bertentangan tadi kepada Tuhan. Aliran murji’ah juga memiliki beberapa golongan atau bisa
disebut sekte.

Melalui makalah ini kami berharap pembaca lebih mengenal tentang peradaban islam khususnya
pada kaum murjia’ah agar memperluas wawasan tentang ke-Islaman.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Murji'ah?

2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Murji’ah?

3. Apa saja Pokok-Pokok Ajaran Murji'ah?

4. Apa saja sekte/Golongan Dalam aliran Murji'ah?

5. Siapa Tokoh-tokoh aliran Murji'ah?

6. Apa Ciri-Ciri Khusus Aliran Murji'ah?

7. Apa Pendapat Ulama Mengenai Aliran Murji'ah?

8. Apa Pengaruh Buruk Pemikiran Murji'ah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Memenuhi Tugas yang Diberikan Dosen

2. Untuk Mengetahui Secara Mendalam Materi Tentang Kaum Murji'ah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MURJI'AH

Murji’ah berasal dari kata al-irja atau arja’a. Arja’a yang berarti meng-harap. Karena
keterlaluan mengharap, mereka tidak segan melakukan apa saja. Hal itu disebabkan karena
mereka mempunyai harapan untuk diampuni dan dimaafkan oleh Allah.

Al-irja berarti penangguhan. Artinya menangguhkan kasus seseorang yang melakukan dosa
besar hingga hari kiamat. Contoh orang-orang disini ialah Ali dan Muawiyah beserta pasukannya
masing-masing.1

Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal usul kemunculan murji’ah. Teori
pertama menyatakan bahwa gagasan irja’ atau arja’a di kembangkan oleh sebagian sahabat
dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika menjadi pertikaian politik
dan untuk menghindari sektarisme. Murji’ah baik sebagai kelompok politik maupun teologis,
diperkirakan lahir bersama dengan kemunculan Syi’ah dan Khawarij. Murji’ah pada saat itu
musuh berat khawarij.

Teori lain menyatakan bahwa gagasan irja’ yang berupa basis doktrin murji’ah muncul
prtama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan cucu Ali bin Abi Thalib, yaitu Al-Hasan
bin Muhamad Al-Hanafiyah sekitar tahun 695M. Penggagas teori ini menceritakan bahwa 20
tahun setelah meneninggalnyaMuawi’ah tahun 680M, dunia islam di koyak oleh pertikaian sipil,
yaitu Al-Mukhtar yang membawa paham syi’ah ke kufah dari tahun 685M-687M. Ibnu Zubair
mengklaim kekhalifahan di Mekah hingga kekuaaan islam. Sebagai respon dari keadaan ini
muncul gagasan irja’ atau penangguhan (posponenment). Gagasan ini nampaknya pertama kali di
gunakan sekitar tahun 695M oleh cucu Ali bin Abi Thalib, yaitu Al-Hasan bin Muhamad Al-
Hanafiyah, dalam sebuah surat pendeknya yang tampak autentik.

Dalam surat itu Al-Hasan menunjukan sikap politiknya dengan mengatakan : ’’kita
mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi menangguhnya keputuan atas persoalan yang terjadi pada
konflik sipil yang pertama yang melahirkan Ustman, Ali dan Zubai (seorang tokoh pembelot di

1 https://www.bacaanmadani.com/2018/02/pengertian-murjiah-tokoh-murjiah.html

2
Mekkah), dengan sikap politik ini, Al-Hasan mencoba mengulangi perpecahan umat islam, ia
kemudian menolak berdampingan dengan kelompok syi’ah revolusioner yang terlampau
mengagungkan Ali dan para pengikutnya.serta menjauhkan diri dari khawarij yang menolak
mengakui ke khalifahan mu’awiyah dengan alasan bahwa ia ialah pendosa Ustman.2

B. SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN MURJI'AH

Ada 2 permasalahan munculnya aliran Murji’ah, yaitu:

1. Permasalahan Politik

Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase) atas
usulan Amr bin Ash, seorang kaki tangan Mu’awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kubu,
yang pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya keluar dari Ali yakni Khawarij. Mereka
memandang bahwa tahkim bertentangan dengan Al-Qur’an, dengan pengertian, tidak ber-tahkim
dengan hukum Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim adalah dosa
besar, dan pelakunya dapat dihukumi kafir, sama seperti perbuatan dosa besar yang lain.

Seperti yang telah disebutkan di atas Kaum khawarij, pada mulanya adalah penyokong
Ali bin Abi thalib tetapi kemudian berbalik menjadi musuhnya. Karena ada perlawanan ini,
pendukung-pendukung yang tetap setia pada Ali bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat
membelanya dan akhirnya mereka merupakan golongan lain dalam islam yang dikenal dengan
nama Syi’ah.

Dalam suasana pertentangan inilah, timbul suatu golongan baru yang ingin bersikap
netral tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan yang
bertentangan ini. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan orang-orang
yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka tidak
mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya yang salah, dan lebih baik menunda (arja’a) yang
berarti penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan di depan Tuhan.

2 Abidin, Nata.2011.Ilmu Kalam dan Tasawuf.Jakarta: Raja Grafindo Pesada

3
Gagasan irja’ atau arja yang dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan
menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan
menghindari sekatrianisme.

2. Permasalahan Ke-Tuhanan

Dari permasalahan politik, mereka kaum Mur’jiah pindah kepada permasalahan


ketuhanan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum khawarij, mau tidak mau
menjadi perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij menjatuhkan hukum
kafir bagi orang yang membuat dosa besar, kaum Murji’ah menjatuhkan hukum mukmin.

Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh kaum
Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Mur’jiah yang mengatakan
bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada
Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak.

Aliran Murji’ah menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam


peristiwa tahkim itu di hadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman
seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmin
di hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosar besar itu dianggap tetap mengakui
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan kata lain
bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan dua kalimat
syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu, orang tersebut masih tetap
mukmin, bukan kafir.

Dinamakan Murji’ah karena golongan ini menunda atau mengembalikan tentang hukum
orang Mukmin yang berdosa besar dan belum bertaubat sampai matinya, orang itu belum dapat
dihukum sekarang. Ketentuan persoalannya ditunda atau dikembalikan kepada Allah SWT. di
hari akhir nanti.3

C. POKOK-POKOK AJARAN MURJI'AH


3 https://www.academia.edu/11819847/makalah_aliran_murjiah

4
Murjiah muncul dengan pendapatnya bahwa dosa tidak merusak keimanan, sebagaimana
ketaatan tidak memberi manfaat bagi orang yang kafir.

Aliran Murji’ah membahas tentang batasan pengertian “Iman”.

Menurut Ahlus Sunnah bahwa iman itu terdiri dari tiga unsur, yaitu membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan menyertainya dengan amal perbuatan seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan lain-lain. Sedangkan kebanyakan golongan Murji’ah berpendapat bahwa iman
ialah hanya membenarkan dengan hati saja. Apabila seseorang beriman dengan hatinya, maka dia
adalah Mukmin dan Muslim, sekalipun lahirnya menyerupai orang Yahudi atau Nasrani dan
meskipun lisannya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Mengikrarkan dengan lisan dan
amal perbuatan, itu bukan bagian dari iman.

Kemudian sebagian dari golongan Murji’ah berpendapat bahwa iman itu terdiri dari dua
unsur, yaitu membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan. Membenarkan dengan
hati saja tidak cukup, dan mengikrarkan dengan lisan saja pun tidak cukup, tetapi harus dengan
bersama kedua-duanya, supaya seseorang menjadi mukmin. Karena orang yang membenarkan
dengan hati dan menyatakan kebohongannya dengan lisan tidak dinamakan mukmin.

Gassan al-Kufi (tokoh Murji’ah) beranggapan bahwa “iman adalah mengenal Allah dan
Rasul-Nya, serta mengakui apa-apa yang telah diturunkan Allah, dan yang dibawa oleh Rasul-
Nya. Karenanya, iman itu tidak dapat bertambah atau berkurang”.

Secara umum kelompok Murji’ah menyusun teori-teori keagamaan yang independen,


sebagai dasar gerakannya, yang intisarinya sebagai berikut

1. Iman adalah cukup dengan mengakui dan percaya kepada Allah dan Rasulnya saja. Adapun
amal atau perbuatan, tidak merupakan sesuatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini,
seseorang tetap dianggap sebagai mukmin walaupun ia meninggalkan apa yang difardhukan
kepadanya dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa besar.

2. Dasar keselamatan adalah iman semata-mata. Selama masih ada iman dihati, maka setiap
maksiat tidak akan mendatangkan mudharat ataupun gangguan atas diri seseorang. Untuk
mendapatkan pengampunan, manusia hanya cukup dengan menjauhkan diri syirik dan mati
dalam keadaan akidah tauhid.

5
Dengan kata lain, kelompok Murji’ah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklah
sepenting iman, yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa, hanyalah imanlah yang
penting dan yang menentukan mukmin atau tidak mukminnya seseorang; perbuatan-perbuatan
tidak memiliki pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati seseorang dan tidak diketahui
manusia lain; selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak menggambarkan apa yang ada
dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti
mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman. Yang penting ialah iman yang ada dalam hati.
Dengan demikian ucapan dan perbuatan- perbuatan tidak merusak iman seseorang .

Harun Nasution menyebutkan ada empat ajaran pokok dalam doktrin teologi Murji’ah yaitu:

1. Menunda hukuman atas Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-
Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.

2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.

3. Menyerahkan meletakkan iman dari pada amal.

4. Memberikan pengaharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan
dan rahmat dari Allah.

Sedangkan doktrin pemikiran Murji’ah yang lain, seperti batasan kufur, para pengikut
Murji’ah terpecah menjadi beberapa golongan. Secara garis besar pemikiran dapat dijelaskan
menurut kelompok Jahamiyah: bahwa kufur merupakan sesuatu hal yang berkenaan dengan hati,
dimana hati tidak mengenal (jahl) terhadap Allah SWT.

Pada golongan yang lainnya, menyatakan bahwa kufur itu merupakan banyak hal yang
berkenaan dengan hati ataupun selainnya, misalnya tidak mengenal (jahl) terhadap Allah SWT,
membenci dan sombong kepadanya, mendustakan Allah dan rasul-Nya sepenuh hati dan secara
lisan, begitu pula membangkang terhadap-Nya, mengingkari-Nya, melawan-Nya, menyepelekan
Allah dan dan rasulnya, tidak mengakui Allah itu Esa dan menganggap-Nya lebih dari satu.

Karena itu mereka pun menganggap bisa saja terjadi kekufuran tersebut, baik dengan hati
maupun lisan, tetapi bukan dengan perbuatan, dan begitupun dengan iman. Mereka beranggapan
bahwa seseorang yang membunuh ataupun menyakiti Nabi dengan tidak karena mengingkarinya,

6
tetapi hanya karena membunuh ataupun menyakiti semata, niscaya dia tidaklah disebut kufur.
Tetapi, kalau seseorang mengahalalkan sesuatu yang diharamkan Allah, rasul-Nya dan juga
orang-orang muslim, niscaya diapun disebut kufur.

D. SEKTE/GOLONGAN DALAM ALIRAN MURJI'AH

Sekte dalam aliran Murji’ah tidak jelas jumlahnya karena masing-masing ahli memiliki
pendapat masing-masing. Al-Baghdadi membagi mereka dalam tiga golongan , yaitu al-Murji’ah
yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Qodariyah, al-Murji’ah yang yang dipengaruhi ajaran-ajaran
al-Jabariyah, dan al-Murji’ah yang tidak dipengaruhi keduanya. Golongan ketiga ini terdiri dari
lima sekte, yaitu al-Yunusiyah, al-Ghazaniyah, al-Saubaniyah, al-Tumaniyah, dan al-Murisiyah.
Al-Asy’ary membagi menjadi 12 golongan, sedangkan al-Syahrastani membagi menjadi 5 sekte,
yaitu al-Murji’ah al-Khawarij, al-Murji’ah al-Jabariyah, dan al-Murji’ah qadariyah, Murji’ah
Murni, Murji’ah Sunni.

1. Murji’ah Khawarij

Murji’ah Khawarij adalah kelompok yang tidak mempermasalahkan pelaku dosa besar.

2. Murji’ah qadariyah

Murji’ah qadariyah adalah orang-orang yang dipimpin oleh Ghilan Ad-Damsyiki sebutan mereka
Al-Ghilaniah.

3. Murji’ah jabariyah

Murji’ah jabbariyah adalah jahmiyyah (para pengikut Jahm Ibn Shafwan), mereka hanya
mencukupkan diri dengan keyakinan dalam hati sajadan menurut mereka maksiat itu tidak
berpengaruh pada iman dan bahwasannya ikrar dengan lisan dan amal bukan dari iman.

4. Murji’ah murni

Murji’ah murni adalah kelompok yang oleh para ulama diperselisihkan jumlahnya.

5. Murji’ah sunni

7
Murj’ah sunni adalah para pengikut Hanafi termasuk didalamnya adalah Abu Hanifah dan
gurunya Hammad Ibn Abi Sulaiman juga orang orang yang mengikuti mereka dari golongan
Murji’ah kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengakhirkan amal dari
hakekat iman.

Sementara itu, Harun Nasution membagi dalam 2 sekte yaitu :

1. Golongan moderat

Murjiah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir tidak pula kekal di
dalam neraka, mereka di siksa sebesar dosanya, dan bila diampuni oleh Allah sehingga tidak
masuk neraka sama sekali. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan Rasul-Nya, serta apa
saja yang datang darinya secara keseluruhan namun dalam garis besar , iman adalah dalam hal
ini tidak bertambah dan berkurang, tokohnya adalah : Al Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi
Tholib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadist.

2. Golongan ekstrim

Kelompok ekstrim dalam Murji’ah terbagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :

a. Al-Jahmiyyah, kelompok Jahm bin Syahwan dan para pengikutnya, berpandangan bahwa
orang yang percaya kepada tuhan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan, tidaklah
menjadi kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam
tubuh manusia.

b. Shalihiyyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui
tuhan, sedangkan kufur tidak tahu tuhan. Sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah, yang
disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa
dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.

c. Yunusiyyah dan Ubaidiyyah, melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau


perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan
jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini Muqatil bin
Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang
sebagai musyrik.

8
d. Hasaniyyah, jika seseorang mengatakan “saya tahu Tuhan melarang makan babi, tetapi saya
tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”, maka orang tersebut tetap
mukmin, bukan kafir.

Pendapat-pendapat ekstrim seperti diuraikan di atas menimbulkan pengertian bahwa hanya


imanlah yang penting dan menentukan mukmin atau tidaknya mukminnya seseorang. Perbuatan-
perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Karena yang penting ialah iman dalam hati,
ucapan dan perbuatan tidak merusak iman.4

E. TOKOH-TOKOH ALIRAN MURJI'AH

Pemimpin utama Madzhab murji’ah ialah Hasan ibn Bilal Al Muzni, Abu Salat As-
Sammam dan Dirar ibn Umar. Untuk mendukung perjuangan pendapatMurji’ah ini pada
masa Umayyah telah muncul sebuah syair yang terkenal tetang i’tikad dan
keyakinan Murji’ah yang di gubah oleh Tsabiti Quthnah.

Dari segi politik, Murji’ah sangat menguntungkan pada khalifah, semasa


Bani Umaiyyah karena dengan dogma mereka dapat mencegah pemberontakan terhadap
pemerintah. Dalam proses perkembangan selanjutnya terjadi perpecahan dan perbedaan
pendapat, ada yang moderat ada pula yangekstrim. Dalam Murji’ah tidak terdapat aliran atau
sekte dalam arti yang sebenarnya, yang ada hanya pendapat pribadai yang didukung oleh orang
lain.

Murji’ah yang moderat antara lain Hasan ibn Muhammad ibn Abi Thalib antara lain
berpendapat walau bagaimanapun besar dosanya, kemungkinan pengampunan Tuhan
masihada.Dan yang ekstrim antara lain Al-Jahmiyah,As- Sahalihiyah, Al-Yunusiy .Al-Ubaidiyah
dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap-tiap kelompok menjelaskan seperti berikut :

Ø Jahmiyah, kelompok jahm bin shafwan dan para pengikutnya berpandangan bahwa orang yang
perca ya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir
karena iman dan kufur bertempat didalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.

4 https://www.kompasiana.com/yusskrm84673/5bb1c105677ffb21c2576462/sejarah-doktrin-dan-sekte-sekte-
murji-ah?page=all

9
Ø Syalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah pengetahuan
Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Sholat bukan merupak ibadah kepada Allah
yang dimaksud ibadah adalah iman kepada–Nya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula
dengan zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melaikan sekedar menggambarkan kepatuhan.

Ø Yunusiyah dan Ubaniyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan
jahat tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman
berpendapat bahwa berbuat jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman seorang sebagai
musyrik (polytheist).

Ø Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan bahwa “saya tahu Tuhan melarang
makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”. Maka
orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir, begitu pula orang mengatakan “saya tahu Tuhan
mewajibakn naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau tempat lain.5

F. CIRI-CIRI KHUSUS ALIRAN MURJI'AH

Murji’ah memiliki sekian banyak ciri dan ada beberapa cirri yang paling menonjol, diantaranya
sebagai berikut:

1. Mereka berpendapat, iman hanya sebatas penetapan dengan lisan, atau sebatas pembenaran
dengan hati, atau hanya penetapan dan pembenaran.

2. Mereka berpendapat, iman tidak bertambah dan tidak berkurang, tidak terbagi-bagi, orang
yang beriman tidak bertingkat-tingkat, dan iman semua orang adalah sama.

3. Mereka mengharamkan istitsan` (mengucapkan ‘saya beriman insya Allah)

4. Mereka berpendapat, orang yang meninggalkan kewajiban dan melakukan perbuatan haram
(dosa dan maksiat) tidak berkurang imannya dan tidak merubahnya.

5. Mereka membatasi kekufuran hanya pada pendustaan dengan hati.

5 Badri.2011.Ketentuan Akad Dalam Islam.Jakarta: Jakarta Pustaka.

10
6. Mereka mensifati amal-amal kekufuran yang tidak membawa melainkan kepada kekufuran,
seperti menghina dan mencela (Allah, Rasul-Nya, maupun syari’at Islam); bahwa hal itu
bukanlah suatu kekufuran, tetapi hal itu menunjukkan pendustaan yang ada dalam hati.

G. PENDAPAT ULAMA MENGENAI ALIRAN MURJI'AH

Para ulama sepanjang masa telah menetapkan, bahwasanya Murji’ah merupakan kelompok
bid’ah yang sesat. Mereka pun melakukan pengingkaran dan membantah kelompok ini. Di antara
para kelompok ini ialah sebagai berikut:

1. ‘Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdul-Muthalib (wafat 68 H). Beliau Radhiyallahu ‘anhu
mengingatkan, “Berhati-hatilah dengan (pemikiran) Irja’, karena ia merupakan cabang dari
pemikiran Nashrani.”

2. Ibrahim bin Yazid bin Qa-is an-Nakha-I rahimahullah (wafat 96H) berkata, “Menurutku,
sesungguhnya fitnah mereka (Murji’ah) lebih aku takutkan atas umat ini daripada fitnah al-
Azariqah.”

3. Muhammad bin Muslim az-Zuhri rahimahullah (wafat 125 H) berkata, “Tidak ada satu
perbuatan bid’ah dalam Islam yang lebih berbahaya bagi pemeluknya (kaum Muslimin) dari
bid’ah ini, yaitu Al-Irja’.”

4. Yahya bin Sa’id al-Anshari (wafat 144 H) dan Qatadah (wafat 113 H), sebagaimana dikatakan
oleh al-Auza-I rahimahullah, bahwa mere berdua mengatakan: “Menurut pendapat mereka, tidak
ada perbuatan bid’ah yang lebih ditakutkan atas umat ini dari Al-Irja’.”

5. Manshur bin al-Mu’tamir as-Sulami (wafat 132 H) brkata; “Aku tidak berpendapat seperti
pendapat Murji’ah yang sesat dan bid’ah.”

6. Lajnah ad-Da-imah lil-Buhuts al-Ilmiyah wal-Ifta, di dalam fatwa no. 21436, tertanggal 8
Rabi’uts-Tsani 1421 H menyebutkan tenteng fenomena pemikiran Murji`ah pada zaman ini.
Dalam fatwa tersebut dikatakan: "Tidak diragukan lagi bahwa pemikiran ini (Murji`ah) adalah
kebatilan dan kesesatan yang nyata, menyelisihi al-Qur`ân, Sunnah dan ijma' Ahlus-Sunnah wal-
Jama'ah, sejak dahulu sampai sekarang."

H. PENGARUH BURUK PEMIKIRAN MURJI'AH

11
1. Sebagai kelompok yang mengusung pemikiran bid'ah, maka jika Murji`ah masuk ke dalam
'aqidah kaum Muslimin, ia dapat memporak-porandakan kesatuan umat. Sebab, suatu perbuatan
bid'ah jika muncul dan berkembang, ia akan memicu permusuhan dan kebencian di antara kaum
Muslim.

2. Munculnya pemikiran Murji'ah ini telah menyebabkan banyak hukum-hukum Islam menjadi
hilang, sehingga menjadi penyebab hilangnya syari'at. Pemikiran mereka juga telah merusak
keindahan Islam, sehingga menjadi penyebab manusia berpaling dan tidak mengagungkan
syari'at Allah.

3. Mereka telah berdusta atas nama Allah dan memiliki pemikiran yang telah dicela oleh seluruh
ulama. Imam al-Ajuri (wafat 360H) berkata,"Barangsiapa yang memiliki pemikiran seperti ini
(Irja`), maka ia telah berdusta atas nama Allah dan membawa lawannya kebenaran serta sesuatu
yang sangat diingkari seluruh ulama, karena yang memiliki pemikiran ini menganggap,
seseorang yang telah mengucapkan lâ ilaha illallâh, maka dosa besar dan perbuatan keji yang ia
lakukan, sama sekali tidak merusaknya. Menurutnya pula, keberadaan antara orang yang baik
dan takwa dengan orang yang fakir adalah sama. Pendapat seperti ini jelas merupakan
kemungkaran.

4. Kelompok Murji'ah meyakini bahwa suatu perbuatan (amal) tidak mempengaruhi keimanan
seseorang, sehingga banyak orang menyatakan yang penting "hatinya", dan perbuatan maksiat
yang dilakukannya tersebut seakan-akan tidak mempengaruhi keimanan di hatinya.

5. Pemikiran Murji'ah membuka pintu bagi orang-orang yang rusak membuat kerusakan dalam
agama, dan merasa tidak terikat dengan perintah dan larangan syari'at. Sehingga akan
memperbesar kerusakan dan kemaksiatan di tengah kaum Muslimin. Bahkan akhirnya sangat
mungkin mereka membuat melakukan perbuatan kekufuran dan kesyirikan, dengan alasan bahwa
hal itu merupakan amalan, dan tidak merasa bisa menyebabkan imannya menjadi berkurang atau
hilang. Na'udzubillâhi minazh-zhalal.

7. Menghilangkan unsur jihad fi sabilillâh dan amar ma`ruf nahi mungkar

8. Kaum Murji'ah menyamakan antara orang yang shalih dengan yang tidak, dan orang yang
istiqamah di atas agama Allah dengan orang yang fasik. Sebab menurut mereka, amal shalih

12
tidak mempengaruhi keimanan seseorang, sebagaimana juga perbuatan maksiat tidak
mempengaruhi keimanan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas bahwa aliran Murji’ah yang terpenting
dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih

13
beriman, berarti dia tetap mukmin, bukan kafir walaupun ia melakukan dosa besar. Adapun
hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak. Dan dikatakan
Murji’ah karena ada sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin terli"atdalam
pertentangan politik yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah.

B. SARAN

Pada hakikatnya semua aliran tersebut tidaklah keluar dari Islam, tetapi tetap Islam. Dengan
demikian tiap umat Islam bebas memilih salah satu aliran dari aliran-aliran teologi tersebut, yaitu
mana yang sesuai dengan jika dan pendapatnya. Hal ini tidak ubahnya pula dengan kebebasan
tiap orang Islam memilih madzab fikih mana yang sesuai dengan jiwa dan kecenderungannya,
disinilah hikmah sabda Nabi Muhammad SAW. “ perbedaan dikalangan umatku memang
membawa rahmat besarlah kalau kaum terpelaja rmenjumpai dalam Islam aliran-aliran yang
sesuai dengan jiwa dan pembawaannya, dan kalau pula kaum awam memperoleh dalamnya
aliran-aliran yang dapat mengisi kebutuhan rohaninya.

DAFTAR PUSTAKA

 Abidin, Nata.2011.Ilmu Kalam dan Tasawuf.Jakarta: Raja Grafindo Pesada

 Badri.2011.Ketentuan Akad Dalam Islam.Jakarta: Jakarta Pustaka

 https://www.bacaanmadani.com/2018/02/pengertian-murjiah-tokoh-murjiah.html

14
 https://www.academia.edu/11819847/makalah_aliran_murjiah
 https://www.kompasiana.com/yusskrm84673/5bb1c105677ffb21c2576462/sejarah-
doktrin-dan-sekte-sekte-murji-ah?page=all

15

Anda mungkin juga menyukai