Anda di halaman 1dari 13

REFERAT ANAK

DENGUE SYOK SINDROM

Disusun Oleh :

Cintantya Paramastri Yuwono

201510330311053

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di negara tropis dan

subtropis. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue

serotipe 1 hingga 4 dari genus Flavivirus yang biasanya ditularkan melalui nyamuk

aedes aegypti. Demam berdarah dengue merupakan dapat menyebabkan hipovolemi

dan hipotensi (sindrom syok dengue). Kebanyakan infeksi ini bersifat tanpa gejala,

tetapi spektrum penyakit klinis mulai dari demam umum, demam dengue (DD),

demam berdarah dengue (DBD), dan sindrom syok dengue. Sindrom syok dengue

(SSD) yaitu terjadinya kegagalan peredaran darah karena kehilangan plasma dalam

darah akibat peningkatan permeabilitas kapiler darah. Sindrom syok dengue terjadi

pada tingkatan DBD derajat III dan IV. Pada DBD derajat III telah terdapat tanda-

tanda syok, nadi teraba cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien mengalami

gelisah, terjadi sianosis disekitar mulut, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada

ujung hidung, jari tangan dan kaki serta terjadi hemokonsentrasi dan trombositopenia

yang dapat menyebabkan pendarahan internal yang berat.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui etiologi, patofisiologi dan gejala klinis, serta komplikasi dari

dengue syok sindrom agar dapat dilakukan deteksi dini pasien.

2. Mengetahui penatalaksanaan dengue syok sindrom agar dapat dilakukan

tindak lanjut yang tepat untuk pasien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman berdarah dengue disertai

dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue Shok Syndrome

(DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan tiba-tiba,

tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita demam

berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian

terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.

Klasifikasi

Klasifikasi WHO 1997

Dalam klasifikasi diagnosis WHO 1997, infeksi virus dengue dibagi dalam

tiga spektrum klinis yaitu undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD)

demam berdarah dengue (DBD). Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue

ditegaskan bahwa DBD bukan lanjutan dari DD namun merupakan spectrum klinis

yang berbeda.Perbedaan antara DD dan DBD adalah terjadinya plasma (plasma

leakage) pada DBD, sedangkan pada DD tidak. Selanjutnya DBDdiklasifikasikan

dalam empat derajat penyakit yaitu derajat I dan II untuk DBD tanpa syok, dan

derajat III dan IV untuk sindrom syok dengue.


Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue

 Derajat I : Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya

manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.

 Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan

spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau

perdarahan lainnya.

 Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi

yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi

disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.

 Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan

tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.


Klasifikasi WHO 2009

Klasifikasi infeksi dengue terbagi menjadi dua kelompok menurut derajat

penyakit, yaitu dengue dan severe dengue; dengue dibagi lebih lanjut menjadi dengue

dengan atau tanpa warning signs (dengue ± warning signs).

Dengue ± warning signs

 Dengue without warning signs disebut juga sebagai probable dengue, sesuai

dengan demam dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II pada

klasifikasi WHO 1997. Pada kelompok dengue without warning signs, perlu

diketahui apakah pasien tinggal atau baru kembali dari daerah endemic

dengue. Diagnosis tersangka infeksi dengue ditegakkan apabila terdapat

demam ditambah minimal dua gejala berikut: mual disertai muntah ruam (skin

rash) nyeri pada tulang, sendi, atau retro-orbital uji torniket positif,

leukopenia, dan gejala lain yang termasuk dalam warning signs. Pada

kelompok dengue without warning signs tersebut perlu pemantauan yang

cermat untuk mendeteksi keadaan kritis.

 Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut, muntah

terus-menerus, perdarahan mukosa, letargi/gelisah, pembesaran hati ≥2cm,

disertai kelainan parameter laboratorium, yaitu peningkatan kadar hematokrit

yang terjadi bersamaan dengan penurunan jumlah trombosit dan leukopenia.

Apabila dijumpai leukopenia, maka diagnosis lebih mengarah kepada infeksi

dengue. Pasien dengue tanpa warning signs dapat dipantau harian dalam
rawat jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka pemberian cairan

intravena harus dilakukan untuk mencegah terjadi syok hipovolemik.

Warning signs berarti perjalanan penyakit yang sedang berlangsung

mendukung ke arah terjadinya penurunan volume intravaskular.Hal ini

menjadi pegangan bagi klinisi di tingkat kesehatan primer untuk mendeteksi

pasien risiko tinggi dan merujuk mereka ke tempat perawatan yang lebih

lengkap fasilitasnya.Pasien dengan warning signs harus diklasifikasi ulang

apabila dijumpai salah satu tanda severe dengue. Di samping warning signs,

klinisi harus memperhatikan kondisi klinis yang menyertai infeksi dengue

seperti usia bayi, ibu hamil, hemoglobinopati, diabetes mellitus, dan penyakit

penyerta lain yang dapat menyebabkan gejala klinis dan tata laksana penyakit

menjadi lebih kompleks.

 Severe Dengue

Infeksi dengue diklasifikasikan sebagai severe dengue apabila terdapat

severe plasma leakage (perembesan plasma hebat), severe bleeding (perdarahan

hebat), atau severe organ impairment (keterlibatan organ yang berat).Severe

plasma leakage akan menyebabkan syok hipovolemik dengan atau tanpa

perdarahan (pada klasifikasi WHO 1997 dimasukkan dalam sindrom syok

dengue) dan atau penimbunan cairan disertai distres respirasi. Severe bleeding

didefinisikan bila terjadi perdarahan disertai kondisi hemodinamik yang tidak

stabil sehingga memerlukan pemberian cairan pengganti dan atau transfusi darah.

Yang dimaksud dengan perdarahan adalah semua jenis perdarahan, seperti

hematemesis, melena, atau perdarahan lain yang dapat mengancam kehidupan.


Severe organ involvement, termasuk gagal hati, inflamasi otot jantung

(miokarditis), keterlibatan neurologi (ensefalitis), dan lain sebagainya.

Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

yang termasuk dalam genus Flavivirus, Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus DEN-

1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue

atau demam berdarah dengue. Keempat serotype tersebut ditemukan di Indonesia

dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe

dengue dengan flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West

Nile virus. Virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomyia dan

Toxorhynchites.

Patofisiologi

Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-

antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5

yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh

yang merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah yang mendadak sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan

elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang

interstitial sehingga menyebabkan hipotensi, peningkatan hemokonsentrasi,

hipoproteinemia dan efusi cairan pada rongga serosa. Pada penderita dengan

renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang sampai kurang lebih 30%

dan berlangsung selama 24 – 48 jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak ditangani

segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis metabolic sehingga terjadi pergeseran


ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh penurunan

kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat kondisi

renjatan/shock. Selain itu kematian penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran

pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi

secara adekuat.

Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh:

 Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa demam

dna mencapai nilai terendah pada masa renjatan.

 Gangguan fungsi trombosit

 Kelainan system koagulasi,masa tromboplastin partial,masa protrombin

memanjang sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin

normal,beberapa factor pembekuan menurun termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan

fibrinogen.

 DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi Pada masa dini DBD peranan DIC

tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma,namun

apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan dan asidosis metabolic

maka renjatan akan mempercepat kejadian DIC sehingga peranannya akan

menonjol. Renjatan dan DIC salig mempengaruhi sehingga kejadian renjatan

yang irreversible yang disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan

berakhir dengan kematian.

Manifestasi Klinis

Dengue syok sindrom merupakan demam berdarah dengue pada derajat III

dan IV sehingga memilii manifestasi klinis berupa :


 Nyeri kepala

 Nyeri retroorbita

 Myalgia

 Arthralgia atau nyeri tulang

 Ruam / rash

 Menifestasi perdarahan (ptekie atau uji bending positif)

 Leukopenia (leukosit <5000)

 Trombositopenia (<150.000)

 Hematokrit naik 5-10%

 Terdapat tanda kegagalan sirkulasi : nadi lemah, tekanan nadi <20

mmHg, hipotensi, tampak lemas, kulit dingin dan lembab serta gelisah

 Terdapat syok dengan tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak

teraba

Diagnosis

Berdasarkan kriteria WHO 1997diagnosisi DBD ditegakkan bila semua hal di bawah

ini terpenuhi:

 Demam atau riwayat demamakut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

 Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:

o Uji bendung positif

o Petekie, ekimosis, atau purpura

o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau

perdarahan di tempat lain


o Hematesis atau melena

 Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)

 Terdapa minimal satu tanda-tandaplasma leakage (kebocoran plasma) sebagai

berikut:

o Peningkatan hematokrit >20% disbanding standar sesuai dengan umur

dan jenis kelamin

 Penurunanhematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibanding nilai

hematokrit sebelumnya

 Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites atau hypoproteinemia

Sedangkan diagnosis Dengue Syok Sindrom memenuhi seluruh kriteria diatas

disertai :

 Kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah

 Tekanan darah turun (<20mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai

umur

 Kulit dingin dan lembab

 Gelisah

Tatalaksana

Tata laksana kasus sindrom syok dengue (DSS) dengan dasar pemberian

cairan yang adekuat dan monitor kadar hematokrit. Apabila syok belum teratasi

selama 2 x 30 menit, pastikan apakah telah terjadi perdarahan dan transfusi PRC

merupakan pilihan.
Pemberian cairan 10ml/KgBB bolus selama 10-15 menit. Evaluasi tekanan

darah : bila ada perbaikan kurangi volume cairan berturut-turut sesuai dengan

algoritma di atas

Bilas yok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10ml/KgBB, serta

evaluasi dan atasi abnormalitas hasil laboratorium ( asidosis, gangguan

keseimbangan elektrolit, hipoglikemia)

Apabila hematocrit meningkat berikan koloid IV (D40) dan apabila terjadi

perbaikan maka kurangi volume cairan berturut-turut sesuai dengan algoritma

di atas

Apabila hematocrit menurun berikan transfusi darah 10 ml/kgBB/jam (whole

blood) ata PRC 5 ml/kgBB/jam


Komplikasi

 Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi pada syok

maupun tanpa syok

 Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan

 Edema Paru akibat pemberian cairan berlebih


DAFTAR PUSTAKA

Setiati, Siti, 2017, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI, Interna

Publishing : Jakarta

Tanto, Chris, Frans Liwang, Sonia Hanifwati, Eka Adip Pradipta, 2014, Kapita

Selekta Kedokteran Edisi 4, Media Aesculapius : Jakarta

Widyakusuma, Jayadhi , Dwilingga Utama, 2016, Profil Anak Dengan Sindrom Syok

Dengue di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode Januari 2012-

Desember 2013, E-Jurnal Medika, Vol.5 No.12, pp.1-5

World Health Organization. Dengue, guidelines for diagnosis, treatment, prevention,

and control. New edition, 2009. World Health Organization (WHO) and Special

Program for Research and Training in Tropical Diseases (TDR).France: WHO; 2009

World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control of

dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi:

Regional office for South-East Asia; 2011.

Anda mungkin juga menyukai