Disusun Oleh :
201510330311053
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di negara tropis dan
subtropis. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue
serotipe 1 hingga 4 dari genus Flavivirus yang biasanya ditularkan melalui nyamuk
dan hipotensi (sindrom syok dengue). Kebanyakan infeksi ini bersifat tanpa gejala,
tetapi spektrum penyakit klinis mulai dari demam umum, demam dengue (DD),
demam berdarah dengue (DBD), dan sindrom syok dengue. Sindrom syok dengue
(SSD) yaitu terjadinya kegagalan peredaran darah karena kehilangan plasma dalam
darah akibat peningkatan permeabilitas kapiler darah. Sindrom syok dengue terjadi
pada tingkatan DBD derajat III dan IV. Pada DBD derajat III telah terdapat tanda-
tanda syok, nadi teraba cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien mengalami
gelisah, terjadi sianosis disekitar mulut, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari tangan dan kaki serta terjadi hemokonsentrasi dan trombositopenia
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman berdarah dengue disertai
(DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan tiba-tiba,
berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian
Klasifikasi
Dalam klasifikasi diagnosis WHO 1997, infeksi virus dengue dibagi dalam
tiga spektrum klinis yaitu undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD)
ditegaskan bahwa DBD bukan lanjutan dari DD namun merupakan spectrum klinis
dalam empat derajat penyakit yaitu derajat I dan II untuk DBD tanpa syok, dan
spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau
perdarahan lainnya.
yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi
hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan
penyakit, yaitu dengue dan severe dengue; dengue dibagi lebih lanjut menjadi dengue
Dengue without warning signs disebut juga sebagai probable dengue, sesuai
dengan demam dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II pada
klasifikasi WHO 1997. Pada kelompok dengue without warning signs, perlu
diketahui apakah pasien tinggal atau baru kembali dari daerah endemic
demam ditambah minimal dua gejala berikut: mual disertai muntah ruam (skin
rash) nyeri pada tulang, sendi, atau retro-orbital uji torniket positif,
leukopenia, dan gejala lain yang termasuk dalam warning signs. Pada
Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut, muntah
dengue. Pasien dengue tanpa warning signs dapat dipantau harian dalam
rawat jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka pemberian cairan
pasien risiko tinggi dan merujuk mereka ke tempat perawatan yang lebih
apabila dijumpai salah satu tanda severe dengue. Di samping warning signs,
seperti usia bayi, ibu hamil, hemoglobinopati, diabetes mellitus, dan penyakit
penyerta lain yang dapat menyebabkan gejala klinis dan tata laksana penyakit
Severe Dengue
dengue) dan atau penimbunan cairan disertai distres respirasi. Severe bleeding
stabil sehingga memerlukan pemberian cairan pengganti dan atau transfusi darah.
Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk dalam genus Flavivirus, Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus DEN-
1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe
dengue dengan flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West
Nile virus. Virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomyia dan
Toxorhynchites.
Patofisiologi
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-
yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh
pembuluh darah yang mendadak sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan
elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang
hipoproteinemia dan efusi cairan pada rongga serosa. Pada penderita dengan
renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang sampai kurang lebih 30%
dan berlangsung selama 24 – 48 jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak ditangani
kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat kondisi
renjatan/shock. Selain itu kematian penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran
pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi
secara adekuat.
fibrinogen.
DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi Pada masa dini DBD peranan DIC
yang irreversible yang disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan
Manifestasi Klinis
Dengue syok sindrom merupakan demam berdarah dengue pada derajat III
Nyeri retroorbita
Myalgia
Ruam / rash
Trombositopenia (<150.000)
mmHg, hipotensi, tampak lemas, kulit dingin dan lembab serta gelisah
Terdapat syok dengan tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak
teraba
Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 1997diagnosisi DBD ditegakkan bila semua hal di bawah
ini terpenuhi:
berikut:
hematokrit sebelumnya
disertai :
umur
Gelisah
Tatalaksana
Tata laksana kasus sindrom syok dengue (DSS) dengan dasar pemberian
cairan yang adekuat dan monitor kadar hematokrit. Apabila syok belum teratasi
selama 2 x 30 menit, pastikan apakah telah terjadi perdarahan dan transfusi PRC
merupakan pilihan.
Pemberian cairan 10ml/KgBB bolus selama 10-15 menit. Evaluasi tekanan
darah : bila ada perbaikan kurangi volume cairan berturut-turut sesuai dengan
algoritma di atas
Bilas yok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10ml/KgBB, serta
di atas
Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi pada syok
Setiati, Siti, 2017, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI, Interna
Publishing : Jakarta
Tanto, Chris, Frans Liwang, Sonia Hanifwati, Eka Adip Pradipta, 2014, Kapita
Widyakusuma, Jayadhi , Dwilingga Utama, 2016, Profil Anak Dengan Sindrom Syok
Dengue di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode Januari 2012-
and control. New edition, 2009. World Health Organization (WHO) and Special
Program for Research and Training in Tropical Diseases (TDR).France: WHO; 2009
dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi: