Oleh:
dr. Anik Oktafiani
Dokter Intership periode 2018-2019
1
LAPORAN KASUS STATUS BANGSAL
I. IDENTITAS
Nama : An. R.E.J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahi :Balangan, 28 oktober 2013
Umur : 1 tahun, 10 hari
Nama ayah : Tn. R.A Umur : 35 tahun
Pekerjaan ayah : Karyawan Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny. E Umur : 37 tahun
Pekerjaan ibu : Karyawati Pendidikan : D3
Alamat : Balangan
Masuk RS/Pukul : Kamis, 20 februari 2019 (20.00 WIB) UGD
Diagnosa : F.C ( Febris Convulsif)
II. ANAMNESA (Alloanamnesa dengan ibu pasien pada hari rabu, 20 februari 2019
pukul - 20.00 WIB)
Keluhan Utama
Kejang 5 menit sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
2
penurunan nafsu makan, Os mengalami muntah 1 kali saat diberi obat penurun panas,
muntahnya berisi makanan dan sedikit.
3
Riwayat Makanan
ASI diberikan dari OS lahir hingga usia 3 bulan, dikarena ASI sedikit, dan usia 3 bulan
– 6 bulan di tambah susu formula 5-6 botol kecil 50 ml per hari. Usia 6 bulan keatas
anak mendapat makanan tambahan berupa 1 mangkuk kecil bubur beras merah 2 x
sehari ditambahn susu formula 2-3 botol per hari. Saat ini, anak diberi makan 1 porsi
berisi 1 centong nasi yang dilemberikin dengan lauk 1 telur goreng atau 1/2 potong
ayam goreng,kadang diberi sop ayam, dan buah- buahan, seperti pisang 3 potong kecil
sekali sehari, bauh pepaya, apel, anggur, anak makan 3 x sehari. Os agak kurang
makan tetapi kuat minum susu.
Kesan: kualitas kurang baik, kuantitas tidak seimbang.
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi Jumlah Usia
BCG 1x 0 bln dengan skar 4 mm
DPT 3x 2 bln/ 4 bln/ 6 bln
Polio 4x 0 bln/ 2 bln/ 4 bln/ 6 bln
Hepatitis B 3x 0 bln/ 1bln/ 6bln
Campak 1x 9 bln
Kesan: Imunisasi dasar (PPI) lengkap
Anamnesis Sistem:
SSP :Saat kejang kaki dan tangan kaku kemudian klojotan yang
berlangsung selama ± 5 menit kemudian berhenti sendiri. Setelah
kejang, os sadar dan menangis
Mata : mata merah (-), mata berair (+), nyeri pada mata (-)
THT : gangguan pendengaran (-), riwayat keluar cairan dari telinga (-)
Kardiovaskular : berdebar-debar (-)
Respirasi : batuk (-), pilek (-).
Gastrointestinal : gangguan BAB disangkal
Urogenital : Ganggaun BAK disangkal
Endokrin : pembesaran kelenjar di leher (-), kelainan genital disangkal
Muskuloskeletal :gangguan gerak (-), nyeri tekan (-)
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital
1. Suhu : 38 0 C (aksila)
2. Nadi : 82 kali/menit, teratur, teraba kuat, isi cukup
3. Nafas : 42 kali/menit, teratur, abdominal
4. Tekanan darah: tidak dilakukan
Status Gizi
1. Tinggi badan : 71 cm
2. Berat badan : 10 kg
3. index Quatelet (BB/TB2) : 19,9
4. Lingkar kepala: 46 cm (Normal - Nellhaus)
5. Lingkar lengan atas: 14 cm (Normal- Frisancho)
BB/U = 10/10,5 kg x 100%
= 95 % (Normal- WHO 2006)
TB/U = 71/76 cm x 100%
= 93 % (Normal- WHO 2006)
BB/TB = 10/71 x 100%
= 140% (Normal- WHO 2006)
5
Pemeriksaan Khusus
6
Tungkai kanan Tungkai kiri Lengan kanan Lengan kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Kuat(skor 5) Kuat(skor 5) Kuat(skor 5) Kuat(skor 5)
Trofi _ _ _ _
Klonus _ _ _ _
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis _ _ _ _
Meningeal sign _ _ _ _
Sensibilitas + + + +
Meningeal Sign: Kaku kuduk (-), Brudzinki I (-), Brudzinki II (-), Kernig Sign (-),
Lasegue sign (-)
Genitalia : Laki-laki, kelainan genital (-)
7
V. RESUME
Anak laki-laki 1 tahun 10 hari demam tinggi 14 jam SMRS, kejang 5 menit SMRS.
Kejang (+) ± 5 menit tonik-klonik, berhenti sendiri, setelah di tangani di UGD,
setelah kejang anak sadar (+), menagis (+). Dari pemeriksaan fisik: kesadaran
komposmentis, suhu 38,OC (aksila), HR= 82x/menit, RR= 42x/ menit, meningeal
sign (-).
Status gizi baik (menurut data antropometrik), tumbuh kembang sesuai usia
(berdasarkan Danver Development screening test), imunisasi dasar lengkap.
V. TERAPI
1. Paracetamol syrup 10-15 mg/kgBB/hari = 100-150 mg/hari
2. Diazepam oral 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam (3 mg) atau diazepam rectal 0.5
mg/kgBB setiap 8 jam (5 mg diberikan jika suhu >38.5C)
3.Infus KAEN-3B dimana kebutuhan cairan
Makrodrip= 1000cc x 20 tetes = 14 tetes/ menit
24x 60
4.Terapi Non-medikamentosa:
- Banyak minum air putih
- Berikan gizi seimbang (menu makan bervariasi)
5. Kebutuhan kalori usia 1 th-3th= 100 kkal, BBI= 10,2 kg
= 100x 10,2= 1020 kkal/hari makanan biasa
Karbohidrat= 60% x 1020= 612 kkal/hari
Protein = 25%x 1020= 255 kkal/hari
Lemak= 15%x 1020= 153 kkal/hari
8
VI. KOMUNIKASI DAN EDUKASI
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa kejang demam dapat terjadi berulang hingga
usia 6 tahun sehingga ibu harus sedia termometer, obat penurun panas, dan obat anti
kejang di rumah serta dibawa jika bepergian.
- Jika kejang terjadi di rumah:
Pakaian ketat dibuka
Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah cairan masuk ke jalan napas
Menjaga jalan napas agar oksigenasi cukup
Jangan menahan kejang dengan paksaan.
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Fungtionam : bonam
Quo ad Sanactionam : bonam
9
TINJAUAN PUSTAKA
Insiden
Kejang demam terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Usia puncak
terjadinya kejang demam adalah antara 14 sampai 18 bulan. Dapat terjadi pada semua
10
ras, anak laki – laki insiden terjadinya kejang demam lebih tinggi dari anak perempuan.
Dan insiden terjadinya kejang demam adalah 2 %. (2)
Etiologi dan pathogenesis tidak diketahui dengan pasti tetapi faktor genetik
berpengaruh dalam meningkatkan terjadinya kejang demam. Insiden terjadinya kejang
demam pada anak yang orang tuanya pernah mengalami kejang demam adalah 8 – 22 %
dan jika saudaranya mengalami kejang demam insidennya adalah 9 – 17 %. (2)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kromosom 19p dan 8q13 – 21 telah
dipetakan sebagai kromosom yang berhubungan dengan terjadinya kejang demam. Di
negara Amerika, antara 2 % - 5 % anak – anak menderita kejang demam pada usia 5
tahun. Satu pertiga dari pasien ini akan mengalami rekurensi. Di Eropa barat diperoleh
data statistik yang serupa dengan di Amerika, sedangkan insiden di negara lain cukup
bervariasi, yaitu India 5 – 10 %, Jepang 8,8 %, Guam 14 %, Hong Kong 0,35 %, dan
Cina 0,5 – 1,5 %. (3)
2.1.3 Etiologi
Hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti penyebab terjadinya kejang
demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga
tengah, infeksi saluran cerna dan saluran kemih. (3)
11
Satu pertiga dari jumlah anak – anak yang pernah memiilki riwayat kejang demam
akan dapat menderita kejang demam berulang. Yang masih menjadi dilema adalah karena
tidak ada data yang mendukung teori bahwa peningkatan suhu dapat menyebabkan
kejang demam. (3)
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko yang
dapat menyebabkan kejang demam berulang adalah (1)
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 15 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80%, sedangkan bila tidak
terdapat faktor tersebut hanya 10 - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang
paling besar adalah tahun pertama. (1)
Berdasarkan penelitian terhadap 55 pasien, 29 pasien anak laki – laki (53 %) dan
26 pasien anak perempuan (47 %), diperoleh bahwa 8 pasien mengalami kejang berulang
kembali sebanyak satu kali. Suhu yang terukur antara 38 – 38,5 °C (7 dari 25 pasien,
28%), riwayat epilepsi dalam keluarga (2 dari 2 pasien, 100%) berhubungan dengan
rekurensi terjadinya kejang demam kompleks. (3)
12
Gambar 1. (1). Pada fase istirahat, Ion Na+ ada di ekstra sel dan Ion K+ ada di intra sel.
Membran sel bagian dalam bersifat lebih negatif daripada ekstra sel, (2). Pada fase
depolarisasi, pintu ion chanel jadi terbuka, Ion Na+ masuk ke intra sel, tapi membran sel
bagian dalam masih tetap negatif. (3). Karena Ion Na+ masuk terus menerus
membran sel bagian dalam menjadi lebih positif, dan potensial membran sudah melewati
ambang maka terjadilah potensial aksi. (4). Setelah potensial aksi mencapai ambang
batas, maka Ion Na+ keluar ke ekstra sel potensial membran kembali ke posisi semula.
(5). Setelah itu terjadilah hiperpolarisasi, dimana Ion K+ ikut keluar ke ekstra sel, setelah
itu kemnbali ke posisi istirahat.
Melalui gambar 1, dapat dijelaskan bahwa kejang dapat terjadi jika pompa
Ion Natrium – Kalium terus terjadi dan melampaui ambang batas atas potensial aksi.
13
Gambar 2. Neurotransmitter. Neurotransmitter – neurotransmitter yang dilepaskan ini
dapat merubah polarisasi membran sel postsinaptik. Diantara neurotransmitter –
neurotransmitter tersebut ada yang mempermudah pelepasan muatan listrik dengan
menurunkan potensial aksi.
14
Neurotransmitter
dalam jumlah besar
Sel tetangga
K+ Na+
Postsinaps KEJANG
Gambar 3. Post sinaps : terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran sel tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.
15
Kejang demam terjadi pada anak berusia muda, saat ambang batas terjadinya
kejang masih rendah. Saat ini pula anak – anak mudah sekali mengalami infeksi seperti
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, sindroma virus, dan menyebabkan respon
berupa peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Pada penelitian dengan menggunakan
binatang percobaan ditemukan bahwa pirogen endogen, salah satunya yaitu interleukin 1
dapat meningkatkan aktivitas neuron, dan dapat menghubungkan antara demam dengan
terjadinya kejang. Penelitian sebelumnya yang juga mendukung adalah bahwa cytokin
yang teraktivasi dapat menyebabkan terjadinya kejang demam.
16
meningitis purulenta. Semakin muda usia pasien semakin penting lumbal pungsi, karena
tidak banyak yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa
meningitis. Lumbal pungsi sebaiknya dilakukan pada anak yang berusia lebih muda dari
2 tahun, masa penyembuhannya lama, dan tidak ditemukannya penyebab kejang
demamnya. (1) Resiko terjadinya meningitis purulenta adalah 0.6 – 6,7%. (2)
Lumbal pungsi sangat dianjurkan untuk dilakukan pada pasien yang berusia
kurang dari 12 bulan, karena gejala meningitis purulenta minimal atau sama sekali tidak
ada pada usia ini. Lumbal pungsi dapat dipetimbangkan untuk dilakukan pada pasien
yang berusia 12 – 18 bulan. Dan lumbal pungsi tidak rutin dilakukan pada pasien berusia
diatas 18 bulan, pada usia ini tergantung penemuan klinis meningitis purulenta. (2)
* Epilepsi
Kejang terjadi karena lepas muatan listrik yang berlebihan di sel
neuron syaraf pusat.
Manifestasi klinik :
Tidak ada maupun tidak diawali dengan demam, kejang dapat
tonik/klonik/absensce, setelah kejang terjadi penurunan kesadaran, tidak disertai
dengan infeksi lain.
Pemeriksaan penunjang :
Dengan EEG ditemukan abnormalitas gelombang otak
* Meningitis/Ensepalitis
Manifestasi klinis yang ditemukan :
Panas, gangguan kesadaran, kejang, muntah-muntah, kaku kuduk (+)
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan LCS ditemukan warnanya keruh, tekanannya meningkat, bakteri
yang meningkat, protein meningkat, glukosa menurun, sel limfosit meningkat.
17
2.1.9 Komplikasi
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam dan kematian sampai saat
ini belum pernah dilaporkan. (1)
Tiga sampai enam persen anak – anak yang mengalami kejang demam akan
mengalami epilepsi. Kejang demam kompleks dan kelainan struktural otak berkaitan
dengan peningkatan resiko terjadinya epilepsi. (5)
18
Pemberian obat saat demam (1)
*Antipiretik
Antipiretik dianjurkan diberi pada saat demam, walaupun tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis
asetaminofen yang digunakan berkisar 10 – 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 – 10 mg/kg/kali, 3 – 4 kali sehari
Acetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari
18 bulan, meskipun jarang. Paracetamol 10 mg/kg sama efektifnya dengan ibuprofen 5
mg/kg dalam menurunkan suhu tubuh.
*Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 °C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabakan ataksia, iritabel dan sedasi
yang cukup berat pada 25 – 39 % kasus.
Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
19
Algoritma pengobatan medikamentosa saat terjadi kejang demam. (1)
2. 15-20 menit
20
DAFTAR PUSTAKA
21