DEMAM TIFOID
Disusun Oleh:
A. Identitas Pasien
Nama : An. G
Umur : 8 tahun
Alamat : Ds. Paran
Tanggal masuk : 24 Juli 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Seorang anak mengeluh demam sudah 1 minggu. Demam dirasakan sepanjang hari.
Demam pada malam hari lebih tinggi dibanding pada siang hari. Pasien mengatakan
BAB terakhir 2 hari yang lalu, tidak ada riwayat mengigau sebelumnya. Pasien tidak
mengeluh adanya batuk, pilek, nyeri telinga, gangguan pada saat BAK, kejang,bintik
pada kulit, nyeri otot, diare, mual, muntah, pucat,mata kuning, menggigil, penurunan
berat badan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam sudah 1 minggu. Demam dirasakan sepanjang
hari. Demam pada malam hari lebih tinggi pada saat malam hari. Diare(-), konstipasi(-
), mual(-), muntah(-), nyeri perut(-). BAB terakhir 2 hari yang lalu dengan konsistensi
padat,warna kuning kecoklatan, tidak berlendir dan tidak berbau.
3. Riwayat penyakit dahulu
- Anak tidak memiliki riwayat demam berulang
- Riwayat mengalami penyakit tifoid, demam dengue, kejang, otitis media, infeksi
saluran kemih, malaria,intoleransi laktosa,konstipasi disangkal
- Riwayat memiliki penyakit jantung bawaan disangkal
- Anak tidak memiliki penyakit alergi terhadap obat dan makanan tertentu
- Anak baru pertama mondok di rumah sakit dan belum pernah operasi
4. Riwayat penyakit keluarga
- Ibu, ayah, saudara tidak memiliki riwayat penyakit demam tifoid
- Ibu, ayah, saudara tidak memiliki riwayat penyakit malaria
- Ibu, ayah, saudara tidak memiliki riwayat penyakit demam dengue
- Ibu, ayah, saudara tidak memiliki riwayat penyakit asma, jantung, alergi
5. Riwayat personal sosial
Lingkungan: Anak tinggal dirumah dan lingkungan yang bersih, ventilasi dan jendela
ruangan di rasa cukup. Tidak ada keluarga di dalam rumah dan tetangga disekitar
rumah yang menderita demam tifoid, malaria maupun demam dengue.
6. Riwayat pribadi
- Riwayat Kehamilan
Ibu kontrol teratur setiap bulan ke bidan dan mendapat tablet tambah darah dan
vitamin. Selama hamil dinyatakan sehat , mual muntah (+), bengkak pada tungkai
(-), perdarahan pervaginam (-). Ibu tidak pernah mengkosumsi jamu-jamuan, tidak
merokok, maupun mengkosumsi obat-obatan terlarang. Pada saat hamil ibu tidak
menderita penyakit asma dan ibu menyangkal adanya penyakit hipertensi, DM, dan
TBC pada saat hamil.
- Riwayat Persalinan
Anak lahir dengan usia kehamilan 40 minggu dengan berat badan 3500 gram ,
panjang badan lahir 50 cm,anak dilahirkan secara spontan di bidan RSUD Saras
Husada . Anak lahir menanngis kuat, tidak kuning.
- Vaksinasi
Vaksinasi Diberikan pada usia ke
BCG Pada saat lahir
Hepatitis B Pada saat lahir – dosis I
Usia 1 bulan – dosis II
Usia 6 bulan – dosis III
DPT dan polio Usia 3 bulan – dosis I
Usia 4 bulan – dosis II
Usia 5 bulan – dosis III
Campak Usia 9 bulan
Vaksinasi Diberikan pada usia ke
MMR Tidak dilakukan
Hib Tidak dilakukan
Hepatitis A 12 - 18 bulan
Cacar air 12 - 18 bulan
Kesan : Riwayat kehamilan cukup baik, Riwayat persalinan cukup baik, riwayat pasca
persalinan cukup baik dan riwayat vaksinasi lengkap dan tepat waktu.
- Usia 0-6 bulan anak garis pertumbuhan selalu naik tiap bulannya .
- Usia 6-12 bulan garis pertumbuhan sempat turun pada 2 bulan berturut-turut
- Usia 12-18 bulan garis pertumbuhan sempat menetap tiap bulannya.
- Usia 18-24 bulan garis pertumbuhan selalu naik tiap bulannya.
- Garis pertumbuhan anak tidak pernah dibawah garis merah dan anak tidak pernah
mengalami berat badan 3 bulan tidak naik.
Kesan : riwayat nutrisi anak belum cukup baik
- Anamnesis Sistemik
a) System SSP : Demam (+) kejang (-)
b) System intugumentum : kulit pucat (-), turgor melambat (-), rose spot(-),
c) System musculoskeletal : gerakan (+) , lumpuh (-)
d) System Gastrointestinal : BAB cair (-) , kembung (-) , benjolan (-), kostipasi(-
)
e) System Urinaria : nyeri pinggang (-),warna kuning ,Frekuensi 4x
sehari
f) System respiratory : batuk (-), sesak nafas (-), nyeri dada(-),pernafasan
cuping hidung (-)
g) System cardiovascular : nyeri dada (-), sesak nafas (-)
C. Pemeriksaan Fisik
Berat badan : 21 kg
Pemeriksaan Kulit
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-),irama derap(-).
Paru-paru
Kanan Kiri
Inspeksi Tampak simetris, retraksi subcostalis (-), Tampak simetris, retraksi subcostalis (-),
retraksi supraclavicularis (-), retraksi retraksi supraclavicularis (-), retraksi
intercostalis (-), ketinggalan gerak (-) intercostalis (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi Ketinggalan gerak (-), deformitas (-) Ketinggalan gerak (-), deformitas (-)
Perkusi Sonor pada seluruh lapangan paru Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskulta Suara dasar vesicular, ronkhibasah kasar(- Suara dasar vesicular, ronkhi basah kasar(-
si ),rhonki basah halus(-),rhonki kering(-), ),rhonki basah halus(-),rhonki kering(-),
wheezing ekpiratory (-),wheezing wheezing ekpiratory (-),wheezing
inspirator (-),stridor inspiratory(- inspirator (-),stridor inspiratory(-
),ekspiratory diperpanjang(-) ),ekspiratory diperpanjang(-)
Pemeriksaan Abdomen
Palpasi : supel, defans muskular (-), massa (-), nyeri tekan epigastrium (-),
Pemeriksaan Genital
Laki-laki
Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Edema - - - -
Pemeriksaan Kepala
o Secret (-/-)
o Epitaksis (-/-)
Pemeriksaan Mulut
TB : 90 cm
BB : 21 kg
Pola makan :
G. Diagnosa Kerja
Demam tifoid
H. Tatalaksana:
Terapi non medikamentosa
- bed rest total
- diet bubur saring
Terapi medikamentosa
I. Pembahasan
-Etiologi
Demam tifoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada
usus kecil yang disebabkan oleh salmonella typhi. Prevalens 91% kasus demam tifoid
terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. 96% kasus demam
tifoid disebabkan salmonella typhi, sisanya disebabkan salmonella paratyphi.
- Patogenesis
Masuknya salmonella typhi dan salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia
terjadi melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian bakteri dimusnahkan dalam
lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila
respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka bakteri akan menembus
sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia bakteri
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Bakteri dapat hidup
dan berkembang biak dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal
dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus
bakteri yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan
kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam
sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai gejala
penyakit infeksi sistemik.
- Diagnosis
a. Anamnesis:
Demam lebih dari tujuh hari. Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai
suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus
tinggi
Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas
Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
Anak sering mengigau (delirium)
Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan
ikterus
b. Pemeriksaan fisik
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi
Kesadaran menurun
Delirium
Sebagian anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan
bagian pinggir hiperemis
Meteorismus
Hepatomegali
Splenomegali
Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru
c. Pemeriksaan penunjang
Darah tepi perifer:
Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang,
defisiensi Fe, atau perdarahan usus
Leukopeni, namun jarang kurang dari 3000/ul
Limfositosis relative
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
Pemeriksaan serologi:
Serologi widal: kenaikan titer S.typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4
kali titer fase akut ke fase konvalesens
Kadar IgM dan IgG
Pemeriksaan biakan salmonella:
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke 4
Pemeriksaan radiologic:
Foto thorax, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal
seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna.
Pada perforasi usus tampak: distribusi udara tak merata, airfluid
level, bayangan radiolusen di daerah hepar, udara bebas pada
abdomen
- Tatalaksana :
Antibiotik:
Kloramfeniko (drug of choice)l 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
peroral atau intravena selama 10-14 hari
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari peroral atau intravena selama 10 hari
Kotrimosasol 6 mg/kgBB/hari peroral selama 10 hari
Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, intravena atau intramuscular,sekali sehari
selama 5 hari
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.
Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran
membaik.
Bedah: tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus
Suportif:
Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
Tirah baring
Isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Indikasi rawat
Demam tifoid berat harus dirawat inap di rumah sakit.
Cairan dan kalori
Terutama pada demam tinggi, muntah, atau diare, bila perlu asupan
cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung
Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5
kebutuhan dengan kadar natrium rendah
Penuhi kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan
Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik
Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu beri oksigen
Pelihara keadaan nutrisi
Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
Antipiretik, diberikan bila demam >390C, kecuali pada pasien dengan
riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal.
Diet
Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
Setelah demam reda,dapat segera diberikan makanan yang lebih
padat dengan kalori cukup
Transfusi darah: kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna
dan perforasi usus
Pemantauan
Terapi
Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila pada hari ke 4-5 setelah
pengobatan demam tidak reda, maka harus segera kembali di evaluasi
adakah komplikasi, suber infeksi lain, resistensi S.typhi terhadap antibiotic,
atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis.
Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai
komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.
Penyulit
Daftar Pustaka