KESETARAAN
Dengan demikian dalam hal keuangan (penggunaan uang) ada 2 hal yang
perlu diperhatikan. Pertama, pemilik uang apabila meminjamkan uangnya pada
orang lain maka ia berhak mendapatkan suatu bentuk hadiah, dimana hal
tersebut dikenal dengan istilah "bunga" (interest). Kedua, dengan adanya istilah
"bunga" maka dengan demikian sejumlah uang tertentu pada saat ini (sekarang)
akan bertambah menjadi jumlah yang lebih besar pada waktu yang akan datang,
tergantung dari besarnya tingkat suku bunga dan periode waktu.
Contoh. 1 :
A meminjam uang dari Z sebanyak Rp 100.000,- selama 6 bulan atau Vi tahun
dengan bunga sebesar 15%. Berapa besar bunga dan jumlah uang yang akan
datang yang harus dibayarkan ?
Jawab:
Bunga yang harus dibayar (I) = Rp 100.000,- x 0,15 x 1/2 = Rp 7.500,-
Jumlah uang yang harus dibayarkan pada 6 bulan mendatang:
F = P + I = Rp 100.000,- + Rp 7.500,- = Rp 107.500,-
Contoh. 2. :
Bagaimana bila pengembaliannya dilakukan setelah 2 tahun ?
Jawab :
I = Rp 100.000,-x 0,15 x 2 = Rp 30.000,-
F =Rp 100.000,-( 1 + 0,15 x 2 ) = Rp 130.000,-
Jumlah pinjaman pada akhir tahun kedua lebih besar Rp 2.250,- daripada
perhitungan bunga biasa pada contoh 2. Penambahan bunga pada bunga
berganda disamping tergantung dari periode waktu juga tergantung dari bunga
tersebut, karena setiap saat bunga akan berbunga lagi.
Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:
Bunga pada tahun pertama : Ii = P . i.
Jumlah pinjaman akhir tahun pertama :Fi = P+P. i. = P (1 + i)
Selanjutnya:
Bunga tahun kedua : I2 = FI . I
= P(l+i).i
Jumlah pinjaman akhir tahun kedua : F2 - FI + I2 = P (1 + i) + P (1 + i).
Bunga tahun ketiga : I3 = F2 . i
Jumlah pinjaman akhir tahun ketiga : F3 = F2 + I3
= P (1 + i)2 + P (1 + i)2. i
P (1 + i )3
Sehingga rumusnya menjadi:
Besarnyabunga : In = P (1+i)n-1. i .................................... (3.3)
Jumlah pinjaman y. a. d. : Fn = P(l+i)n ........................................... (3.4)
faktor (1 + i )n disebut faktor jumlah berganda.
Bila dibandingkan dengan rumus bunga biasa maka pada rumus bunga biasa
periode n berperan sebagai faktor pengali dari i (bunga), sedang untuk bunga
berganda n berperan sebagai faktor pangkat dari (1 + i).
Contoh:
1) Jika uang sebesar Rp 10.000,- dengan tingkat bunga 10% setahun
dinyatakan secara setengah tahun berganda dan periode total diberikan
untuk 2 tahun, maka jumlah n menjadi 4 dan i menjadi 5%.
F = Rp 10.000,- ( 1 + 0,05 )4 = Rp 12.155,-
2) Apabila contoh diatas dinyatakan secara 3 bulan berganda maka n menjadi 8
dan i menjadi 2,5%.
F = Rp 10.000,- (1 + 0,025 )8 = Rp 12.184,-
Dari contoh perhitungan bunga berganda diatas maka satuan n yang dipakai
untuk menunjukkan periode waktu, bilamana berbeda akan memberikan hasil
yang berbeda. Semakin banyak periode waktunya maka nilai yang akan datang
semakin besar. Hal yang demikian disebut dengan tingkat bunga nominal.
Rp 12.544,- - Rp 10.000,-
Tingkat bunga efektif = ————-——-——---—- x 100%
Rp 10.000,-
= 25,44%
Tingkat bunga efektif dapat dihitung dengan mengetahui tingkat bunga nominal
yaitu
Dimana :
i = tingkat bunga efektif.
r = tingkat bunga nominal,
e = bilangan eksponen = 2,71828.
Jadi berarti bahwa suatu tingkat bunga nominal 24% yang dilipatgandakan
secara persetengah tahun akan ekivalen dengan tingkat bunga efektif 25,44%
atas dasar tahunan. Kesimpulan tingkat bunga efektif akan selalu lebih besar dari
tingkat bunga nominal.
Tabel 1. dibawah ini menunjukkan perbedaan tingkat bunga nominal dan tingkat
bunga efektif.
Tingkat bunga ( % )
nominal 5 10 15 20 25 30 40 45 50
Efektif 5,127 10,517 16,183 22,14 28,403 34,986 49,182 52,831 64,872
Contoh:
B menanamkan modal sebesar Rp 10.000.000,- dengan tingkat bunga 5% per
tahun. Berapa jumlah uangnya setelah disimpan selama 4 tahun ?
Jawab :
P = Rp 10.000.000,- ; i = 5% ; n = 4
Jumlah uang setelah 4 tahun (F ) = P (F/P , i, n)
= Rp 10.000.000,- ( F/P , 5%, 4 )
dapat dilihat pada label
= Rp 10.000.000,- ( 1,2155 )
= Rp 12.155.000.-
Contoh:
Suatu keluarga memperhitungkan bahwa 5 tahun mendatang anaknya yang
bungsu akan masuk Perguruan Tinggi, sehingga diperkirakan akan
membutuhkan biaya sebesar Rp 5.000.000,-. Bila tingkat bunga 6% , maka
berapa uang yang haras ditabung sekarang agar pada 5 tahun mendatang
mendapatkan uang yang dibutuhkan tersebut ?
Jawab :
F = Rp 5.000.000,- ; i = 6% ; n = 5.
P = F ( P/F , 6%, 5 )
= Rp 5.000.000,- ( 0,74726 ) = Rp 3.736.300.-
Jadi :
Contoh:
Berapakah besar jumlah uang yang dapat dikumpulkan jika dana sebesar
Rp 100.000,- diinvestasikan pada tiap akhir tahun untuk jangka waktu 5
tahun, bila ditentukan tingkat bunga 10% per tahun ?
Jawab :
A = Rp 100.000,- ; i = 10% ; n = 5
F =A = A(F/A,i,n)
Contoh:
Pak Raden ingin mengumpulkan uang untuk membeli rumah setelah ia pensiun.
Diperldrakan 5 tahun lagi dia akan pensiun. Jumlah uang yang diperlukan
sebesar Rp 50.000.000,-. Berapa jumlah uang yang harus ditabung olehnya
setiap tahun ? tingkat bunga 12% per tahun.
Jawab :
F = Rp 50.000.000,- ; i = 12% ; n = 5
A = Rp 50.000.000,- ( A/F , 12% , 5 )
= Rp 50.000.000,- ( 0,1574 ) = Rp 7.870.000.-
3) Faktor Pemulihan Modal ( Capital-Recovery Factor )
Digunakan :Untuk mendapatkan nilai tahunan (A), bila diketahui nilai
sekarang (P) dengan tingkat bunga tertentu (i) serta periode waktu tertentu
(n).
Dapat juga dikatakan sebagai suatu angka annual yang dikumpulkan sebagai
suatu pengembalian modal.
Dari rumus : A =F
kita substitusikan : F = P (1 + i )n
akan didapatkan :
A = P (l+i)n
Contoh :
Orang tua si Polan menabung sebesar Rp 10.000.000,- di sebuah bank. Setiap
tahun bank akan membayar kepada Polan sejumlah uang yang sama setiap
tahunnya sebagai biaya pendidikan. Pembayaran dimulai akhir tahun pertama
selama 10 tahun. Jika tingkat bunga sebesar 10% per tahun, berapa jumlah
uang yang akan diterima oleh Polan setiap tahunnya ?
Jawab :
P = Rp 10.000.000,- ; i = 10% ; n = 10
A = Rp 10.000.000,- ( A/P , 10% , 10 )
= Rp 10.000.000,- ( 0,16275 ) = Rp 1.627.500,-
Akhir th.n F F A F F A A A
(P/F, I, n) =
b. (F/A,i,n) =
c. (P/A,i,n) = (P/F,i,J)
Contoh :
d. (F/A,i,n) = 1 + (F/P,I,j)
Contoh :
(F/A, 5%, 4) = 1 + (F/P, 5%, 1) + (F/P, 5%, 2) + (F/P, 5%, 3)
4,310 = 1 + 1,050 + 1,102 + 1,158
e. (A/P, i, n) = (A/F , i, n) + i
Contoh:
(A/P, 5%, 4) = (A/F, 5%, 4) + 0,05
0,2820 = 0,2320 + 0,05
Dapat dibuktikan pula dengan :
(A/P,I,n) = (A/F,I,n) + 1
= +i
X (1+i)n – 1
n n n
i (1+i) = i + i (1+i) – i = i (1+ i )
Contoh:
Bila Anda menyimpan Rp 1.000.000,- pada awal tahun 2004, lalu pada akhir
2004 s/d akhir 2009 setiap akhir tahun sebesar Rp 1.000.000,-, berapa nilai uang
Anda pada akhir tahun 2009; dengan tingkat bunga 10% ?
Jawab :
Contoh:
Hitunglah nilai sekarang dari suatu anuitas yang ditangguhkan 6 tahun
pembayarannya (deferred annuity) sebesar Rp 5.000.000,- per tahuffliya untuk
jangka waktu 12 tahun, jika tingkat bunga yang berlaku sekarang 5% ?