Anda di halaman 1dari 19

Bab. 3.

KESETARAAN

3 .1. Nilai uang terhadap waktu.


Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada zaman dahulu kelompok
masyarakat melakukan pertukaran barang atau yang lazim disebut dengan istilah
barter. Tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, perdagangan yang
dilakukan secara barter sangat memboroskan waktu sehingga diperlukan suatu
cara untuk menyelesaikannya. Alat yang praktis untuk menyelesaikannya pada
saat itu adalah sebuah koin yang mempunyai nilai ( harga ) dan selanjutnya
dengan semakin majunya teknologi lahir secarik kertas yang mempunyai nilai (
harga ) yang sampai sekarang kita namakan uang. Dalam suatu sistem
perekonomian, uang mempunyai satu fungsi yang sangat fundamental.
Fungsi uang adalah:
• Sebagai suatu kesatuan nilai. (dengan adanya uang, maka segala
macam barang dapat dinyatakan dengan suatu kesatuan nilai).
• Sebagai alat tukar.
• Sebagai pemegang nilai.
Seseorang yang mempunyai uang dapat dengan segera menggunakan
uangnya, tetapi uang tidak merapakan pemegang nilai yang stabil dan
memuaskan hal ini dapat terjadi apabila daya beli dari masyarakat berubah. Jadi
dengan adanya uang yang mempunyai beberapa fungsi maka timbullah apa
yang dinamakan "kredit" dan sebagai tempat lalu lintas "kredit" adalah 'bank'.
Macam-macam uang:
1. Uang kartal (uang logam dan uang kertas)
2. Uang giral (saldo dari rekening bank / cek).
Uang kartal dikeluarkan oleh pemerintah cq. Bank Sentral (Bank Indonesia)
dan dilindungi oleh undang-undang sehingga semua orang wajib menerimanya
sebagai alat pembayaran yang sah. Sedang uang giral dapat dikeluarkan oleh
Bank Sirkulasi / Bank Umum (B.R.I, BNI dsb.) dan tidak dilindungi oleh undang-
undang sehingga setiap orang berhak untuk tidak menerima setiap pembayaran
dengan uang giral (cek).
Mengenai penggunaan uang ini seseorang yang mempunyai sejumlah uang
akan dipengaruhi oleh beberapa altematif yaitu :
1. dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli barang atau jasa
sesuai dengan keinginannya (barang konsumsi seperti : t.v., rumah,
sandang dsb., jasa : kesehatan, hiburan dsb.)
2. untuk membeli barang-barang produksi (benda yang memenuhi
kebutuhan manusia secara tidak langsung) contoh : mesin giling, mesin
cetak, kapal dan sebagainya)
3. meminjamkan uangnya kepada orang lain yang membutuhkan dengan
kondisi bahwa si peminjam akan mengembalikan uangnya dalam waktu
tertentu dengan disertai bunga.

Dengan demikian dalam hal keuangan (penggunaan uang) ada 2 hal yang
perlu diperhatikan. Pertama, pemilik uang apabila meminjamkan uangnya pada
orang lain maka ia berhak mendapatkan suatu bentuk hadiah, dimana hal
tersebut dikenal dengan istilah "bunga" (interest). Kedua, dengan adanya istilah
"bunga" maka dengan demikian sejumlah uang tertentu pada saat ini (sekarang)
akan bertambah menjadi jumlah yang lebih besar pada waktu yang akan datang,
tergantung dari besarnya tingkat suku bunga dan periode waktu.

3..2. Rumus-rumus bunga.


Besarnya nilai bunga dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda.
Pertama, dari sudut pandang pemberi pinjaman (lender), maka untuk
menentukan besarnya bunga haras dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain
: resiko kehilangan, biaya administrasi dan keuntungan yang diinginkan.
Kedua, dari sudut pandang peminjam (borrow), nilai bunga dipengaruhi oleh
penggunaan dari dana yang dipinjam. Jika ia meminjam untuk keperluan pribadi
maka nilai bunga yang akan dibayarkan diukur dari kesempatan untuk
memperoleh kepuasan yang lebih cepat. Apabila dana yang dipinjam digunakan
untuk suatu usaha yang diharapkan akan memperoleh keuntungan maka bunga
yang dibayarkan haruslah lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan, untuk itu
maka peminjam akan mencari pinjaman dengan bunga serendah mungkin.
Dalam masalah penentuan bunga dan nilai bunga ini haras dibedakan
antara faktor tolong menolong dan faktor bisnis. Kadang-kadang terdapat pula
orang yang meminta bunga terlalu tinggi, untuk mengatasi hal ini maka dibuat
"wecker ordonantie" yang mengatur bahwa orang tidak boleh menarik bunga
terlalu tinggi / semaunya. Dari kenyataan-kenyataan ini maka ada yang
menyatakan bahwa uang / dana itu produktif sebingga pengenaan bunga bagi
penggunaan dana adalah wajar. Contoh : Ani bekerja membuat kue yang
dikerjakan sebagai industri rumah tangga dan setiap harinya dapat menghasilkan
100 bungkus unrtuk dijual dengan harga Rp 1.500,00 per bungkusnya. Apabila
biaya untuk mebuat kue tersebut Rp 1.000,00 per bungkusnya, maka
penghasilan Ani setiap tahun adalah = 30 x 12 x Rp 500,00 x 100 = Rp
18.000.000,00. kemudian Ani mendapat pinjaman uang dari koperasi untuk
membeli tambahan alat agar dapat memenuhi permintaan pasar sebesar
Rp 2.500.000,00 dengan bunga 12% /th.. Adanya tambahan alat tersebut
dapat menghasilkan kue 150 bungkus per harinya dan dibantu oleh seorang
tenaga yang digaji Rp 100.000,00 / bulan. Sehingga penghasilan Ani sekarang
menjadi:
• 150 x 30 x 12 x Rp 500,00 = Rp 27.000.000,00
• untuk membayar hutang + bunga 12%/th. = Rp 2.500.000,00 + Rp
300.000,00 = Rp 2.800.000,00
• untuk gaji pembantu = Rp 100.000,00 x 12 = Rp 1.200.000,00
Jadi penghasilan Ani = Rp 27.000.000,00 - Rp 2.800.000,00 - Rp 1.200.000,00 =
Rp 23.000.000,00.
Dengan adanya penambahan dana yang diperoleh maka Ani mendapat
kelebihan pendapatan sebesar = Rp 23.000.000,00 - Rp 18.000.000,00 = Rp
5.000.000,00. Inilah yang dikatakan bahwa uang itu produktif, sehingga
mengenakan bunga dari penggunaan uang adalah wajar. Dari perhitungan
diatas dapat dikatakan bahwa bunga merupakan sebagian dari tambahan laba
yang diperoleh dengan meminjam suatu dana yang digunakan untuk suatu
usaha. Sehingga dari kesimpulan ini dapat dibedakan antara bunga dan laba.
Bunga :
- besarnya sudah tertentu / ditentukan
- tanpa ada usaha, sehingga resiko kecil.
Laba :
- belum tertentu besarnya, bahkan ada kemungkinan besarnya minus.
- untuk memperoleh laba harus dilakukan usaha.
Pada umumnya kuantitas (besarnya) bunga lebih kecil daripada laba, kecuali
apabila usaha tersebut gagal atau bangkrut.
3.2.1. Macam-macam Bunga :
1. Bunga biasa ( Simple Interest).
Bunga biasa adalah bunga yang diperoleh secara langsung sebanding
dengan modal yang dikaitkan dalam pinjaman dan penambahannya hanya
tergantung dari periode waktu.
Rumus : Bunga biasa (I) = P . i. n ........................................... (3-1)
Dirnana :
P = jumlah atau modal sekarang.
i = tingkat bunga per waktu.
n = jumlah waktu bunga.
Jumlah total yang harus dikembalikan ( F ) oleh peminjam apabila
meminjam sejumlah uang ( P) dengan tingkat bunga (i) adalah:
Jumlah uang yang akan datang (F) = P + l = P + P.i.n
F = P(l+i.n) ...................................... (3.2)

Contoh. 1 :
A meminjam uang dari Z sebanyak Rp 100.000,- selama 6 bulan atau Vi tahun
dengan bunga sebesar 15%. Berapa besar bunga dan jumlah uang yang akan
datang yang harus dibayarkan ?
Jawab:
Bunga yang harus dibayar (I) = Rp 100.000,- x 0,15 x 1/2 = Rp 7.500,-
Jumlah uang yang harus dibayarkan pada 6 bulan mendatang:
F = P + I = Rp 100.000,- + Rp 7.500,- = Rp 107.500,-

Contoh. 2. :
Bagaimana bila pengembaliannya dilakukan setelah 2 tahun ?
Jawab :
I = Rp 100.000,-x 0,15 x 2 = Rp 30.000,-
F =Rp 100.000,-( 1 + 0,15 x 2 ) = Rp 130.000,-

2. Bunga berganda (Compound Interest)


Bunga yang diperoleh pada suatu periode, dimana bunga pada akhir tahun
pertama ditambahkan pada modal untuk penghitungan bunga pada tahun
berikutnya dan seterusnya.
Perhitungan bunga berganda dapat dilihat pada contoh berikut:
Contoh . 1 . :
Pokok pinjaman sebesar Rp 100.000,- dengan bunga berganda 15% per tahun
dan jangka waktu pinjaman 2 tahun. Berapa besar bunga dan jumlah pinjaman
pada akhir tahun kedua ?
Jawab:

Tahun Pokok pinjaman Bunga Jumlah pinjaman pada akhir tahun


1 Rp 100.000,- Rp 15.000,- Rp 115.000,-
2 Rp 115.000,- Rp 17.500,- Rp 132.250,-

Jumlah pinjaman pada akhir tahun kedua lebih besar Rp 2.250,- daripada
perhitungan bunga biasa pada contoh 2. Penambahan bunga pada bunga
berganda disamping tergantung dari periode waktu juga tergantung dari bunga
tersebut, karena setiap saat bunga akan berbunga lagi.
Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:
Bunga pada tahun pertama : Ii = P . i.
Jumlah pinjaman akhir tahun pertama :Fi = P+P. i. = P (1 + i)
Selanjutnya:
Bunga tahun kedua : I2 = FI . I
= P(l+i).i
Jumlah pinjaman akhir tahun kedua : F2 - FI + I2 = P (1 + i) + P (1 + i).
Bunga tahun ketiga : I3 = F2 . i
Jumlah pinjaman akhir tahun ketiga : F3 = F2 + I3
= P (1 + i)2 + P (1 + i)2. i
P (1 + i )3
Sehingga rumusnya menjadi:
Besarnyabunga : In = P (1+i)n-1. i .................................... (3.3)
Jumlah pinjaman y. a. d. : Fn = P(l+i)n ........................................... (3.4)
faktor (1 + i )n disebut faktor jumlah berganda.

Bila dibandingkan dengan rumus bunga biasa maka pada rumus bunga biasa
periode n berperan sebagai faktor pengali dari i (bunga), sedang untuk bunga
berganda n berperan sebagai faktor pangkat dari (1 + i).
Contoh:
1) Jika uang sebesar Rp 10.000,- dengan tingkat bunga 10% setahun
dinyatakan secara setengah tahun berganda dan periode total diberikan
untuk 2 tahun, maka jumlah n menjadi 4 dan i menjadi 5%.
F = Rp 10.000,- ( 1 + 0,05 )4 = Rp 12.155,-
2) Apabila contoh diatas dinyatakan secara 3 bulan berganda maka n menjadi 8
dan i menjadi 2,5%.
F = Rp 10.000,- (1 + 0,025 )8 = Rp 12.184,-

Dari contoh perhitungan bunga berganda diatas maka satuan n yang dipakai
untuk menunjukkan periode waktu, bilamana berbeda akan memberikan hasil
yang berbeda. Semakin banyak periode waktunya maka nilai yang akan datang
semakin besar. Hal yang demikian disebut dengan tingkat bunga nominal.

3. 2.2. Tingkat bunga.


1. Tingkat bunga nominal.
Tingkat bunga nominal artinya menggandakan bunga yang ada pada suatu
periode waktu ke periode waktu yang lebih banyak.
Contoh:
1) Nilai mendatang untuk sejumlah uang Rp 10.000,- pada akhir satu tahun
dengan tingkat bunga 8% yang digandakan secara kwartal adalah :
F3 bulan = P + P-i
= Rp 10.000,- + Rp 10.000,- ( 0,02 ) = Rp 10.200,-
= Rp 10.200,- + Rp 10.200,- ( 0,02 ) = Rp 10.404,-
= Rp 10.404,- + Rp 10.404,- ( 0,02 ) = Rp 10.612,-
= Rp 10.612,- + Rp 10.612,- (0,02) = Rp 10.824,-

2) Apabila tingkat bunga 8% dari uang Rp 10.000,- ini dilipatgandakan secara


tahunan, maka pada akhir tahun adalah :
F 12 bulan = Rp 10.000,- + Rp 10.000,- ( 0.08 ) = Rp 10.800,-

ternyata harganya Rp 24,- lebih kecil daripada bila dilipatgandakan dengan


tingkat bunga nominal 8% secara kwartal.
Jadi semakin sering ditingkatkan periodenya dalam tingkat bunga tahunan yang
dinyatakan secara nominal, maka akan semakin besarlah nilai mendatangnya,
meskipun total periodenya sama.
F 12 bulan dengan bunga 8% pertahun = Rp 10.800,-
F 12 bulan dengan bunga 8% perkwartal = Rp 10.824,-

2. Tingkat bunga efektif :


Tingkat bunga efektif adalah perbandingan antara bunga yang dibayarkan
untuk satu tahun terhadap jumlah uang pinjaman pokok yang diterima.
Rumus tingkat bunga efektif:
Tingkat bunga efektif = ...................................................... (3.5)

dimana : F- P = bunga yang didapat selama suatu periode.


Contoh:
Jumlah pinjaman yang sama dengan contoh diatas dilipatgandakan dengan
tingkat bunga nominal 24% secara setengah tahunan (berarti tingkat bunga 12%
per periode dengan n = 2 kali pertahun) maka untuk satu tahun akan menjadi:
F12 = Rp 10.000,- ( 1 + 0,12 )2 = Rp 12.544,-

Rp 12.544,- - Rp 10.000,-
Tingkat bunga efektif = ————-——-——---—- x 100%
Rp 10.000,-
= 25,44%
Tingkat bunga efektif dapat dihitung dengan mengetahui tingkat bunga nominal
yaitu

Rumus : i = er – 1 ……………………………………………………. (3.6)

Dimana :
i = tingkat bunga efektif.
r = tingkat bunga nominal,
e = bilangan eksponen = 2,71828.
Jadi berarti bahwa suatu tingkat bunga nominal 24% yang dilipatgandakan
secara persetengah tahun akan ekivalen dengan tingkat bunga efektif 25,44%
atas dasar tahunan. Kesimpulan tingkat bunga efektif akan selalu lebih besar dari
tingkat bunga nominal.
Tabel 1. dibawah ini menunjukkan perbedaan tingkat bunga nominal dan tingkat
bunga efektif.

Tingkat bunga ( % )
nominal 5 10 15 20 25 30 40 45 50
Efektif 5,127 10,517 16,183 22,14 28,403 34,986 49,182 52,831 64,872

Dari Tabel 1. tersebut terlihat bahwa perbedaan pemakaian tingkat bunga


nominal dan efektif akan terasa pada tingkat bunga yang besar.
Pada penghitungan analisis ekonomi teknik umumnya, pemakaian
inventasi perhitungan keuntungan, nilai yang akan datang dari investasi untuk
suatu proyek diperhitungkan pada suatu angka yang pasti pada suatu periode.
Demikian pula evaluasinya, juga dilakukan berdasarkan nilai suatu angka pada
suatu waktu, tidak menerus (discrete).
Pemakaian tingkat bunga efektif dapat dilakukan pada suatu industri yang
berproduksi setiap waktu (mis. Pabrik), cashflow (aliran dana) dilakukan
terus menerus (continous).

3.2.3. Rumus-rumus bunga berganda :


Untuk menerangkan rumus-rumus ini dipergunakan simbol-simbol sebagai
berikut
i = Besarnya suku bunga
P = Jumlah pinjaman / modal saat ini (Rp).
F = Jumlah pinjaman / modal yang akan datang (Rp).
A = Jumlah pembayaran tahunan (Rp).
n = Jumlah tahun (th).

3.3. Cara pembayaran bunga.


Berdasarkan cara pembayarannya, rumus-rumus bunga ini dikelompokan
menjadi:
A. Pembayaran Tunggal ( Single Payment)
Sesuai dengan namanya, peembayaran dan penerimaan uang masing-
masing dibayarkan sekaligus pada awal atau akhir dari suatu periode
1) Faktor jumlah kompon (Compound Amount Factor)
Digunakan : untuk mendapatkan nilai yang akan datang (F), bila diketahui
nilai sekarang (P) dengan tingkat bunga tertentu (i) serta waktu tertentu (n ).

Rumus :F=P(l+i)n =P(F/P ,i ,n) ................................................ (3.7)

Contoh:
B menanamkan modal sebesar Rp 10.000.000,- dengan tingkat bunga 5% per
tahun. Berapa jumlah uangnya setelah disimpan selama 4 tahun ?
Jawab :
P = Rp 10.000.000,- ; i = 5% ; n = 4
Jumlah uang setelah 4 tahun (F ) = P (F/P , i, n)
= Rp 10.000.000,- ( F/P , 5%, 4 )
dapat dilihat pada label
= Rp 10.000.000,- ( 1,2155 )
= Rp 12.155.000.-

2) Faktor Nilai Sekarang ( Present Worth Factor)


Digunakan : Untuk mendapatkan nilai sekarang ( P ), bila diketahui nilai
yang akan datang (F), dengan suku bunga (i) serta periode waktu (n).
Merupakan kebalikan dari faktor jumlah kompon :

Rumus :P=F = F ( P/F,I,n ) ………………………… (3.8)

merapakan faktor nilai sekarang dapat dilihat di label

Contoh:
Suatu keluarga memperhitungkan bahwa 5 tahun mendatang anaknya yang
bungsu akan masuk Perguruan Tinggi, sehingga diperkirakan akan
membutuhkan biaya sebesar Rp 5.000.000,-. Bila tingkat bunga 6% , maka
berapa uang yang haras ditabung sekarang agar pada 5 tahun mendatang
mendapatkan uang yang dibutuhkan tersebut ?
Jawab :
F = Rp 5.000.000,- ; i = 6% ; n = 5.
P = F ( P/F , 6%, 5 )
= Rp 5.000.000,- ( 0,74726 ) = Rp 3.736.300.-

B. Rangkaian Pembayaran Seragam_ ( Uniform Series of Payments )


Dalam rumus-rumus ini pembayaran dilakukan dalam suatu sen (rangkaian)
dengan jumlah yang sama pada setiap akhir periode.
Ada 4 cara rangkaian pembayaran seragam:
1) Rangkaian Faktor Jumlah Kompon (Series Compound-amount Factor)
Digunakan : Untuk mendapatkan nilai mendatang ( F ), bila diketahui
pembayaran tahunan (A ), dengan bunga (i) serta periode waktu ( n).

Suatu modal yang diinvestasikan pada suatu periode ( n ) akan


memperoleh bunga sebanyak ( n - 1 ).
Dari rumus : Fn = P (1 + i)n maka diperoleh :
Jumlah gabungan pembayaran:
Periodepertama : F1 = A (1 + i)n-1
Periode kedua : F2 = A (1 + i) n-2
Periode ketiga : F3 = A (1 + i)n-3
Fn = A (1 + i)n-n

Jadi :
Contoh:
Berapakah besar jumlah uang yang dapat dikumpulkan jika dana sebesar
Rp 100.000,- diinvestasikan pada tiap akhir tahun untuk jangka waktu 5
tahun, bila ditentukan tingkat bunga 10% per tahun ?
Jawab :
A = Rp 100.000,- ; i = 10% ; n = 5

F =A = A(F/A,i,n)

= Rp 100.000,- ( 6,105 ) = Rp 610.500,-

2) Faktor Dana Diendapkan ( Sinking Fund Factor )


Digunakan : Untuk mendapatkan suatu nilai tahunan (A), bila diketahui nilai
mendatang (F). Pada kondisi riil dapat dikatakan juga sebagai suatu
annual yang diendapkan ( sink ) / ditanamkan sebagai suatu modal untuk
suatu periode tertentu.

Rumus : A = F = F (A/F,i,n) ………………………. (3.10)

Contoh:
Pak Raden ingin mengumpulkan uang untuk membeli rumah setelah ia pensiun.
Diperldrakan 5 tahun lagi dia akan pensiun. Jumlah uang yang diperlukan
sebesar Rp 50.000.000,-. Berapa jumlah uang yang harus ditabung olehnya
setiap tahun ? tingkat bunga 12% per tahun.
Jawab :
F = Rp 50.000.000,- ; i = 12% ; n = 5
A = Rp 50.000.000,- ( A/F , 12% , 5 )
= Rp 50.000.000,- ( 0,1574 ) = Rp 7.870.000.-
3) Faktor Pemulihan Modal ( Capital-Recovery Factor )
Digunakan :Untuk mendapatkan nilai tahunan (A), bila diketahui nilai
sekarang (P) dengan tingkat bunga tertentu (i) serta periode waktu tertentu
(n).
Dapat juga dikatakan sebagai suatu angka annual yang dikumpulkan sebagai
suatu pengembalian modal.

Dari rumus : A =F

kita substitusikan : F = P (1 + i )n
akan didapatkan :

A = P (l+i)n

A= = P(A/P,i,n) …………………………. (3.11)

Contoh :
Orang tua si Polan menabung sebesar Rp 10.000.000,- di sebuah bank. Setiap
tahun bank akan membayar kepada Polan sejumlah uang yang sama setiap
tahunnya sebagai biaya pendidikan. Pembayaran dimulai akhir tahun pertama
selama 10 tahun. Jika tingkat bunga sebesar 10% per tahun, berapa jumlah
uang yang akan diterima oleh Polan setiap tahunnya ?
Jawab :
P = Rp 10.000.000,- ; i = 10% ; n = 10
A = Rp 10.000.000,- ( A/P , 10% , 10 )
= Rp 10.000.000,- ( 0,16275 ) = Rp 1.627.500,-

4) Faktor Nilai Sekarang ( Series Present- Worth Factor)


Digunakan : Untuk mendapatkan nilai sekarang ( P), bila diketahui nilai
tahunan (A) dengan tingkat suku bunga tertentu (i) serta periode waktu
tertentu (n)

Rumus : P = A = A (P/A,I,n) …………………………… (3.12)


Contoh:
Suatu pinjaman dalam rangka investasi ditentukan tiap pembayaran pada akhir
tahun sebesar Rp 10.000.000,- dan harus diselesaikan dalam waktu 5 tahun.
Hitunglah nilai sekarang dari pinjaman tersebut jika tingkat bunga ditentukan 8%
per tahun.
Jawab :
A = Rp 10.000.000,- ; i = 8% ; n = 5
P = Rp 10.000.000,- (P/A, 8% , 5 )
= Rp 10.000.000,- ( 3,9926 ) = Rp 39.926.000,-

Tabel 2. Gambaran skematis penggunaan faktor-faktor.


Pembayaran tunggal Seri pembayaran seragam
Waktu Penggunaan Penggunaan Penggunaan Penggunaan Penggunaan Penggunaan
F/P P/F F/A A/F P/A A/P
Sekarang P P - - - P P -
Akhir th.1 A AA A
Akhir th.2 A AA A
Akhir th.3 A AA A
Akhir th .n-1 A AA A

Akhir th.n F F A F F A A A

Hal-hal yang perlu diketahui dari penggunaan faktor-faktor di atas :


1) Akhir dari suatu tahun adalah merupakan permulaan dari tahun berikumya
2) P berlaku pada permulaan suatu tahun, yang dianggap merupakan saat ini
(sekarang).
3) F atau S berlaku pada akhir setiap tahun dari suatu periode yang
diperbincangkan.
4) Apabila terdapat P dan A, maka A yang pertama dari sen pembayaran terjadi
satu tahundari P.
5) Apabila terdapat S dan A, maka A yang terakhir dari seri pembayaran
terjadi pada saat yang bersamaan dengan S atau F.
Hubungan antara Faktor Bunga Berganda
 Pembayaran tunggal:

(P/F, I, n) =

 Rangkaian Pembayaran Seragam


a. (A/P,i,n) =

b. (F/A,i,n) =

c. (P/A,i,n) = (P/F,i,J)

Contoh :

(P/A,5%,4) = (P/F,5%,1) + (P/F,5%,2) + (P/F,5%,3) + (P/F,5%,4)


3,546 = 0,9524 + 0,9070 + 0,8638 + 0,8227

d. (F/A,i,n) = 1 + (F/P,I,j)

Contoh :
(F/A, 5%, 4) = 1 + (F/P, 5%, 1) + (F/P, 5%, 2) + (F/P, 5%, 3)
4,310 = 1 + 1,050 + 1,102 + 1,158

e. (A/P, i, n) = (A/F , i, n) + i

Contoh:
(A/P, 5%, 4) = (A/F, 5%, 4) + 0,05
0,2820 = 0,2320 + 0,05
Dapat dibuktikan pula dengan :
(A/P,I,n) = (A/F,I,n) + 1

= +i

X (1+i)n – 1
n n n
i (1+i) = i + i (1+i) – i = i (1+ i )

Contoh penggunaan Tabel Bunga


i = 5%
Faktor pembayaran Faktor rangkaian pembayaran seragam
tunggal
CAP PWF CAF PWF SFF CRF
F/P P/F F/A P/A A/F A/P
n n
1 1.0500 0.9524 1.0000 0.9524 1.0000 1.0500 1
2 1.1025 0.9070 2.0500 1.8594 0.4878 0.5378 2
3 1.1576 0.8638 3.1525 2.7232 0.3172 0.3672 3
4 dst

Uang sebanyak Rp 10.000,-. sekarang ( P ).


Berapajumlahuangtersebutpada 3 tahun kemudian bila bunga (i) = 5%?
F = P (F/P, i%, n)
= Rp 10.000,00 (F/P, 5%. 3)
= Rp 10.000,00 (1.1576)
= Roll.576.00

3.4. Arithmetic Gradient.


Pembayaran atau penerimaan tahunan yang kita pelajari sampai saat ini
adalah pembayaran atau penerimaan tahunan yang seragam dengan periode
pembayaran yang sama. Pada kenyataannya sering terjadi pembayaran atau
penerimaan tahunan tidak seragam (konstan) yaitu mengalami perabahan
penambahan atau pengurangan setiap tahunnya. Seperti misalnya pada
pembelian peralatan pertanian yang membutuhkan biaya pemeliharaan menurut
pengalaman menunjukkan tendensi kenaikkan setiap tahunnya. Untuk
mempermudah perhitungan sebaiknya kita rumuskan dahulu sebuah metode
untuk mendapatkan rangkaian seragam yang ekivalen dari suatu jumlah
pembayaran ataupun penerimaan yang bertambah atau berkurang setiap
tahunnya dengan suatu jumlah yang seragam. Seri pembayaran dengan
perubahan (kenaikkan/penurunan) yang seragam ini dapat dianggap menjadi 2
bagian yaitu merupakan suatu seri pembayaran per periode dengan jumlah yang
seragam ( A ) dan suatu seri pembayaran dengan perubahan. Gambar aliran
uang tunainya seperti terlihat dibawah ini:

Dari gambar diatas dapat dituliskan secara matematik sebagai berikut:


P - F + P" = A(P/A,i,n) + G(P/G,i,n)
Aliran dana tahunan yang mengalami kenaikkan tersebut:

Aliran dana dengan kenaikkan yang seragam tersebut dapat diselesaikan


sebagai berikut:
Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:
F = F' + F" + F'" + F’’’’

3.4.1. Annuity Due:


Pada ramus-rumus bunga yang telah dipelajari semua seri pembayaran
dilakukan pada akhir tiap periode pembayaran. Bila suatu seri pembayaran
dilakukan pada permulaan setiap periode pembayaran maka hal ini disebut
dengan annuity due. Sehingga untuk melakukan perhitungan perlu diadakan
penyesuaian. Langkah-langkah yang perlu dilakukan :

Gambar 1 . Diagram alir uang tunai Annuity Due.

Dari gambar diatas dianggap bahwa :


1. P = P.i , kemudian F = Fn-i (gambar digeser kekiri).
Jadi P.i = A ( P/A, i , n ) dan Fn-1 = A ( F/A, i , n )
2. Po dapat dicari dari nilai P.i yang diperoleh dengan menganggap Po sebagai
F. Jadi P0= P-1(F/P,i,l)
3. Fn dapat dicari dari nilai Fn-1 yang dianggap sebagai P.
Jadi Fn = Fn-1 ( F/P, i , 1 ).

Contoh:
Bila Anda menyimpan Rp 1.000.000,- pada awal tahun 2004, lalu pada akhir
2004 s/d akhir 2009 setiap akhir tahun sebesar Rp 1.000.000,-, berapa nilai uang
Anda pada akhir tahun 2009; dengan tingkat bunga 10% ?
Jawab :

P-1 = Rp 1.000.000.-(P/A, 10%, 6) = Rp 1.000.000.-(4,3553) = Rp 4.355.300,-


P0 = Rp 4.355.300,- ( F/P, 10%, 1 ) = Rp 4.355.300,- ( 1,1000 ) = Rp 4.790,830,-
F = Rp 4.790.830,- ( F/P, 10%, 6 ) = Rp 4.790.830,- ( 1,7716 ) = Rp 8.487.434.-
Atau dapat juga dengan cara sebagai berikut:
Fn-1= P.i (F/P, 10%,6) = Rp4.355.300,- (1.7716) = Rp7.715.850,-
F = Fn-1 ( F/P, 10%, 1 ) = Rp7.715.850,- ( 1,1000 ) = Rp 8.487.434.-

3.4.2. Deferred Annuity :


Rangkaian pembayaran dengan jumlah yang sama tetapi pembayarannya
tidak dilakukan pada awal atau akhir periode pertama melainkan pada beberapa
(k) periode sesudahnya. Sehingga penyelesaiannya dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram aliran uang tunai dari Deferred Annuity.

Berdasarkan gambar diatas pembayaran ditangguhkan selama k periode.


Pembayaran pertamanya dilakukan pada akhir periode (k + 1) selama m periode.
Penyelesaian diagram diatas adalah sebagai berikut:
1. Dicari Pk = A(P/A,i,m)
2. Po = Pk (P/F,i,k)

Contoh:
Hitunglah nilai sekarang dari suatu anuitas yang ditangguhkan 6 tahun
pembayarannya (deferred annuity) sebesar Rp 5.000.000,- per tahuffliya untuk
jangka waktu 12 tahun, jika tingkat bunga yang berlaku sekarang 5% ?

P6 = Rp 5.000.000,- (P/A, 5%, 12) = Rp 5.000.000,-( 8,8631 ) = Rp 44.315.500,-


P0 = Rp 44.315.500,- ( P/F, 5%, 6 ) = Rp 44.315.500,- ( 0,74622 ) = RP
33.069.112.-

Anda mungkin juga menyukai