Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN, PENGETAHUAN, DAN

FILSAFAT

Disusun Oleh:
1. Annisa Ayu Putri Sutarsa 041811333154
2. Muhammad Miftah Farid 041811333161
3. Rifqi Carranza Arishandy 041811333163
4. Thariq Priatmodjo 041811333197
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia memiliki akal untuk berpikir dan binatang pun juga. Manusia
mempunyai pengetahuan dan binatang juga mempunyai pengetahuan. Tetapi dengan
pernyataan tersebut manusia tidak bisa dikatakan sebagai hewan. Karena akal yang
dimiliki manusia berbeda dengan akal yang dimiliki oleh hewan. Hal itu didukung
karena hewan memiliki akal yang bersifat statis sedangkan manusia memiliki akal yang
bersifat dinamis. Pengetahuan yang dimiliki oleh hewan adalah tetap. Terbukti dari
zaman dahulu kala, harimau selalu makan daging dan gajah selalu makan tumbuhan.
Hal tersebut membuktikan bahwa pikiran hewan selalu sama atau statis. Sedangkan,
manusia memiliki pengetahuan yang bersifat dinamis, terus berkembang dari waktu ke
waktu. Jadi, berpikir adalah sifat khas yang dimiliki oleh manusia.
Pada awal perkembangan peradaban, manusia menuntut adanya tingkat
perkembangan masyarakat tertentu untuk memunculkan ilmu pengetahuan dan filsafat.
Manusia dituntut untuk memiliki sebuah kerangka berpikir yang baik untuk bertahan
hidup dan manusisa harus menentukan jalan apa yang akan ditempuhnya selama hidup.
Dalam perjalanan itulah manusia dihadapkan oleh beberapa pilihan dan rintangan.
dalam mencari jalan manusia membutuhkan jalan yang memiliki kebenaran atau
kebijaksanaan. hal ini menimbulkan filsafat dan ilmu pengetahuan ada.
Ilmu pengetahuan dan filsafat adalah dua hal yang berbeda. Tetapi bukan berarti
keduanya mamiliki makna yang berlawanan. Keduanya adalah hal yang satu, tetapi
memiliki porsi yang berbeda. Sebagai manusia yang terus berpikiran dinamis, menusia
perlu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam menentukan filsafatnya masing
masing. Sedangkan, ilmu pengetahun juga bisa dipakai untuk menjadi alat untuk
melanjutkan jalan yang akan ditempuh.
Sebagaian orang berpendapat bahwa filsafat adalah sesuatu hal yang tidak
penting. Bahkan anggapan yang muncul adalah filsafat adalah hal yang tabu untuk
diperbincangkan. Pada dasarnya filsafat adalah bukan hal yang negatif. Filsafat juga
bukanlah hal yang tabu untuk diperbincangkan.
Perkembangan zaman menuntut seseorang untuk dapat mengkaji permasalahan
permasalahan secara luas dan dari sudut pandang yang berbeda. Tetapi ternyata pada

1
kenyataannya pemikiran seorang manusia hanya terfokus atau terspesialisasi pada
bidang bidang tertentu saja. Sedangkan manusia dihadapkan leh permasalahan global
yang lebih kompleks. Oleh karena itu kita perlu untuk berpikir secara keseluruhan atau
global.
Dengan semakin berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk lebih bisa
beradaptasi dengan ruang lingkup kehidupan yang baru. Proses yang dialami manusia
pada waktu tertentu akajn menghasilkan pengetahuan maupu filsafat. Pengetahuan dan
filsafat itulah yang akan membantu manusia dalam mengetahui mana yang bisa untuk
dijadikan pedoman dalam berpikir.
Ilmu maupun filsafat adalah hal yang baik untuk dipelajari. Semua aspek dalam
kehidupan kita tidak lepas dari unsur filsafat maupun ilmu. Makalah ini ditujukan untuk
semua orang yang ingin tahu apa itu filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
berdasarkan hal tersebut penulis menginginkan semua pihak agar membuka
pemikirannya bahwa filsafat itu penting.

1.2 Kerangka Teori


Dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori-teori yang
berhubungan dengan bidang yang akan dikaji

1. Pengertian Filsafat
a. Arti Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa arab falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata
philosophia terdiri dari atas kata philen dan sophia. Philen yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam dalamnya. Seorang filsuf
adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
b. Arti Filsafat secara Terminologi
filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik dan universal terhadap
segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir
secaar radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur,
runtut, logis dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum,
terintegral, serta tidak khusus dan tidak parsial).

2
2. Pengertian Pengetahuan
a. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Pengetahuan, kata dasarnya
‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’
berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya,
pengetahuan berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang
disebut pengetahuan. sebagai salah satu bidang filsafat, masalah ini
dipersoalkan secara khusus di dalam ‘epistemologi’, yang berasal dari
bahasa yunani episteme, berarti pengetahuan dan bagaimana cara
mengetahuinya.
3. Pengertian Ilmu Pengetahuan
a. Pengertian Ilmu Secara Etimologi
Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris, “science”
atau bahasa latin “Scientia” yang mengandung kata kerja scire yang
berarti tahu atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial
dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa itu filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan


2. Apa yang membedakan filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan
3. Bagaimana cara membedakan filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan
4. Apa relevansi antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan
5. Bagaimana cara mengetahui relevansi antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu
pengetahuan
6. Mengapa filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan saling berhubungan

3
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 01
1.2 Kerangka Teori ...................................................................................... 02
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 03
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Filsafat ..................................................................................................... 05
2.2 Pengetahuan ........................................................................................... 07
2.3 Ilmu Pengetahuan .................................................................................. 10
2.4 Relevansi Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat .............................. 15
BAB 3 KESIMPULAN .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

4
Bab II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat
1. Arti Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa arab falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata
philosophia terdiri dari atas kata philen dan sophia. Philen yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam dalamnya. Seorang filsuf
adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.1.1

2. Arti Filsafat secara Terminologi


Dalam memahami apa sebenarnya filsafat, kita tidak cukup hanya mengetahui
asal usul dari arti istilah yang digunakan atau secara etimologi saja. Tetapi juga harus
memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman
mereka masing masing. Akan tetapi, perlu dikatakan setiap filsuf memiliki konsep dan
definisi sendiri sendiri yang berbeda dengan filsuf lainnya. Karena itu, ada yang
mengatakan bahwa jumlah konsep dan definisi filsafat.
Secara terminologis (istilah), terdapat banyak definisi tentang pengertian filsafat.
Beragamnya definisi filsafat menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk
memilih sudut pandang (point of view) dalam memikirkan filsafat. Bahkan, perbedaan
sudut pandang ini diusahakan untuk dapat saling melengkapi. Karena, setiap sudut
pandangan pasti memilki kekurangan atau kelemahan.1.2
a. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli.

_________________________________________
1
Suparlan Suhartono, Ph.D., Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,
2005)

5
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika.
Dari serangkaian definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah
proses berpikir secara radikal, sistematik dan universal terhadap segala yang ada dan
yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir secaar radikal
(mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis dan
tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, serta tidak
khusus dan tidak parsial).
Beberapa pengertian filsafat diatas dapat dipahami bahwa filsafat berhubungan
dengan kegiatan pemikiran atau berpikir yang dilakukan oleh manusia. Sasaran
pemikiran diarahkan pada segala sesuatu yang ada secara global atau universal.

3. Area Besar Filsafat


1. Filsafat India
Menurut Tagore filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa terdapat
kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos.4
Filsafat India dapat dipilahkan menjadi lima periode besar: Zaman Weda (2000-600
SM), Zaman Skeptisisme (200 SM-300 M), Zaman Puranis
(300-1200), Zaman Muslim (1200-1757), dan Zaman Modern yang terdiri dari
renaissance dari nilai-nilai India sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
2. Filsafat Cina
Tema pokok dari filsafat dan kebudayaan Cina itu “perikemanusiaan”.
Pemikiran Cina yang lebih antroposentris daripada filsafat India dan Barat. Filsafat Cina
juga lebih pragmatis : selalu diajarkan bagaimana manusia harus bertindak supaya
keseimbangan antara surge dan duna tercapai. Filsafat Cina dibagi atas empar periode:
Zaman Klasik (600-200 SM), Zaman Taoisme dan Budhisme (200-1000 SM), Zaman
Neo Konfusianisme (1000-1900), dan Zaman Modern (setelah 1900) yang berisi tentang
pengaruh filsafat Barat, renaissance dari filsafat klasik Cina, Marxisme, dan Maoisme.

6
3. Filsafat Barat
Dalam sejarah filsafat Barat dibedakan menjadi empat periode terdiri dari: (a)
Zaman Kuno (600-400 SM) dengan adanya filsud-filsuf terkenal di dalamnya: Socrates,
Plato, dan Aristoteles, (b) Zaman Patristik dan Skolastik (400-1500) terdiri dari
pemikiran Bapa Gereja; dan puncak filsafat abad pertengahan dalam Skolastik, (c)
Zaman Modern (1500-1800) terdiri dari renaissance, Zaman Barak, Zaman Fajarbudi,
dan Zaman Romantik, dan (d) Zaman sekarang (setelah 1800) yaitu filsafat abad
kesembilan belas dan dua puluh.
.
2.2 Pengetahuan
1. Arti Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila
seseorang mengenal tentang sesuatu. Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan
awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses.
Jadi menurut susunan perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan
menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan. sebagai salah satu bidang filsafat,
masalah ini dipersoalkan secara khusus di dalam ‘epistemologi’, yang berasal dari
bahasa yunani episteme, berarti pengetahuan dan bagaimana cara mengetahuinya.2.1
Adapun pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri
manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan
kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak dan kemauan.
Adapun unsur unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion).
Keingintahuan, pikiran dan perasaan berada dalam satu kesatuan tetapi saling terbuka
dalam mempengaruhi menurut situasi dan keadaannya. Konseskuensinya terdapat
pengetahuan akal (logika), pengetahuan perasaan (estetika), dan pengetahuan
pengalaman (etika). Idealnya, pengetahuan yang benar haruslah dapat diterima dengan
akal, sekaligus dapat diterima oleh perasaan dan layak dapat dikerjakan dalam praktik
tertentu.2.2

_________________________________________
2
Nurani Soyomuki, Pengantar Filsafat Umum (Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA, 2017)

7
Manusia dalam hal mendapatkan pengetahuan yang benar, tidak dengan secara
serta-merta. Hal ini justru disebabkan karena keterbatasan kemampuan manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, pengetahuan dapat diperoleh melalui proses yang kiranya dapat
diterangkan sebagai berikut.
Pada mulanya, manusia berada dalam kondisi tidak tahu apa-apa. Meskipun
pernyataan ini meragukan, tetapi marilah kita sepakati dulu. Ketika manusia itu masih
dalam keadaan bayi atau kanak-kanak, seolah hanya bisa percaya dan menerima apa
saja segala kesaksian orangtua sebagai kebenaran. Selanjutnya setelah potensi psikis
berkembang pada titik kesadaran tertentu, barulah manusia berada di dalam keadaan
kagum dan heran. Dengan perasaan kagum dan heran ini, manusia mulai meragukan
adanya sesuatu hal meskipun telah diakui secara umum sebagai kebenaran, apalagi jika
merupakan kesalahan. Jika sikap keraguan mulai ada sesuatu yang lebih dapat
dipercaya, muncullah sikap perkiraan. Jika perkiraan bisa lolos dari ujian, muncullah
pendapat. Selanjutnya, jika pendapat telah tercapai berulang kali, lahirlah kepastian.
Pada akhirnya kepastian menjadi sebuah keyakinan, jika secara mutlak telah teruji
kebenarannnya.
Dari proses terbentuknya pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa hakikat
pengetahuan berlapis-lapis mulai dari tingkat kepercayaan, keraguan sampai pada
tingkat kepastian dan keyakinan.
Persoalan yang bersangkutan dengan hakikat pengetahuan masih ada satu lagi,
yaitu mengenai masalah objek pengetahuan. Hal-hal apa saja yang harus diketahui? Apa
yang ingin diketahui adalah objek apa saja dalam wujud keberadaan yang
bagaimanapun jika disebutkan, objek pengetahuan itu bisa berupa benda-benda mati,
benda-benda hidup, manusia dan bahkan Tuhan Sang Pencipta sendiri. Dari sinilah
terlihat bahwa dorongan ingin tahu itu tidak terbatas pada apakah sesuatu hal (objek) itu
dapat diketahui secara pasti atau tidak.

2. Sumber Pengetahuan
1. Pengalaman Indera
Penginderaan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan.
Karena dalam hidup manusia, penginderaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap
segala objek yang ada di luar manusia.

8
2. Nalar
Nalar adalah salah satu corak berpikir untuk menggabungkan dua pemikiran atau
lebih dengan maksud untuk mendapatkan
pengetahuan baru dengan memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu: (a)
principium identitas, (b) principium contradictionis, (c) principiumtertii exclusi, dan (d)
principium kompromi.
3. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena kelompoknya
mempunyai pengetahuan. Karena seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam
pengetahuan. Jadi kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan karena adanya otoritas
terjadi melalui wibawa seseorang. Sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi
Intuisi merupakan kemampuan yang ada dalam diri manusia (proses kejiwaan)
untuk menangkap sesuatu atau membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan
intuitif tidak dapat dibuktikan seketika atau lewat kenyataan karena tidak ada
pengetahuan yang mendahuluinya. Lawan dari pengetahuan intuitif adalah pengetahuan
diskursif. Pengetahuan ini tidak diperoleh secara langsung, tetapi tergantung pada
banyak aspek lain.
5. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang diperoleh dari yang ilahi lewat para nabi dan
utusan-Nya demi kepentingan umat-Nya. Dasar pengetahuan adalah kepercayaan akan
sesuatu yang disampaikan oleh sumber wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini,
muncullah apa yang disebut keyakinan.
6. Keyakinan
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan
keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan. Adapun keyakinan melalui kemampuan
kejiwaan manusia merupakan pematangan dari kepercayaan.

9
2.3 Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian Ilmu Secara Etimologi

Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris, “science” atau bahasa
latin “Scientia” yang mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan
sebagainya.

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Menurut Para Ahli

Selain pengertian ilmu secara umum sebagaimana yang telah dijelaskan


sebelumnya, masih banyak lagi pendapat dan pandangan para ahli yang berbeda beda
dalam mendefinisikan apa itu ilmu pengetahuan. Untuk lebih jelasnya, simak berikut ini
pengertian ilmu menurut para ahli dan pakar secara lengkap,

1. Mohammad Hatta
Definisi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan
hokum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik
dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya.

2. Dadang Ahmad S
Ilmu pengetahuan menurut Dadang Ahmad S, adalah suatu proses pembentukan
pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan
alam itu sendiri.

3. Mappadjantji Amien
Pengertian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber
dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma, objek pengamatan, metode, dan
media komunikasi membentuk sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta
untuk memanfaatkannya dan menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna
mengenal Allah.

10
4. Syahruddin Kasim
Pengertian ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolisme ragawi sebagai
hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi fenomena fitrawimelalui
dimensi hati, akal, nafsu yang rasional empirik dan hakiki dalam menjelaskan hasanah
alam semesta demi untuk menyempurnakan tanggung jawab kekhalifaan.

5. Helmy A. Kotto
Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus
sampai menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.

3. Jenis Ilmu Pengetahuan

Dilihat dari sudut jenisnya, ilmu pengetahuan menurut Fuad Ikhsan (2010)
mengungkapkan ada empat macam:
Pertama, pengetahuan wahyu (revaled knowledge). Manusia memperoleh pengetahuan
dan kebenaran atas dasr wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Tuhan telah
memberikan pengetahuan dan kebenaran kepada manusia pilihannya, yang dapat
dijadikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya. Wahyu merupakan firman
Tuhan. Kebenarannya mutlak dan abadi. Pengetahuan wahyu dapat juga bersifat
eskternal, artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
Kedua, pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). Pengetahuan intuitif diperoleh
manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghayati sesuatu. Pengetahuan
intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia. mengenai proses ini sebagai
hasil penghayatan pribadi, sebagai hasil eskpresi dari keunikan dan individualism
seseorang, sehingga validas pengetahuan ini bersifat sangat pribadi. Pengetahuan intuitif
disusun dan menerima dengan kekuatan visi imajinatif dalam pengalaman pribadi
seseorang. Kebenaran yang imajinatif dalam pengalaman pribadi seseorang. Kebenaran
yang muncul atau tampak dalam karya seni merupakan bentuk pengetahuan intuitif,
seperti karya penulis besar Shakespear, Muhammad Iqbal, al-Ghazali, dan yang lainnya
yang berbicara tentang kebenaran nurani manusia merupakan hasil kerja intuisi.
Ketiga, kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan, atau
eksperimen, karena intuitif tidak hipotesis. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi, dan

11
karya esai merupakan refleksi dari pengetahuan intuitif. Dalam pengertian secara
umum, intuisi merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan tidak berdasarkan
penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indra. Dalam filsafat ada paham yang
disebut intuionalisme. Intuisionalisme merupakan paham yang menganggap bahwa
dengan intuisi manusia bisa memperoleh kebenaran yang hakiki. Kaum intuisionis
berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan khusus, yaitu cara khusus untuk
mengetahui yang tidak terikat pada indra maupun penalaran intelektual.
Pengetahuan yang diperoleh secara intuisi bukan pengetahuan yang berasa dari kita
yang bersifat dangkal, melainkan berasal dari dalam diri kita sendiri. Menurut kaum
intusionis, dengan intuisi kita bisa mengetahui diri kita sendiri, mengetahui dan
memahami hakikat yang sebenarnya tentang waktu, gerak dan aspek-aspek fundamental
di alam jagad raya (alam semesta) ini. Dengan intuisi kita dapat menangkap kenyataan
yang konkret. Pengetahuan intuitif sulit dikembangkan, karena validitasnya sangat
pribadi dan memiliki watak yang tidak komutatif, khusus untuk diri sendiri, subjektif,
tidak terlukiskan, sehingga sulit untuk mengetahui seseorang memilikinya atau tidak.
Keempat, pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rasional merupakan
pengetahuanyang diperoleh dari latihan rasio/akal semataa, tidak disertai dengan
observasi terhadap peristiwa-peristiwa factual. Prinsip logika formal dan matematika
murni merupakan paragdigma pengetahuan rasional, yang kebenarannya dapat
ditunjukkan dengan pemikiran abstrak. Prinsip rasional dapat diterapkan pada
pengalaman indra., tetapi tidak disimpulkan dari pengalaman indra.
Rasionalisme yaitu aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh
pengetahuan dan kebenaran. Rasionalisme berpandangan bahwa akal merupakan faktor
fundamental dalam pengetahuan. Akal manusia memiliki kemampuan untuk
mengetahui kebenaran alam semesta, yang tidak mungkindapat diketahui melalui
observasi. Menurut rasionalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji kebenaran
huku “sebab-akibat”, karena peristiwa yang tidak terhingga dalam kejadian ala mini
tidak mungkin diobservasi.

12
4. Obyek Material dan Obyek Formal Ilmu Pengetahuan

Permasalahan merupakan obyek dari ilmu pengetahuan. Permasalahan apa yang


coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang disebut obyek. Dalam
arti lain, obyek dimaknai sebagai sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek. Obyek dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu: Obyek material dan obyek formal.
Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu penyelidikan,
pemikiran atau penelitian ilmu. Sedangkan menurut Surajiyo dkk. obyek material
dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot
oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun
yang abstrak, yang materilmaupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal,
masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek material dari
sosiologi adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas yang
menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir merupakan obyek
material logika.
Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok
persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:
 Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan
faktual. Misalnya: penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika; penyelidikan
tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau bio-kimia dan
sebagainya.
 Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan.
Misalnya: anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi
mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu
tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga
dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-
corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut.
Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam
aspeknya yang dinamis.

13
Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut
segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal
diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu disorot.
Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang
sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi
tertentu. Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah ditentukan.
Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau
dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari
manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya.

5. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan


Selain itu, setiap ilmu dapat memecahkan masalah untuk mencapai kebenaran kendati
itu bukan kebenaran akhir, melainkan jawaban yang selalu terbuka untuk di tes oleh
orang lain.
The Liang Gie mengungkapkan lima ciri ilmu pnegetahuan yaitu :
1. Empiris, pengetahuan di peroleh berdasarkan pengalaman, pengamatan dan
percobaan.
2. Sistematis, pengetahuan harus memiliki ketergantungan dan teratur.
3. Obyektif, ilmu bersifat apa adanya.
4. Analitis, pengetahuan ilmiah selalu berusaha membeda-bedakan secara jelas.
5. Verifikatif, pengetahuan ilmiah dapat di periksa kebenarannya.
Selain itu A.G.M van Melsen, mengemukakan delapan ciri ilmu pengetahuan antara
lain:
1. Secara metodis ilmu pengetahuan harus mencapai suatu pemahaman atau keseluruhan
yang kohern.
2. Ilmu harus hadir tanpa pamrih karena ini berkaitan erat dengan tanggung jawab
ilmuwan.
3. Ilmu pengetahuan bersifat universal.
4. Objektivitas.

14
5. Ilmu harus dapat di verifikasi oleh semua peneliti ilmiah dalam kaitan dengan ilmu
bersangkutan oleh karena itu ilmu harus bersifat intersubyektif dan dapat di
komunikasikan.
6. Sikap maju (progresivitas)
7. Kritis yang berarti setiap teori selalu terbuka kemungkinan untuk di kritik
berdasarkan penemuan-penemuan baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat di gunakan sebagai perwujudan hubungan timbal balik
antara teori dengan praktik.

2.4 Relevansi antara filsafat dengan ilmu pengetahuan

Filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berbeda tetapi dua hal ini
tetap saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Baik filsafat dan pengetahuan
bisa menjadi kegiatan manusia. Untuk memahami antara keduanya kita bisa melihat dari
proses dan hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil dari
kegiatan berpikir secara sadar. Sedangkan, dilihat dari prosesnya, keduanya
menunjukkan suatu kegiatan yang betusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan manusia, dengan menggunakan metode atau prosedur tertentu secara
sistematis dan kritis.
Tetapi, perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan juga tampak jelas ketika
berhadapan untuk melihat masalah-masalah kenyataan yang bersifat praktis. Ilmu
pengetahuan bersifat informasional dan analitis untuk bidang-bidang tertentu, tetapi
filsafat tidak sekedar memberikan informasi, tetapi memberikan pandangan menyeluruh
di mana informasi dari kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan
dengan pengetahuan lainnya.
Jadi, bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah turunan dari filsafat.
Filsafat disebut sebagai ibu dari ilmu pengetahuan karena memang sebelum ilmu
pengetahuan itu muncul maka filsafatlah yang mendasari ilmu pengetahuan itu.
Jadi, ilmu berkaitan dengan lapangan yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba
menghubungkan diri dengan berbagai pengalaman manusia untuk memperolah suatu
pandangan yang lebih utuh dan lengkap.

15
BAB 3 KESIMPULAN

Seperti yang sudah tertera tadi bisa dilihat bahwa filsafat, pengetahuan, dan ilmu
pengetahuan meskipun memiliki arti dan kegunaannya sendiri-sendiri tetapi masih
memiliki hubungan yang saling terlihat. Filsafat yang diartikan secara etimologi berasal
dari kata cinta dan kebijaksanaan yang jika digabungkan akan memiliki arti yang dalam
yaitu pencari kebijaksanaan. Pencari kebijaksanaan yang dimaksud disini adalah bahwa
setiap manusia pasti berpikir filsafat, karena berpikir filsafat adalah berpikir yang kritis
akan sebuah peristiwa atau keadaan disekitar atau keadaan yang berpengaruh sampai
sekarang seperti berpikir mengapa manusia diciptakan dan apakah manusia adalah
tujuan dari adanya alam semesta ini atau karena hal lainnya. Filsafat dengan makna
yang dalam itu sudah berarti bahwa setiap manusia pasti berpikir filsafat tetapi kita saja
yang tidak menyadarinya bahwa kita sedang berpikir filsafat. Ilmu pengetahuan seperti
yang dijelaskan tadi hampir sama dengan filsafat tetapi yang membedakan disini adalah
tentang kebenarannya. Kebenaran dari sebuah ilmu pengetahuan hanya sebatas
kebenaran tunggal atau satu dimensi saja sedangkan filsafat memerhatikan seluruh
aspek yang masih berhubungan dengan obyek kebenaran itu sendiri. Meski arti dari
ilmu pengetahuan dan filsafat berbeda, tetapi dari arti itu bisa dilihat bahwa filsafat
memang adalah ibu dari segala ilmu pengetahuan. Ibarat kata filsafat adalah ilmu yang
mempelajari generalisasi dari semua bidang seperti agama, politik, ekonomi, sosoial
budaya, dan lain lain. Ilmu pengetahuan kemudian ada sebagai pemisah atau
mengkhususkan generalisasi-generalisasi yang masih bersifat umum itu supaya bisa
dibedakan dan lebih mudah dipelajari untuk generasinya maupun generasi selanjutnya.
Dan harapan dari adanya filsafat dan ilmu pengetahuan ini adalah supaya manusia tetap
terus mencari kebenaran-kebenaran yang ada di dunia karena tidak semua yang sudah
diajarkan berarti itu adalah hal yang benar seperti teori-teori jama dulu yang sekarang
sudah menghilang karena munculnya teori baru yang lebih benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

1
Suhartono Suparlan, Ph.D., 2005, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA
2
Soyomuki, Nurani, 2017, Pengantar Filsafat Umum , Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi Ke Arah Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group
Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

17

Anda mungkin juga menyukai