Oleh
dr. Arini Pramodavardhani Puteri
Pembimbing
dr. Hj Asri Dwina Prihatni, MM
dr. Solikah Sriningsih, MMR
Pada hari ini tanggal 2 April 2018 telah di presentasikan potofolio oleh :
NamaPeserta : dr. Arini Pramodavardhani Puteri
Dengan Judul/Topik : Dengue Haemorrhagic Fever
NamaPendamping : dr. Hj. Asri Dwina Prihatni,MM
dr. Solikah Sriningsih, MMR
NamaWahana : RS Risa Sentra Medika, Mataram,NTB
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya,
Mengetahui,
Pendamping 1 Pendamping 2
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
LAPORAN KASUS
4
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
Dengue Haemorrhagic Fever
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien sudah pergi ke dokter spesialis anak dan cek laboratorium dan
disarankan untuk rawat inap
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Panas sejak 2 hari yang lalu, panas naik turun, panas terutama tinggi
menjelang malam. Panas turun bila diberi obat penurun panas, namun panas
tinggi lagi. Keluhan disertai muncul bintik-bintik merah di lengan kanan dan
kiri sejak 1 hari yang lalu. Mimisan (-), BAB hitam (-), gusi berdarah (-),
muntah (+) 7x sejak 2 hari yang lalu, isi makanan yang di makan. Nafsu
makan dan menurun, diare (-), batuk pilek sejak 3 hari yll tapi sudah
berkurang.
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti yag
dialami pasien.
5. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan :
Pasien suka bermain bersama teman-teman di dekat rumah yang banyak
semak-semak dan saluran air (got)
5
1. Subjektif
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 26 Januari 2018 di
UGD RS Risa Sentra Medika.
6
Riwayat Makanan
Pasien sejak lahir minum ASI sampai usia 3 bulan dan terkadang di selingi
susu formula. Saat ini pasien makan 3x sehari, terkadang lebih, dengan lauk
yang bevariasi. Ibu pasien sendiri yang memasak makanan di rumah.
Riwayat Imunisasi
Menurut orang tua pasien, imunisasi anaknya lengkap sampai usia 9 bulan di
dokter spesialis anak.
2. Objektif
Pada Pediatric Assessment Triangle didapatkan :
Airway & Appearance
- Tone : gerakan ekstremitas baik
- Interactiveness :anak dapat berinteraksi baik dengan pemeriksa
- Consolability : anak tampak tenang
- Look / gaze : baik
- Speech / cry : anak dapat berbicara dengan lancar
Work of Breathing
- Tidak ada suara pernapasan abnormal (stridor, merintih)
- Tidak ada posisi pasien yang abnormal (head bobbing, tripoding)
- Retraksi supraklavikula (-), interkosta (-), substernal (-).
- Pernapasan cuping hidung (-)
7
Circulation to Skin
- Pucat (-)
- Mottling (-)
- Sianosis (-)
8
Thoraks
Paru : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Jantung : BJ I- II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : datar, dilatasi vena (-).
A : Bising usus (+) meningkat.
P : Timpani
P : Supel, nyeri tekan epigastrium (+). Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas : Akral dingin (-), CRT < 2 detik
Kulit : Petekie (+) antebrachii dextra sinistra, sianosis (-)
9
lengan kanan dan kiri. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukopenia
dengan leukosit 3.300, trombositopenia yaitu 113.000, hematocrit 29,7% dan
titer NS1Ag Positif.
4. Plan
Diagnosis : Dengue Haemorrhagic Fever grade I
Tatalaksana
1. Non Farmakologi:
Terapi gizi diet lunak, pedas (-) (E : 1050 kkal, KH : 145 gram, P : 20
gram, L : 40 gram
Edukasi : pola fase penyembuhan penyakit, efek samping pengobatan,
motivasi kepada pasien dan orangtua
2. Farmakologi:
Inf. RL drip Norages 10 ml k/p panas 15-20 tpm
Inj. Ranitidine 2x ½ ampul
Inj. Dexametason 2x ½ ampul
Inj. Taxegram 3x500 mg
PO: Psidii 3x cth 1
5. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
10
BAB 1
PENDAHULUAN
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Susilaningrum dkk, 2013). Dengue
hemoragic fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh karena
virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam
Berdarah (DBD) (Hidayat, 2008). Demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit infeksi virus yang menimbulkan demam akut disertai
dengan manifestasi perdarahan yang bertendensi menimbulkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Suhendro, 2007).
Demam dengue / DHF dan demam berdarah dengue / DBD ( Dengue
hemoragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / atau nyeri sendi
yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragic (Suhendro dkk, 2007)
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada
penderita dengue haemoragic fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) (sumarmo dkk , 2008). Dari beberapa pendapat pengertian diatas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa dengue haemoragic fever adalah suatu
penyakit yang disebabkan virus dengue golongan arbovirus yang ditularkan oleh
gigitan nyamuk aedes aegypti dan dapat mengakibatkan kematian.
2.2 Epidemiologi
1. Prevalensi tinggi pada musim hujan
2. 150,000 kasus pada tahun 2007 dimana > 25,000 di Jakarta dan Jawa Barat
3. Lebih banyak terjadi di daerah tropik dan subtropik, dan lebih tinggi di
daerah urban serta semi urban.
12
2.3 Etiologi
Penyebab dengue hemorhagic fever (DHF) dinamakan virus dengue
tipe 1, tipe 2, tipe 3,tipe 4. Vektor dari DHF adalah Aedes aegypti, aedes
albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes polynesis,
aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae (Widagdo, 2012).
Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat 4 tipe yaitu tipe1,
tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus Chikungunyam Onyong-
nyong dari genus Togavirus dan West Nile Fever dari genus Flavivirus,
yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirip DB (Widagdo,
2011).
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi virus dengue
o Undifferentiated fever
o Dengue fever
o Dengue haemorrhagic fever
o Dengue Shock syndrome
Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan
13
2.5 Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi
viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas
disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh
tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit.
Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa (Sudarmo, 2008).
Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari
sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi
hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga
menyebabkan reaksi antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan
anaphylaxia.Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang
berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin (Sudarmo,
2008).
Plasma bocor sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan
plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3
dan ke-7 (Sudarmo, 2008).
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan
pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit
< 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti
petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat
pada traktus gastrointestinal (Sudarmo, 2008).
14
2.6 Manifestasi Klinis
Terdapat 3 fase
Fase febrile
o Demam akut 2-7 hari
o Wajah memerah, eritema kulit, mialgia, sakit kepala
o Nafsu makan menurun, mual dan muntah
o Leukosit meningkat
Fase kritis
o Peningkatan permeabilitas pembuluh darah → hematokrit
meningkat
o Leukopeni, trombositopenia
o Bisa terjadi syok
o Biasa terjadi selama 24-48 jam
Fase pemulihan
o Terjadi selama 48 -72 jam
o Keadaan umum membaik, nafsu makan meningkat
15
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit
dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur.
16
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
d. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
i. Peningkatan hematokrit ≥ 20%
ii. Trombositopenia (<100,000 cell/mm3)
iii. Leukopenia
b. Peningkatan AST dan ALT dimana biasanya AST : ALT >2
17
2.8 Diagnosis Banding
18
2.9 Kriteria Rawat Inap
19
2.11 Penatalaksanaan
2.12 Komplikasi
Syok menyebabkan asidosis metabolik dan perdarahan sehingga
menyebabkan DIC dan kegagalan organ
Terapi cairan pengganti secara berlebihan pada kebocoran plasma
menyebabkan terjadinya gangguan respirasi, kongesti pulmoner akut
dan atau gagal jantung.
Terapi cairan pengganti terus menerus setelah kebocoran plasma
menyebabkan terjadinya edema paru akut
Encephalopathy
2.13 Pencegahan
Kuras dan bersihkan air di penampungan
Menggunakan anti nyamuk
Usahakan selalu berada di tempay yang bersirkulasi baik
20
Jangan ke daerah endemik
Menurut Prasetyono, D.S (2013) pencegahan yang dilakukan dengan
cara menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampe sore, karena
nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hindari
pula lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di
daerah yang ada penderita DBD-nya. Berikut beberapa cara paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) di tempat
air kolam
3. Pengasapan (fogging) dengan menggunakan malathion dan fenthion.
4. Memberikan bubuk abate (themophos) pada tempat-tempat
penampungan air, seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-
lain.
2.14 Prognosis
Kematian akibat demam berdarah dengue cukup tinggi
21
BAB 3
PEMBAHASAAN KASUS
Pada laporan kasus ini, seorang anak perempuan, usia 3 tahun, didiagnosa sebagai
Dengue Haemorhagic Fever. Selanjutnya akan dibahas :
22
Kriteria Diagnosis Demam Berdarah Dengue
1. Klinis
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o uji bendung positif
o petekie, ekimosis, purpura
o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o hematemesis dan atau melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien
tampak gelisah.
2. Laboratorium
Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,
dengan manifestasi sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
o Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD.
Pasien ini berasal dari daerah endemis dengue, sehingga perlu dicurigai
adanya infeksi virus dengue. Dari gejala klinis pasien panas tiba-tiba tinggi yang
naik turun 2 hari, badan lemas, muntah 7x dan dari pemeriksaan fisik didapatkan
ptekie di antebrachii dextra dan sinistra. Dari pemeriksaan penunjang di dapatkan
peningkatan nilai hematocrit, trombositopenia dan leukopenia serta NS1 positif.
23
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang kasus
ini lebih mengarah pada diagnosis infeksi virus dengue yakni: Dengue
Haemorrhagic Fever grade II. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan Guidelines
for prevention, and control dengue and Dengue haemorrhagic fever WHO tahun
2011.
24
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap
6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Pada pasien ini diberikan terapi non farmakologi berupa terapi gizi diet lunak,
pedas (-) (E : 1050 kkal, KH : 145 gram, P : 20 gram, L : 40 gram untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Kemudian untuk terapi farmakologi diberikan cairan parenteral infus isotonic
berupa RL 15-20 tetes permenit untuk mencegah timbulnya dehidrasi. Untuk
menurunkan demam cairan infus di drip dengan norages yang merupakan
analgesic dan antipiretik diberikan bila demam kembali muncul. Pasien juga
diberikan vitamin psidii yang berisi ekstrak jambu biji guna menaikkan trombosit.
25
BAB 4
KESIMPULAN
1. Penegakan diagnosis dengue haemoragic fever grade II pada An. MR, 3 tahun
sudah tepat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2010. Data Kasus DBD Per Bulan Di Indonesia
Tahun 2010, 2009 Dan Tahun 2008. Diunduh dari
http://www.penyakitmenular.infouserfilesdata-20kasus-20DBD209-
27April2018.pdf
Djunaedi, D. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Malang : Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarat:
Salemba Medika
Prasetyono. D.S. 2013. Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakti. Jogjakarta:
Flashbooks
Soedarmo, et. Al. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
Soemarmo. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Penerbit
IDAI.
Subandrio, A. 2014. Perkembangan Pemeriksaan Serologi untuk Konfirmasi
Infeksi Dengue di Bagian Mikrobiologi FK UI, dalam B. Haryanto et,
al, (ed) : Berbagai Aspek Demam Berdarah Dengue dan
Penanggulangannya, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian UI.
Suhendro, et al. 2007. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Susilaningrum Rekawati, Nursalam & Utami Sri. 2013. Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak: untuk Perawat dan Bidan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
WHO. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.
Jakarta: CV Sagung Seto
27
LAMPIRAN
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
28