Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisis


Secara etimologi kata analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “Penguraian atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri,
serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan.”
Sedangkan menurut Harahap (2004: 189) pengertian Analisis adalah
“Memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit menjadi berbagai unit
terkecil.”
Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa analisis adalah penguraian dan
penelaahan bagian/suatu unit beserta hubungannya untuk memecahkan unit tersebut
menjadi unit terkecil dan memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan.
Maka, analisis jika dikaitkan dengan judul adalah penguraian bagian dalam
laporan arus kas untuk memperoleh pengertian yang tepat dan memahami laporan
arus kas dalam bentuk rasio secara tepat untuk membandingkan kinerja perusahaan.

2.2 Laporan Keuangan


Menurut Hanafi (2003: 5), analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan
yang paling mudah dalam analisis keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio
keuangan suatu perusahaan. Bahkan dengan tersedianya program-program komputer,
seperti spreadsheet atau program-program akuntansi, atau program-programn yang
khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan rasio-rasio keuangan
menjadi hal yang mudah dilakukan, dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis
bukan melakukan perhitungan semacam itu, melainkan melakukan analisis dan
menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang muncul.
Analisis semacam itu mengharuskan seorang analis untuk melakukan
beberapa hal:
1) Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis.
2) Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan-laporan
keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan
tersebut.
3) Memahami kondisi perkonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang
berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan.

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan


Menurut Harahap (2004: 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu.
Menurut Sumadji, Pratama dan Rosita (2006: 306) pengertian laporan
keuangan adalah : “Catatan tertulis status keuangan dari individu, asosiasi, atau
organisasi bisnis. Dalam laporan keuangan termasuk neraca dan laporan laba-rugi
atau laporan operasional. Di dalamnya juga termasuk aliran kas, laporan dari
perubahan dalam laba yang ditahan analisa lainnya.”
Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menggambarkan kondisi
keuangan suatu badan usaha atau organisasi yang menggambarkan kegiatan
operasional badan usaha atau organisasi untuk berkomunikasi dengan para
pemakainya.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Berikut ini tujuan-tujuan laporan keuangan yang semuanya bersifat umum,
berkaitan dengan pemakai eksternal yang bermacam-macam jenisnya bukan pemakai
internal yang spesifik seperti manajemen, menurut Hanafi (2003: 30) :
1. Informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan
Tujuan yang paling umum adalah bahwa pelaporan keuangan harus
memberikan informasi yang bermanfat bagi investor, kreditor, dan pemakai
lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang), untuk pembuatan
keputusan investasi, kredit, dan investasi semacam lainnya. Dari tujuan yang
paling umum diatas, kemudian tujuan berikutnya yang lebih spesifik. Tujuan
tersebut berkaitan dengan perkiraan penerimaan kas untuk pemakai eksternal.
2. Informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas untuk
pemakai eksternal
Tujuan kedua yaitu laporan keuangan harus memberikan informasi yang
bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu dan
ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas yang berkaitan. Tujuan ini
penting, karena investor atau pemakai eksternal mengeluarkan kas untuk
memperoleh aliran kas masuk. Pemakai eksternal harus yakin bahwa ia akan
memperoleh aliran kas masuk yang lebih dari aliran kas keluar. Pemakai
eksternal harus memperoleh aliran kas masuk bukan hanya yang bisa
mengembalikan aliran kas keluar (return on investment), tetapi juga aliran kas
masuk yang bisa mengembailkan return yang sesuai dengan risiko yang
ditanggungnya. Laporan keuangan diperlukan untuk membantu menganalisis
jumlah dan saat/waktu penerimaan kas (yaitu dividen, bunga) dan juga
memperkirakan resiko yang berkaitan.
3. Informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas
perusahaan
Penerimaan kas pihak eksternal akan ditentukan oleh aliran kas masuk
perusahaan. Perusahaan yang kesulitan kas akan mengalami kesulitan untuk
memberi kas ke pihak eksternal,dan dengan demikian penerimaan kas pihak
eksternal akan terpengaruh.

According to Kieso, Weygandt dan Warfield (2007: 4) be of a certain


opinion that financial reporting should provide :
1. Is useful to present and potential investors and creditors and other users in
making rational investment, credit, and similiar decisions. The
informastion should be comprehensible to those who have a reasonable
understanding of business and economic activities and are willing to study
information with reasonable diligence.
2. Helps present and potential investors, creditors, and other users assess the
amounts, timing, and uncertainty of prospective cash receipts from
dividends or interest and the proceeds from the sale, redemption, or maturity
on securities loans. Since investors and creditors cash flows are related to
enterprise cash flows, financial reporting should provide information to help
investors, creditors, and other assess the amounts, timing, and uncertainty of
prospective net cash inflows to the related enterprise.
3. Clearly portrays the economic resources of an enterprise, the claims to
those resources (obligations of the enterprise to transfer resources to other
entities and owners equity), and the effects of transactions, events, and
circumstances that change its resources and claims to those resources.

Menurut Darsono dan Ashari (2005: 12) tujuan laporan keuangan adalah
untuk menyajikan informasi yang menyangkut:
1. Posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, yaitu keadaan pada tanggal
tertentu mengenai kekayaan dan sumber kekayaan perusahaan.
2. Kinerja perusahaan selama periode tertentu, yaitu besarnya aktivitas dan biaya
untuk menjalankan aktivitas serta hasil (laba/rugi) dari aktivitas selama
periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Bahkan dengan analisis yang
lebih tajam, dapat dilihat kemungkinan ketidakefisienan dan permasalahan
dalam fungsi tertentu.
3. Perubahan posisi keuangan selama periode tertentu, yaitu perubahan kekayaan
dan sumber kekayaan selam periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
4. Perputaran kas selama periode tertentu, yaitu menyangkut aliran kas masuk
dan keluar perusahaan selama periode tertentu. Perlu diingat bahwa setiap
aktivitas belum tentu menghasilkan kas/uang sebab bisa jadi perusahaan
menjual dengan cara kredit (tidak tunai), sehingga terjadi perbedaan waktu
antara aktivitas dengan kas masuk.

2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan


Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan keuangan tentu
membutuhkan informasi keuangan, sebagai dasar pengambilan keputusan. Pemakai
laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005: 11) meliputi :
1. Investor atau Pemilik
Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada
perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah
perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Di samping itu untuk
menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon
pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai
kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.
2. Pemberi Pinjaman (kreditor)
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan
memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga
pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah
apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak.
3. Pemasok atau kreditor usaha lainnya
Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya
penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan
membayar pada saat jatuh tempo.
4. Pelanggan
Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang
dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan
perusahaan yang akan melakukan kerja sama.
5. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai
kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya.
Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan
hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.
6. Pemerintah
Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan
dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak,
pungutan, serta bantuan.
7. Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta informasi
trend dan kemakmuran
.
2.2.4 Komponen Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 15) Laporan keuangan (financial
statement) merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi perusahaan yang
diungkapkan dalam bentuk mata uang (Rupiah). Selain sebagai alat
pertanggungjawaban, laporan keuangan harus dapat dijadikan bahan untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Fungsi inilah yang sangat diperlukan
pemegang saham dan kreditor.
Sedangkan Sastradipraja (2007: 1) komponen laporan keuangan adalah
”Laporan keuangan terdiri dari balance sheet, income statement, statement of
cash flow, statement of shareholder’s equity dan notes to financial statement.”

Komponen laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Neraca
Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal
tertentu, umumnya pada akhir tahun pada saat penutupan buku. Neraca ini
memuat aktiva, utang, dan modal sendiri.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang
atau jasa dan beban-beban yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut.
Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih
sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu (umumnya satu
tahun). Unsur laporan laba rugi yaitu:
a. Penghasilan Utama (Sales)
Penghasilan utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau
perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli,
langganan, penyewa, dan pemakai jasa lainnya.
b. Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
Bagi perusahaan dagang, harga pokok penjualan adalah harga pokok barang
dagangan yang dibeli yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode
akuntansi. Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi beban-
beban bahan dasar, tenaga kerja, dan ongkos pabrik tidak langsung yang
telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil
dijual dalam suatu periode akuntansi.
c. Biaya Usaha (Operating Expenses)
Biaya usaha timbul sehubungan dengan penjualan atau pemasaran barang
atau jasa dan penyelenggaraan fungsi administrasi dan umum dari
perusahaan yanf bersangkutan. Biaya usaha ini umumnya dipisahkan
menjadi dua bagian, yakni biaya penjualan atau pemasaran (selling
expenses) serta biaya umum dan administrasi (general and administrative
expenses). Biaya penjualan mencakup biaya-biaya yang langsung
berhubungan dengan penjualan dan pengiriman barang dagangan. Biaya
umum dan administrasi meliputi biaya-biaya pengawasan umum dan
penyelenggaraan administrasi kantor, pemeliharaan catatan akuntansi, dan
lain-lain.
d. Penghasilan dan Biaya Luar Usaha (Other Income and Expense)
Penghasilan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha pokok perusahaan. Penghasilan lain misalnya
penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, penghasilan
komisi, dan lain-lain.
e. Pos-pos Insidentil (Extraordinary items)
Pos-pos insidentil adalah laba atau rugi dari transaksi-transaksi yang jarang
dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya laba atau rugi dari
penjualan surat-surat berharga dan aktiva lain selain barang dagangan,
koreksi atas laba yang diperoleh periode sebelumnya, pajak atas laba
insidentil.
3. Laporan Arus Kas
Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode
tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menjelaskan perubahan modal, saldo laba,
agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik
yang melekat pada perusahaan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan
ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan:
a. Laba atau rugi bersih periode bersangkutan
b. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi
c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
d. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi
yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana
penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan
dalam lampiran.

2.2.5 Keterbatasan Laporan Keuangan


Menurut Darsono dan Ashari (2004: 25) laporan keuangan menggambarkan
kondisi secara umum dari perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan sebagai
jendela untuk mengetahui isi rumah. Tidak terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan-
keterbatasannya adalah sebagai berikut :
1. Penyajiannya dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci
sekali. Kalau sangat rinci, laporan keuangan akan setebal bantal.
2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya
kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada ketertiban
administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi
menggunakan komputerisasi.
3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan),
sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian.
4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi,
sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan
mudah karena menggunakan bahasa bisnis.
5. Laporan keuangan mengikuti standar (SAK) yang mungkin terjadi perubahan
aturan setiap tahun. Perlu diingat bahwa Ikatan Akuntan Indonesia terus
melakukan penyempurnaan SAK untuk mencapai harmonisasi dengan standar
akuntansi internasional. Tujuannya agar lebih berkualitas dan dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan sejenis pada berbagai
negara.

Namun demikian, manfaatnya sangat besar dibandingkan keterbatasannya,


karena kita dapat melihat gambaran secara umum perusahaan dari satu set laporan
tersebut. Tanpa melihat fisik perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat
memperkirakan bagaimana besarnya dan efisiensi perusahaan. Karena adanya
keterbatasan tersebut, dalam membaca laporan keuangan perlu berhati-hati dan perlu
dilengkapi dengan informasi lain.
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi yang
bersifat umum, sehingga tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pemakai laporan
keuangan. Selain itu, Jumingan (2008: 10) mengungkapkan adanya keterbatasan
laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim report),
bukan merupakan laporan final, karena laba-rugi riil (laba-rugi final) hanya
dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidasi. Karena alasan
tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk periode waktu tertentu. Waktu
satu tahun umumnya dianggap sebagai periode akuntansi baku. Alokasi
revenue dan cost sepanjang periode tertentu dipengaruhi pula adanya
pertimbangan pribadi.
2. Laporan keuangan ditunjukan dalam jumlah rupiah yang tampaknya pasti.
Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar
lain (karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan). Apalagi bila
dibandingkan dengan laporan keuangan seandainya perusahaan itu dilikuidasi,
jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda. Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga
historisnya, jumlahnya kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.
Jumlah bersihnya tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap.
3. Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan dari
waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu mungkin nilai rupiah sudah
menurun.
4. Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai
keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua faktor
yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak semua
faktor dapat diukur dalam satuan uang. Faktor tersebut misalnya kemampuan
dalam menemukan penjual dam mencari pembeli, nama baik dan prestise
perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada perusahaan,
efisiensi, loyalitas, dan integritas dari pimpinan dan karyawan, kualitas barang
yang dihasilkan, kondisi pesaing-pesaingnya, keadaan perekonomian pada
umumnya, dan sebagainya.

2.3 Analisis Laporan Keuangan


Menurut Hanafi (2003: 70) beberapa hal perlu diperhatikan dalam analisis
laporan keuangan yaitu :
1. Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu
dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan lima atau enam tahun
barangkali bisa digunakan untuk melihat trend tertentu.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai
sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri ini barangkali bukan
merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misal karena
perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan
perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk
perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah
dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi
leader dalam industri.
3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan
dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang
melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi
rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus
dimasukkan dalam analisisi.
4. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua
informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis laporan keuangan.
Kadangkala informasi tambahan diluar laporan keuangan diperlukan.
Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang lebih tajam lagi. Sebagai
contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai dengan analisis
perkembangan market share akan memberi pandangan baru kenapa penjualan
bisa menurun.

2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Menurut Sastradipraja (2007: 3) menyatakan bahwa :
”Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penguraian laporan
keuangan ke dalam komponen laporan keuangan dan penelaahan
masing-masing komponen laporan keuangan tersebut serta hubungan
antar komponen, dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang ada
agar diperoleh pengertian yang tepat dan gambaran yang komprehensif
tentang laporan keuangan tersebut.”

Sedangakan dalam buku Stice, Stice dan Skousen (2005: 1262) berpendapat
bahwa:
”Financial statement analysis is the examination of both the relationships
among financial statement numbers and the trends in those numbers over
time.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan adalah suatu metode yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan
dengan mempelajari hubungan angka-angka dalam laporan keuangan agar diperoleh
gambaran yang tepat mengenai laporan keuangan tersebut.

2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah
informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap kegunaan analisis
laporan keuangan dikemukakan sebagai berikut, menurut Harahap (2004: 195) :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
laporan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar
perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan
merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain :
1) Dapat menilai prestasi perusahaan.
2) Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
waktu tertentu :
a. Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal)
b. Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya)
c. Likuiditas
d. Solvabilitas
e. Aktivitas
f. Rentabilitas atau Profitabilitas
g. Indikator Pasar Modal
4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
5) Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana

Pembahasan tujuan analisis laporan keuangan akan lebih baik apabila dimulai
dengan mengkonfrontir antara kepentingan para pemakai laporan keuangan,
khususnya dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi dan karakteristik laporan
keuangan itu sendiri. Dari sini akan diperoleh adanya kesenjangan antara informasi
yang disajikan laporan keuangan dan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai.
Pada satu sisi laporan keuangan menyajika informasi mengenai apa yang telah terjadi,
sementara pada sisi lain, para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi
mengenai apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang.
Kesenjangan kebutuhan informasi ini pada akhirnya menuntut suatu
pemecahan. Meskipun bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, laporan
keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang cukup penting untuk
pengambilan keputusan ekonomi. Untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan
informasi inilah diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan, utamanya
dalam memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang.
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan,
menurut Sastradipraja (2007: 4) :
”Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan,
misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif
investasi atau merger, sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja
keuangan di masa yang akan datang, sebagai diagnosis terhadap masalah-
masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi
terhadap manajemen.”

2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan


Menurut Jumingan (2008: 240) prosedur analisis meliputi tahapan sebagai
berikut:
1. Review Data Laporan
Aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat
atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akntansi yang berlaku.
Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan terhadap
pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang
dihasilkan perusahaan. Maksud dari perlunya mempelajari data secara
menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan
keuangan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang
relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian
yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan
keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable). Dengan demikian,
kegiatan review merupakan jalan menuju suatu hasil analisis yang memiliki
tingkat pembiasan yang relatif kecil.
2. Menghitung
Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan
perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase
perkomponen, analisis rasio keuangan, dan lain-lain. Dengan metode atau
teknik apa yang akan digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada
tujuan analisis.
3. Membandingkan atau Mengukur
Langkah berikutnya setelah melakukan perhitungan adalah membandingkan
atau mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil
perhitungan tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan
seterusnya. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam
membandingkan ratio financial perusahaan, yaitu cross sectional approach dan
time series analysis. Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi
dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan menggunakan
pembandingan cross sectional haruslah dipenuhi persyaratan:
a. perusahaan sejenis.
b. periode/tahun pembandingan sama.
c. ukuran (size) perusahaan relatif sama besar.
Analsis dapat menggunakan data rasio industri untuk melakukan cross
sectional dengan tetap memeuhi persyaratan pembandingan di atas. Adapun
time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang
dicapai perusahaan, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran.
Perkembangan keuangan perusahaan terlihat melalui tren dari tahun ke tahun.
4. Menginterpretasi
Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil
pembandingan/pengukuran dengan kaidah teoritis yang berlaku. Hasil
interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang
dicapai perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
5. Solusi
Langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis. Dengan memahami
problem keuangan yang dihadapi perusahaan akan menempuh solusi yang
tepat. Selanjutnya prosedur analisis keuangan dapat diilustrasikan dalam alur
prosedur berikut ini.
Data Laporan Keuangan
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi Cross Section
3. Laporan Arus Kas

Review Menghitung Membandingkan

Time Series

Menginterpretasi Solusi

2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan


Menurut Harahap (2004: 20) teknik analisis laporan keuangan dapat
digunakan dengan berbagai metode antara lain :
1. Metode Komparatif
2. Analisis Tren
3. Laporan keuangan bentuk Commond Size
4. Metode Index Time Series
5. Analisis Rasio
6. Teknik Analisis lain seperti :
Analisis sumber dan penggunaan dana
Analisis Break Even
Analisis Gross Profit
Dupont Analysis
7. Model Analisis seperti :
Bankruptcy model
Net cash flow prediction model
Take over prediction model

Menurut Darsono dan Ashari (2004: 51) teknik analisis laporan keuangan
adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk
mengidentifikasi, mengkaji, dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan
dari data keuangan perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan, analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis
terhadap kesehatan perusahaan.
Alat yang biasa digunakan adalah analisis rasio keuangan. Dalam analisis
rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan
perbandingan eksternal. Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini
dengan dengan rasio masa lalu dan masa yang akan datang dari perusahaan yang
sama. Jika rasio keuangan ini diurutkan dalam jangka waktu beberapa tahun atau
periode, pemakai dapat melihat kecendrungan rasio keuangan apakah mengalami
penurunan atau atau peningkatan, yang menunjukkan kinerja atau kondisi keuangan
perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal adalah membandingkan rasio
keuangan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata
industri pada titik yang sama. Perbandingan ini memberikan pemahaman yang
mendalam tentang kondisi dan kinerja perusahaan relatif dan membantu
mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata atau standar industri.
Menurut Jumingan (2008: 43) metode dan teknik analisis laporan keuangan
antara lain seperti :
1. Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba yang
ditahan dengan menunjukkan:
a. Data absolut (jumlah dalam rupiah);
b. Kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah;
c. Kenaikan dan penurunan dalam persen;
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio;
e. Persentase dari total.
2. Analisis perubahan modal kerja.
3. Analisis tren dari rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada
kaitannya.
4. Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba rugi.
5. Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca.
6. Analisis perbandingan dengan rasio industri.
7. Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto.
8. Analisis titik impas atau analisis break-even point.

2.3.5 Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan


Di dalam melakukan analisis laporan keuangan terdapat keterbatasan analisis
atas laporan keuangan. Menurut Harahap (2004: 201), terdapat keterbatasan analisis
laporan keuangan dan para analis harus memperhatikan keterbatasan laporan, seperti:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai
laporan mengenai keadaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu. Informasi ini disajikan untuk dapat digunakan
semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak. Sehingga
terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebanarnya
mempunyai perbedaan kepentingan.
3. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.

Menurut Harahap (2004: 203) selain terdapat keterbatasan analisis laporan


keuangan, mengemukakan bahwa kelemahan analisis laporan keuangan adalah:
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari
analisis itu tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai
suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan
keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti: tujuan perusahaan,
situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan
budaya masyarakat.
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat
beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka
misalnya: prinsip akuntansi, jenis industri, periode laporan dan jenis
perusahaan aspek profit motive atau non profit motive.
2.4 Laporan Arus Kas
2.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas
Warren, Reeve dan Fess (2005: 590) berpendapat bahwa ”The statement of
cashflows reports a firm’s major cash inflows and outflows for a period”
Sedangkan Sumadji, Pratama dan Rosita (2006: 148) mengemukakan
pengertian laporan arus kas adalah “Suatu laporan keuangan yang menunjukkan
sumber-sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu
bisnis.”

Sementara itu Harahap (2004: 257) berpendapat bahwa


”Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada periode
tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi,
pembiayaan, dan investasi.”

Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan


arus kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan/menunjukkan kegiatan
keluar masuknya arus kas perusahaan pada suatu periode waktu tertentu dengan
klasifikasi transaksi kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi.

2.4.2 Tujuan Laporan Arus Kas


Menurut Harahap (2004: 243) “tujuan menyajikan laporan arus kas adalah
memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau
setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.”
Sedangkan tujuan laporan arus kas menurut Kieso, Weygandt dan Warfield
(2007: 190) “the primary purpose of a statement of cash flows is to provide relevant
information about the cash receipts and cash payments of an enterprise during a
period.”
Dari beberapa tujuan laporan arus kas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus
kas pada dasarnya adalah memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran
kas atau setara kas dalam suatu periode tertentu.
2.4.3 Kegunaan Laporan Arus Kas
Berkaitan dengan tujuan laporan arus kas Darsono dan Ashari (2004: 90)
berpendapat bahwa dengan menilai dan mengidentifikasi :
1. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh arus kas masuk bersih di masa
mendatang dari kegiatan operasi untuk membayar hutang, bunga dan dividen.
2. Kebutuhan dana dari pihak eksternal.
3. Alasan perbedaan antara penghasilan bersih dengan arus kas bersih dari
kegiatan operasi.
4. Dampak dari investasi dan pendanaan transaksi kas maupun kas
5. Informasi arus kas historis sebagai alat prediksi arus kas di masa mendatang.
Informasi arus kas mempunyai kegunaan yang lebih baik dalam menilai
likuiditas perusahaan dibandingkan informasi yang ada pada neraca. Hal ini karena
informasi akuntansi berbasis akrual banyak menggunakan alat-alat alokasi arbriter
yang digunakan oleh akuntan.

2.4.4 Klasifikasi Laporan Arus Kas


Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode diklasifikasikan
dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu aktivitas operasi,
investasi, dan pembiayaan. Kieso, Weygandt dan Warfield (2007: 191)
mengklasifikasikan laporan arus kas sebagai berikut:
1. Operating activities involve the cash effects of transactions that enter into
determination of net income.
2. Investing activities include making and collecting loans and acquiring and
disposing of investments (both debt and equity) and property, plant, and
equipment.
3. Financing activities involve liability and owners equity items. They include :
a. Obtaining resources from owners and providing them with a return on
their investment and,
b. Borrowing money from creditors and repaying the amounts borrowed.
Sedangkan Harahap (2004: 245) mengklasifikasikan laporan arus kas
sebagai berikut :
1. Kegiatan Operasi Perusahaan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dna aktivitas pendanaan; seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa
lain yang tidak dapat dianggap sebagai kegiatan investasi atau pembiayaan.
Kegiatan ini biasanya mencakup: kegiatan produksi, pengiriman barang,
pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas
dari transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan laba.
2. Kegiatan Pembiayaan/Pendanaan
Yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah aktivitas yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang
perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan sumber-sumber dana dari pemilik
dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut,
meminjam dan membayar utang kembali atau melakukan pinjaman jangka
panjang untuk membayar utang tertentu.
3. Kegiatan Investasi
Yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah perolehan dan
pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk
setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat berharga
atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam
proses produksi.
2.4.5 Metode Laporan Arus Kas
Untuk menyajikan Laporan arus kas ini menurut Harahap (2004: 263) dapat
digunakan dua metode yaitu :
1. Metode Langsung (Direct Method)
Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan
kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi
secara lengkap (gross), tanpa melihat laporan laba/rugi dan dilanjutkan dengan
kegiatan investasi dan pembiayaan.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Dalam Indirect Method penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan
selanjutnya dilaksanakan disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan
dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik
turun pos aktiva lancar dan uang lancar. Dalam metode ini net income disesuaikan
(Reconcile) dengan menghilangkan non cash transaction :
a. Pengaruh transaksi yang masih belum direalisasikan (deffered) dari arus kas
masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah
persediaan deferal income, arus kas masuk dan keluar yang “accrued” seperti
piutang dan utang.
b. Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan pembiayaan
yang tidak mempengaruhi kas seperti penyusutan, amortisasi, laba rugi dari
penjualan aktiva tetap dan dari operasi yang dihentikan (yang berkaitan
dengan investasi), laba rugi pembatalan utang (transaksi pembiayaan).

2.4.6 Analisis Rasio Arus Kas


Harahap (2004: 257) berpendapat bahwa dengan melakukan analisis arus
kas, kita dapat mengetahui:
1. Kemampuan perusahaan meng’generate’ kas, merencanakan, mengontrol arus
kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu;
2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan,
termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang;
3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari
sumber kekayaan perusahaan;
4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang
akan datang;
5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas;
6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap
posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas


ke dalam laporan keuangan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai
alat analisis kinerja perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja
keuangan adalah dengan menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan
arus kas. Darsono dan Ashari (2005: 91) mengemukakan analisis laporan arus kas
ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan
laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio.

2.4.6.1 Rasio Arus Kas Operasi (AKO).


Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam
membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi
dengan kewajiban lancar.
Jumlah Arus Kas Operasi
AKO =
Kewajiban Lancar

Rasio arus kas operasi ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk


membayar kewajiban lancar jangka pendeknya tanpa menggunakan arus kas aktivitas
lainnya. Ketidakmampuan perusahaan menghasilkan arus kas operasi untuk
membayar kewajiban lancarnya dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan
perusahaan.

2.4.6.2 Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan
dividen preferen). Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:
EBIT
CAD =
Bunga + Penyesuaian Pajak + Dividen Preferen

Ket. EBIT = Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak

2.4.6.3 Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan rumusan
sebagai berikut:
Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak
CKB =
Bunga

2.4.6.4 Rasio Cakupan Kas terhadap Utang Lancar (CKHL)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar
berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai
berikut:
Arus Kas Operasi + Dividen Kas
CKHL =
Hutang Lancar
2.4.6.5 Rasio Pengeluaran Modal (PM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan
pembayaran hutang yang ada. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:
Arus Kas Operasi
PM =
Pengeluaran Modal

2.4.6.6 Rasio Total Hutang (TH)


Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan
dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini
diperoleh dengan rumusan sebagai berikut:
Arus Kas Operasi
TH =
Total Hutang

Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis jangka waktu berapa
lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang
dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan.

2.5 Konsep Kinerja


2.5.1 Pengertian Kinerja
Sumadji, Pratama dan Rosita (2006: 518) mengungkapkan, kinerja adalah
istilah umum yang menggambarkan tindakan atau aktivitas suatu organisasi selama
periode tertentu, seiring dengan referensi pada sejumlah standar, seperti biaya masa
lalu atau biaya yang diproyeksikan, pertanggungjawaban manajemen, dan sejenisnya.
Menurut Tika (2006: 121) kinerja adalah “hasil-hasil fungsi
pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode
waktu tertentu.”
Dengan demikian, kinerja merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang
menggambarkan tindakan organisasi selama periode tertentu dengan referensi pada
standar, untuk mencapai tujuan organisasi.

2.5.2 Pengukuran Kinerja


Menurut Umar (2008: 370) metode untuk mengukur kinerja adalah
menggunakan Balanced scorecard. Teknik balanced scorecard kini mulai mendapat
banyak perhatian praktisi bisnis maupun peneliti manajemen, padahal keempat
perspektif dari teknik ini yaitu perspekif keuangan, pelanggan, proses internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan adalah hal-hal konvensional dalam perusahaan.
Ternyata, perhatian yang demikian itu terlepas dari kemampuan teknologi sistem
informasi yang makin memasyarakat. Keempat perspektif menawarkan suatu
keseimbangan (balance) antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu hasil
(outcome) yang diinginkan, pemicu kinerja, dan tolok ukur.
Balanced scorecard mempertahankan perspektif keuangan karena tolok ukur
keuangan berguna untuk mengikhtisarkan konsekuensi tindakan ekonomi yang telah
diambil. Tolok ukur kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, implementasi,
dan eksekusi perusahaan memberi kontribusi pada perbaikan laba. Tujuan finansial
biasanya berkaitan dengan kemampulabaan. Perspektif keuangan menggambarkan
konsekuensi tindakan ekonomi yang diambil dalam ketiga perspektif yang lain.
Perspektif pelanggan mendefinisikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit usaha
akan bersaing. Persepektif proses usaha internal melukiskan proses internal yang
diperlukan untuk memberikan nilai bagi pelanggan dan pemilik. Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan mendefinisikan kapabilitas yang diperlukan induk
organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan.
Penekanan pendekatan balanced scorecard adalah pada perbaikan yang
berkesinambungan (continous improvement), bukan hanya sekedar pada pencapaian
suatu tujuan yang sempit, seperti laba sekian miliar rupiah. Perbaikan yang
berkesinambungan ini penting agar organisasi dapat bersaing.
2.6 Hubungan Analisis Rasio Arus Kas dengan Kinerja Perusahaan
Laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam mengukur kinerja
dan mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan selama periode tertentu. Kinerja suatu perusahaan dapat diukur dengan
melakukan analisis laporan keuangan yang biasa dilakukan oleh para pengguna
laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat prestasi dan kelemahan
yang dimiliki perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
manajemen dalam mengambil keputusan.
Salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan
analisis rasio arus kas. Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid dan dapat
menggambarkan kondisi perusahaan, dimana tingkat likuiditas perusahaan
merupakan salah satu indikator di dalam pengukuran kinerja perusahaan. Semua
perusahaan membutuhkan arus kas untuk menjalankan kegiatan operasional, kegiatan
investasi dan kegiatan pendanaan perusahaan.
Laporan arus kas dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai kas
perusahaan. Dengan melihat dan menganalisis laporan arus kas perusahaan, para
pemakai laporan keuangan dapat menilai tingkat efisiensi perusahaan dalam
mengelola sumber dan penggunaan kas perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai