Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan postterm didefinisikan sebagai kehamilan lewat waktu dengan usia

kehamilan besar sama dengan 42 minggu (294 hari) terhitung sejak hari pertama haid

terakhir. Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,

postdate/postdatism, extended pregnancy, atau prolong pregnancy.1,2,3 Insidensi kehamilan

postterm sekitar 4-10% populasi di Eropa.3 Kehamilan postterm meningkatkan angka

morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal. 2 Hal ini disebabkan karena meningkatnya

komplikasi kehamilan berhubungan dengan perdarahan post partum, distosia bahu, dan

meningkatnya sectio caesarea.4,5

Penyebab pasti kehamilan postterm belum diketahui secara pasti, namun beberapa

teori mengajukan seperti progesteron, oksitosin, kortisol, saraf uterus, serta herediter.

Diagnosis untuk kehamilan postterm berdasarkan umur kehamilan yaitu Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT). Namun, hal ini sangat sulit ditentukan pada ibu hamil karena beberapa

faktor seperti ibu lupa atau tidak yakin dengan HPHT, siklus haid tidak teratur, serta adanya

riwayat pemakaian kontrasepsi.1

Tatalaksana kehamilan postterm sampai saat ini masih dalam perdebatan, apakah

sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan induksi setelah ditegakkan

diagnosis postterm atau menunggu. Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan

sebaiknya diakhiri pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor

ibu dan janin sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.6,7,8,9,10

Gastroschisis adalah suatu kelainan pada dinding anterior abdomen yang berada di

sebelah kanan umbilikus dengan otot rektus yang intak.11 Gastroschisis terjadi pada 1: 2.500-

10.000 kelahiran dimana sering terjadi pada ibu usia muda, merokok, konsumsi obat-obatan
terlarang dan paparan zat toksik lingkungan.12 Gastroschisis diduga terjadi akibat paparan

cairan amnion yang terlalu lama sehingga memiliki dampak berupa disfungsi dalam

perkembangan usus janin. Hal ini disebabkan oleh adanya deposisi fibrin sehingga memicu

mediator inflamasi.13

TAMBAHAN DAPUS DARI AKU 11-13

11. Kelleher C, Langer JC. Congenital abdominal wall defects. Murphy PJ, George w,

Holcomb. Ashcraft’s Pediatric Surgery 5th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2010:

625-36.

12. Bird TM, Robbin JM, Druschel C. Demographic and Enviromental Risk Factor for

Gastroschisis and Omphalocele in The National Birth Defect Prevention Study. Journal of

Pediatr Surg. 2009; 44: 1546-51.

13.Morrison JJ, Klein N, Chitty LS, Kocjan G, Walshe D, Goulding M. Intra-amniontic

inflammation In human gastroschisis: possible aetiology of postnatal bowel dysfuntion. Br J

Obstet Gynaecol. 1998; 105: 1200.

Anda mungkin juga menyukai