BAB II
LANDASAN TEORI
tersebut. Tetapi disisi lain perawat tidak bisa memaksa pasien tersebut
untuk menerima tindakan keperawatan yang akan diberikan karena
pasien tersebut memiliki kebebasan untuk menolak atau menerima
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan diberikan kepadanya.
Bapak DS berusia 48 tahun yang sehari-harinya bekerja sebagai
tukang becak dengan rata-rata penghasilan Rp 3.000 – 4.000 per hari.
Istrinya yang berusia 42 tahun, berjualan sayur dengan laba Rp 1.500.
Bapak DS mempunyai anak enam orang, paling besar usia 11 tahun,
kemudian berturut-turut 9 tahun, 7 tahun, 5 tahun, 3 tahun, dan 2
bulan. Semua anaknya tampak kurus, kurang gizi, dan menderita
skabies. Anak yang berusia 3 tahun menderita bronkitis dan yang
berusia 7 tahun pernah menderita tipus abdominalis. Bapak DS adalah
warga yang sulit bertetangga dan setiap diberi bantuan, misalnya
makanan oleh tetangga selalu ditolak. Oleh perawat puskesmas,
Bapak/Ibu DS sering dianjurkan untuk ber-KB, namun mereka selalu
menolaknya dan mengatakan bahwa ber-KB bertentangan dengan
keyakinannya. Setiap perawat berkunjung, mereka selalu menghindar
bahkan pada kunjungan terakhir, mereka tidak mau menerima dan
menyuruh perawat meninggalkan rumahnya. Ini membuat perawat dan
petugas puskesmas jera, walaupun mereka tahu bahwa anak bapak DS
terancam gangguan akibat kurang gizi, anak kelima terganggu
pernapasannya, dan resiko Ibu DS untuk hamil lagi cukup besar.
Setelah kunjungan perawat yang terakhir, satu tahun kemudian ibu DS
hamil lagi, dan anak kelimanya meninggal karena sesak napas.
2. Neglience (Kelalaian)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian
termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek
tidak selalu ada unsur kelalaian. Kelalaian adalah segala tindakan
yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan
cidera atau kerugian orang lain (Sampurno, 2005). Sedangkan
menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian
adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau
sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak
akan melakukannya dalam situasi tersebut. Negligence, dapat berupa
Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-
hati) (Tonia, 1994).
10
3. Liability (Liabilitas)
Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap setiap tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat
profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung
jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari
kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal
kecerobohan dan kelalaian.
Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan
kegagalan melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi
yang sama, seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal
ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam
keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan
12
berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan
padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia. Perawat
secara retrospektif harus bisa mempertanggungjawabkan meskipun
tindakan perawat tersebut dianggap benar menurut pertimbangan
medis.
Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
Responsibility to God (tanggungjawab utama terhadap Tuhannya)
Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap
klien dan
masyarakat)
Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab
terhadap rekan sejawat dan atasan)
a. Tanggungjawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien
Dalam sudut pandang etika normatif, tanggungjawab perawat
yang paling utama adalah tanggungjawab di hadapan Tuhannya.
Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai
pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang
etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama
yang menyangkut hal-hal berikut ini:
Perawat harus melakukan tugasnya dengan niat yang tulus dan
ikhlas sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Tuhan
Mendoakan klien yang dirawatnya agar mendapat kesembuhan
dari Tuhan
Memberi dukungan psikologis kepada klien untuk dapat
menerima sakit yang dideritanya dan mendapatkan hikmah dari
pengalaman tersebut
Mempersiapkan klien klien tertentu untuk menghadapi maut jika
penyakitnya tidak dapat disembuhkan
Mendorong klien untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada
Tuhan yang memberikan kesembuhan kepadanya
14