Anda di halaman 1dari 24

Sistem Manajemen Lingkungan

Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan SML Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan
Limbah B3 ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dokumen SML merupakan dokumen yang
berisi komitmen dan kebijakan lingkungan serta program-program untuk melakukan
pengelolaan lingkungan oleh perusahaan.
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3 Departemen Teknik
Lingkungan ITS adalah fasilitas yang digunakan untuk tempat pelaksanaan praktikum mata
kuliah Kimia Lingkungan dan Mikrobiologi. Selain digunakan untuk memfasilitasi kegiatan
pembelajaran mahasiswa, laboratorium ini juga melayani pelayanan publik berupa uji sampel
limbah padat dan pengolahan bahan berbahaya dan beracun (B3). Dalam kegiatannya terdapat
banyak potensi pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh limbah dari lab
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu Sistem Manajemen Lingkungan yang baik.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak terkait
yang turut membantu terselesaikannya dokumen SML ini. Semoga dokumen ini bermanfaat
bagi instansi ataupun pihak-pihak lainnya yang memerlukan informasi mengenai Laboratorium
Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3 Departemen Teknik Lingkungan ITS.

Surabaya, 10 April 2018

Penyusun

1
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1.1 Gambaran Umum Laboratorium ................................................................................................... 3
1.2 Struktur Manajemen Organisasi.................................................................................................... 3
1.3 Kegiatan yang Berkaitan dengan Aspek Lingkungan ................................................................... 3
BAB II PENILAIAN PENDAHULUAN ............................................................................................... 6
2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan ..................................................................................................... 6
2.2 Identifikasi Dampak Lingkungan............................................................................................ 8
2.3 Penilaian Aspek dan Dampak Lingkungan Penting .............................................................. 10
BAB III KEBIJAKAN LINGKUNGAN .............................................................................................. 13
BAB IV PERENCANAAN .................................................................................................................. 14
4.1. Aspek Lingkungan ................................................................................................................ 14
4.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya ................................................................. 15
4.3. Tujuan, Sasaran, dan Program Manajemen Lingkungan ...................................................... 15
BAB 5 PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN ................................................................................ 16
5.1 Pemantauan dan Pengukuran ................................................................................................ 16
5.2 Pengendalian Rekaman ......................................................................................................... 18
BAB 6 KAJIAN MANAJEMEN .......................................................................................................... 20
6.1 Kajian Sistem Manajemen Lingkungan ................................................................................ 20
6.2 Perbaikan Berkelanjutan ....................................................................................................... 21

2
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Laboratorium


Departemen Teknik Lingkungan FTSLK ITS memiliki enam fasilitas laboratorium,
salah satunya adalah Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3. Laboratorium
ini memfasilitasi praktikum mata kuliah Kimia Lingkungan dan Mikrobiologi. Selain
digunakan untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran mahasiswa, laboratorium ini juga
melayani pelayanan publik berupa uji sampel limbah padat dan pengolahan bahan berbahaya
dan beracun (B3). Pelayanan publik ini adalah bentuk pengabdian masyarakat dari Departemen
Teknik Lingkungan kepada masyarakat. Adapun fasilitas alat-alat laboratorium yang tersedia
adalah gas chromatograph, spectrum photometer, pH meter, conductivity meter, rotary
agritator, furnace, bomb calorimeter, dan inkubator.

1.2 Struktur Manajemen Organisasi


Kepala laboratorium pengolahan limbah padat dan limbah B3 Departemen Teknik
Lingkungan adalah Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, M.App.Sc. Selain sebagai kepala
laboratorium, beliau adalah dosen pengampu mata kuliah Kimia Lingkungan, Mikrobiologi,
dan Pengelolaan Sampah.
Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, M.App.Sc selaku kepala laboratorium dibantu oleh
beberapa dosen yaitu Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT. , I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT.,
Ph.D, Susi Agustina Wilujeng, ST., MT. , Arseto Yekti Bagastyo, ST., MT., M.Phil, PhD, dan
Welly Herumurti, ST., M.Sc.

1.3 Kegiatan yang Berkaitan dengan Aspek Lingkungan


Kegiatan di laboratorium pengolahan limbah padat dan limbah B3 yang berkaitan
dengan aspek-aspek lingkungan adalah sebagai berikut.
1. Pengujian dan pengamatan sampel
Kegiatan pengujian dan pengamatan sampel di laboratorium pengelolaan limbah
padat dan limbah B3 meliputi uji sampel limbah padat yang berasal dari industri
atau perusahaan yang ingin diuji sampelnya serta kegiatan uji dan pengamatan
sampel dari kegiatan praktikum mahasiswa seperti contohnya praktikum

3
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

mikrobiologi dengan topik uji toksisitas logam berat pada tanah dan pengamatan
bakteri E.coli pada beberapa jenis air.
2. Pengembangbiakan dan pengamatan mikroorganisme
Kegiatan pengembangbiakan dan pengamatan mikroorganisme adalah kegiatan
yang umumnya dilakukan di laboratorium ini. Kegiatan ini ada yang hanya
membutuhkan waktu sehari dan ada pula yang membutuhkan waktu berhari-hari,
tergantung dari jenis pengamatannya. Proses pengembangbiakan mikroorganisme
dilakukan dengan proses inkubasi agar mikroorganisme memperoleh suhu optimum
sehingga bisa berkembang dengan baik. Jika perkembangbiakan mikroorganisme
baik, maka hasil pengamatan mikroorganisme akan tepat.
3. Pengolahan limbah padat
Limbah padat hasil kegiatan praktikum di laboratorium pengolahan limbah padat
dan limbah B3 dapat berupa lateks bekas pakai, kapas lemak bekas pakai, media
tumbuh agar mikroorganisme (sampel), tisu bekas pakai, dan masker bekas pakai.
Untuk limbah padat yang sudah tidak bisa dan/atau tidak boleh digunakan kembali
(masker bekas pakai, lateks bekas pakai, media tumbuh agar mikroorganisme atau
sampel, dan tisu bekas pakai) akan dibuang di tempat sampah yang terletak di dalam
laboratorium. Tempat sampah di dalam laboratorium adalah tempat penyimpanan
limbah padat sementara. Sementara, untuk limbah padat yang masih bisa digunakan
kembali seperti kapas lemak diletakkan di sebuah wadah penyimpanan yang
bertuliskan “Kapas Lemak” di dalam laboratorium untuk digunakan kembali di
kemudian hari. Kapas lemak bekas pakai yang akan digunakan kembali hanyalah
kapas lemak yang masih layak secara fisik untuk bisa digunakan kembali.
4. Pengolahan limbah cair bekas penelitian
Limbah cair di laboratorium pengolahan limbah padat dan limbah B3 adalah berupa
cairan-cairan kimia dari kegiatan praktikum. Pada umumnya limbah cair yang
dihasilkan bersifat B3. Oleh karena itu, cairan kimia tersebut tidak boleh langsung
dibuang ke wastafel karena memiliki dampak negative seperti warna pekat pada
cairan bahan kimia yang susah hilang jika sudah menempel di dinding wastafel
sehingga mengakibatkan proses pembersihan menjadi lebih lama. Selain itu, karena
kandungan berbahaya dari bahan kimia itu sendiri. Oleh karena itu, biasanya limbah
cair bekas penelitian akan dibuang di sebuah wadah penyimpanan sementara yaitu
berupa jerigen yang bertuliskan nama bahan kimianya untuk kemudian dibuang di
penyimpanan sementara kedua (tangki penyimpanan bahan kimia bekas pakai)
4
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

yang terletak di Gedung Workshop Departemen Teknik Lingkungan. Setelah


disimpan sementara di penyimpanan kedua, limbah cair tersebut akan ditranspot
melalui transporter limbah cair ke sebuah lembaga pengolahan limbah B3 resmi di
Indonesia.

5
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

BAB II
PENILAIAN PENDAHULUAN

2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan


Identifikasi aspek lingkungan merupakan suatu proses identifikasi segala aspek
lingkungan yang signifikan yang terkait dalam kegiatan yang dilakukan oleh Laboratorium
Limbah Padat dan B3 Departemen Teknik Lingkungan FTSLK ITS. Identifikasi aspek
lingkungan diperlukan untuk mengetahui evaluasi dan menganalisa risiko yang ditimbulkan
oleh dampak lingkungan yang dapat merugikan lingkungan, institusi, dan masyarakat. Proses
identifikasi aspek lingkungan mempertimbangkan berbagai aspek seperti penggunaan bahan
kimia, limbah yang dihasilkan, dan lain sebagainya.
Identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan melewati tahap-tahap berikut ini :
1. Identifikasi terhadap aspek-aspek lingkungan potensial yang dapat menyebabkan
dampak terhadap lingkungan yang bermanfaat atau yang merugikan yang disebabkan
oleh kegiatan di laboratorium dan situasi darurat atau kecelakaan (emergency) yang
mungkin terjadi. Identifikasi dapat dilakukan dengan cara mengenali dan mengevaluasi
setiap kegiatan di laboratorium maupun dengan cara lainnya.
2. Mengidentifikasi sebanyak-banyaknya dampak lingkungan terhadap air, udara, tanah,
kebisingan, kesehatan/keselamatan kerja yang ditimbulkan oleh aspek-aspek lingkungan.
3. Menganalisa tingkat kepentingan setiap dampak dan nilai risikonya, sehingga diketahui
dampak tersebut berbahaya atau tidak dan memerlukan pengendalian atau tidak.
Penilaian mencakup :
a. Peluang kejadian (likehood) suatu ke kegiatan, produk, atau jasa akan menimbulkan
dampak lingkungan.
b. Konsekuensi/tingkat keseriusan dari dampak lingkungan yang timbul.
c. Penaatan terhadap peraturan lingkungan yang berlaku.
d. Kondisi kejadian dampak lingkungan, meliputi kejadian normal, abnormal, dan
darurat (emergency).
4. Menentukan alternatif tindakan pengendalian dampak lingkungannya yang sesuai dan
mungkin untuk dilaksanakan. Adapun pilihan alternatif pemecahan masalah dapat berupa
tindakan pencegahan maupun tindakan pengurangan dampak lingkungannya. Tindakan
pencegahan ialah tindakan untuk menghilangkan atau meminimalkan peluang terjadinya
dampak lingkungan yang merugukan dengan cara substitusi sumber daya, perubahan atau

6
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

optimasi proses, relokasi dan sebagainya. Tindakan pengurangan terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh aspek lingkungan yang diidentifikasikan dapat dilakukan dengan cara
pengolahan limbah yang dihasilkan.
5. Memilih dan menetapkan tindakan pengendalian dampak lingkungan yang sesuai.
Adapun kriteria yang digunakan untuk menetapkan alternatif yang akan digunakan untuk
mengendalikan dampak negatif pada lingkungan adalah alternatif yang berpengaruh
paling besar dalam pencegahan pencemaran dan paling mudah untuk dilaksanakan.
Metode yang digunakan untuk analisa pengambilan keputusan dalam menentukan
alternatif yang paling tepat adalah dengan voting, pembobotan dan analisa rasio
keuntungan dan biaya. Apabila dalam menetukan solusi suatu masalah yang
membutuhkan biaya yang besar sebaiknya menggunakan metode analisa rasio
keuntungan dan biaya.
Identifikasi aspek lingkungan berfungsi untuk menentukan aspek-aspek lingkungan yang
signifikan baik dalam kegiatan yang dilakukan oleh Laboratorium Limbah Padat dan B3.
Identifikasi aspek lingkungan digunakan sebagai dasaran untuk menganalisa risiko yang dapat
ditimbulkan oleh dampak lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium.
Dampak lingkungan yang dimaksud merupakan kejadian yang tidak diinginkan akibat kegiatan
yang dilakuan. Setelah diidentifikasi, maka hasil identifikasi aspek lingkungan
didokumentasikan pada formulir. Hasil identifikasi aspek lingkungan masing-masing bagian
tersebut akan dievaluasi dan selanjutnya mendapatkan persetujuan. Apabila terjadi
pembangunan baru dan atau perubahan dalam kegiatan yang berpengaruh terhadap lingkungan,
bagian yang bertanggungjawab harus melakukan perubahan dan atau penambahan aspek
lingkungan. Indentifikasi Aspek Lingkungan Laboratorium Limbah Padat dan B3 Departemen
Teknik Lingkungan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan Laboratorium Limbah Padat dan B3

No Aktivitas Aspek Lingkungan

Penggunaan bahan kimia untuk menguji suatu sampel


Penggunaan energi listrik untuk menjalankan alat-alat
Pengujian dan pengamatan laboratorium
1
sampel Pembersihan alat-alat laboratorium

Paparan bahan kimia

7
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Penggunaan bakteri, jamur atau jenis mikroorganisme


Pengembangbiakan dan lain sebagai objek pengamatan
2
pengamatan mikroorganisme
Pembersihan alat-alat laboratorium

3 Pengolahan limbah padat Penampungan sementara limbah padat

Pengolahan limbah cair bekas


4 Penampungan sementara limbah cair
penelitian

Aspek-aspek lingkungan yang telah diidentifikasi seperti di atas akan dikaji ulang setiap
periode secara berkala tergantung bahan yang akan dievaluasi. Evaluasi atau audit terhadap
laboratorium ini dilakukan dari pihak internal dan eksternal. Audit dari internal biasa dilakukan
oleh mahasiswa tiap tahun untuk keperluan tugas sedangkan audit dari eksternal dilakukan oleh
pihak akreditasi seperti AUN, IABEE dan lain-lain dengan periode audit tergantung dari jenis
akreditasinya.

2.2 Identifikasi Dampak Lingkungan


Setelah melakukan identifikasi aspek lingkungan, selanjutnya dilakukan identifikasi
dampak lingkungan. Identifikasi mengenai dampak lingkungan dapat dilakukan berdasarkan
pada peluang terjadinya dampak lingkungan tersebut dan akibat yang ditimbulkannya. Selain
itu identifikasi mengenai dampak lingkungan juga berdasarkan atas ketaatan dengan peraturan
yang berlaku. Adanya dampak lingkungan ini sangat berkaitan dengan aspek lingkungan.
Aspek lingkungan dapat menimbulkan dampak lingkungan dimana dampak lingkungan yang
dihasilkan bisa lebih dari satu. Hubungan yang ada antara aspek lingkungan dengan dampak
lingkungan merupakan suatu hubungan sebab-akibat. Terdapat kriteria aspek dan dampak
lingkungan yaitu:
1. Kemungkinan Terjadi
2. Konsekuensi Dampak
3. Dampak Kemasyarakatan
4. Metode Pengendalian
5. Derajat Kepulihan dampak
Berikut adalah identifikasi dampak lingkungan berdasarkan aspek lingkungan yang telah
diidentifikasi sebelumnya.

8
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Tabel 2.2 Identifikasi Dampak Lingkungan Laboratorium Limbah Padat dan B3

No Aktivitas Aspek Lingkungan Dampak Lingkungan

Penggunaan bahan kimia untuk menguji suatu Penurunan pada ketersediaan bahan kimia
sampel Pencemaran akibat penggunaan bahan kimia
Pengujian dan pengamatan Penggunaan energi listrik untuk menjalankan
1 Pengurangan sumber daya alam tak terbarukan
sampel alat-alat laboratorium
Pembersihan alat-alat laboratorium Pencemaran air
Paparan bahan kimia Gangguan kesehatan
Penggunaan bakteri, jamur atau jenis
Pengembangbiakan dan mikroorganisme lain sebagai objek pengamatan Kontaminasi mikroorganisme di lingkungan
2
pengamatan mikroorganisme
Pembersihan alat-alat laboratorium Pencemaran air

3 Pengolahan limbah padat Penampungan sementara limbah padat Peningkatan timbulan sampah

Pengolahan limbah cair bekas


4 Penampungan sementara limbah cair Peningkatan volume limbah cair
penelitian

9
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

2.3 Penilaian Aspek dan Dampak Lingkungan Penting

Aspek dan dampak lingkungan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang disebutkan


sebelumnya. Tingkatan skor dalam kriteria dibutuhkan untuk mempermudah penilaian aspek
dan dampak lingkungan, dimana termasuk sangat penting, penting, cukup penting dan tidak
penting. Kriteria penilaian tersebut antara lain:

1. Kemungkinan Terjadi
Skor 1 = Tidak akan terjadi dampak (dengan prosedur yang ada kecil kemungkinan
terjadi)
Skor 5 = Jarang terjadi dampak (kemungkinan terjadi dalam 5 tahun ke depan)
Skor 9 = Sering terjadi dampak (kondisi kritis yang dapat terjadi dalam 1 tahun ke
depan)
2. Konsekuensi Dampak
Skor 1 = Tidak ada kerusakan terhadap lingkungan dan tidak ada gangguan
kesehatan pada manusia.
Skor 5 = Terdapat resiko kerusakan terhadap lingkungan dan berdampak kepada
kesehatan manusia.
Skor 9 = Terdapat resiko kerusakan permanen terhadap lingkungan dan berdampak
akut pada kesehatan manusia.
3. Dampak Kemasyarakatan
Skor 1 = Tidak pernah ada keluhan dari masyarakat maupun dosen/mahasiswa.
Skor 5 = Ada keluahan dari dosen/mahasiswa dan masyarakat.
Skor 9 = Ada keluhan hingga dilaporkan kepada media massa dan pengadilan.
4. Metode Pengendalian
Skor 1 = Ada prosedur dan ada aktivitas pengendalian terhadap dampak.
Skor 5 = Ada prosedur pengendalian dampak namun tidak dijalankan.
Skor 9 = Tidak ada prosedur dan aktivitas pengendalian terhadap dampak.
5. Derajat Kepulihan Dampak
Skor 1 = Cepat pulih (1 tahun – 10 tahun)
Skor 5 = Lama pulih (> 10 tahun)
Skor 9 = Tidak pulih
Penilaian dilakukan dengan cara memasukkan skor berdasarkan kriteria aspek dan
dampak lingkungan kemudian menjumlahkannya. Aspek dan dampak lingkungan yang sangat
penting adalah aspek dan dampak lingkungan yang memerlukan penanganan/pengendalian

10
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

secara cepat, tepat dan mendesak agar tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi
perusahaan, masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Kategori penilaian aspek dan dampak
lingkungan penting diklasifikasikan seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kategori Penilaian Aspek dan Dampak Lingkungan
No Rentang Nilai Kriteria Tindakan
1 <10 Tidak penting Dianjurkan adanya pengurangan resiko
2 10 – 19 Cukup penting Dilaksanakannya pengurangan resiko
Dilaksanakan pengurangan resiko dan
3 20 – 29 Penting
pengevaluasian lebih lanjut
Wajib dilaksanakan pengurangan resiko
4 30 – 45 Sangat penting
dan pengevaluasian lebih lanjut
Dalam hal ini, minimal skor penilaian adalah 5 dan maksimal adalah 45.
Penilaian aspek dan dampak lingkungan dilakukan pada kondisi kegiatan berjalan
normal. Penilaian ini kemudian sebagai dasaran untuk membuat kebijakan lingkungan yang
akan ditetapkan. Penilaian aspek dan dampak lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.4.

11
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Tabel 2.4 Penetapan Aspek dan Dampak Lingkungan Sangat Penting


Kriteria
No Aktivitas Aspek Lingkungan Dampak Lingkungan Jumlah Status
1 2 3 4 5
Penggunaan bahan kimia untuk menguji Pencemaran akibat
5 5 1 9 1 21 Penting
suatu sampel penggunaan bahan kimia
Pengujian dan Penggunaan energi listrik untuk Pengurangan sumber daya
1 1 5 1 9 1 17 Cukup Penting
pengamatan sampel menjalankan alat-alat laboratorium alam tak terbarukan
Pembersihan alat-alat laboratorium Pencemaran air 5 5 1 1 1 13 Cukup Penting
Paparan bahan kimia Gangguan kesehatan 5 9 9 1 1 25 Penting
Penggunaan bakteri, jamur atau jenis Kontaminasi
Pengembangbiakan mikroorganisme lain sebagai objek mikroorganisme di 5 5 1 1 1 13 Cukup Penting
2 dan pengamatan pengamatan lingkungan
mikroorganisme
Pembersihan alat-alat laboratorium Pencemaran air 5 5 1 1 1 13 Cukup Penting

Pengolahan limbah Peningkatan timbulan


3 Penampungan sementara limbah padat 5 5 1 9 1 21 Penting
padat sampah
Pengolahan limbah
Peningkatan volume limbah
4 cair bekas aktivitas Penampungan sementara limbah cair 5 5 1 9 1 21 Penting
cair
penelitian

12
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

BAB III
KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Kebijakan lingkungan merupakan perwujudan dari komitmen manajemen puncak sebagai


penanggungjawab tertinggi dari suatu perusahaan ini. Kebijakan lingkungan dibuat berdasarkan
penilaian pendahuluan aspek dan dampak lingkungan suatu perusahaan. Kebijakan ini dibuat
untuk menaati perundang-undangan yang berlaku terkait dengan pengelolaan lingkungan serta
untuk mencegah adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan perusahaan.
Kebijakan ini menjadi dasar penentuan keputusan dan pengkajian ulang manajemen lingkungan
perusahaan.

Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3 di Departemen Teknik


Lingkungan FTSLK ITS ini belum memiliki program kebijakan lingkungan. Tetapi hanya terdapat
standar operasional prosedur (SOP) yang mengikuti SNI. Standar operasional prosedur (SOP) di
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3 adalah sebagai berikut:

1. SOP kesehatan keselamatan kerja (k3) di laboratorium


2. SOP pelaksanaan praktikum di laboratorium
3. SOP peminjaman alat dan bahan praktikum untuk mahasiswa
4. SOP penggunaan laboratorium untuk penelitian
5. SOP peminjaman alat dan bahan untuk pihak luar

Pengguna Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3 harus mengetahui dan
melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) ini agar lingkungan dapat tekelola dengan baik.

13
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

BAB IV
PERENCANAAN

Proses pelaksanaan sistem manajemen lingkungan di Laboratorium Limbah Padat dan B3


memerlukan suatu rencana yang jelas dan sistematis yang digunakan sebagai acuan. Dalam sistem
manajemen lingkungan, perencanaan meliputi aspek lingkungan, peraturan lingkungan, serta
tujuan, sasaran dan program.
4.1. Aspek Lingkungan
Aspek-aspek lingkungan yang direncanakan, digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan tujuan lingkungan. Penentuan aspek lingkungan tersebut berdasarkan aspek
yang memiliki dampak penting serta memperhatikan beberapa hal lainnya. Aspek-aspek
lingkungan tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis resiko yang timbul
akibat dampak lingkungan yang merugikan.
Identifikasi aspek-aspek lingkungan merupakan tanggungjawab Representatif Manajemen
Lingkungan. Dalam menentukan aspek lingkungan maka perlu disusun prosedur Identifikasi dan
Penilaian Aspek dan Dampak Lingkungan (IPADL) yang digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan identifikasi dan penilaian aspek lingkungan. Beberapa hal yang diperhatikan dalam
menentukan aspek lingkungan yang akan direncanakan di Laboratorium Limbah Padat dan B3
adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan karyawan dan mahasiswa sekitar yang terpengaruh.
2. Kemampuan sumber daya dalam menerapkan SML.
3. Pengaruh terhadap lingkungan.
Setelah diidentifikasi, maka kegiatan yang menyebabkan dampak lingkungan pada
laboratorium ini adalah sebagai berikut:
1. Limbah B3 yang di hasilkan dari kegiatan praktikum
2. Pengumpulan dan Penyimpanan limbah B3(pewadahan, penempatan, label)
3. Pemahaman terhadap prosedur laboratorium

14
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

4.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya


Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya berguna sebagai pedoman dan batasan
dalam pelaksanaan kegiatan di Laboratorium Limbah Padat dan B3 . Peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya tersebut harus relevan dengan kegiatan laboratorium.
Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh Laboratorium
Limbah Padat dan B3 antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Menteri LH No. 33 Tahun 2009 mengenai tata cara pemulihan lahan
terkontaminasi limbah bahan berbahaya dan beracun

4.3. Tujuan, Sasaran, dan Program Manajemen Lingkungan


Pada Laboratorium Limbah Padat dan B3 tidak memiliki tujuan, sasaran, dan program
yang tertulis. Kegiatan laboratorium hanya mengikuti standar operasional prosedur (SOP) sesuai
dengan peraturan dan SNI.

Limbah cair diolah oleh pihak ketiga. Limbah cair ditampung dalam jirigen dan apabila
sudah penuh diserahkan kepada pihak ketiga untuk diolah. Tidak ada dokumen tertulis volume
limbah yang dihasilkan, maupun informasi pihak ketiga yang mengolah limbah tersebut dan
informasi lainnya.

15
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

BAB 5
PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN

5.1 Pemantauan dan Pengukuran


Laboratorium Limbah Padat dan B3 Teknik Lingkungan ITS belum menerapkan, dan
memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk memantau dan mengukur karakteristik kunci dari
pengoperasian yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan penting. Hal ini juga karena
Laboratorium belum menjalankan SML sesuai prosedur. Laboratorium Limbah Padat dan B3
hanya menerapkan prosedur penyimpanan alat, bahan dan penerapan K3.
Untuk melakukan pengukuran dan pemantauan secara tepat, diperlukan sebuah prosedur untuk:
- Memantau secara periodik karateristik kunci dari aktifitas operasi yang memiliki dampak
lingkungan
- Mengetahui kondisi kinerja lingkungan perusahaan (termasuk kesesuaian dengan tujuan
dan dan sasaran)
- Mendokumentasikan dan meninjau ulang hasil pemeriksaan secara teratur
- Mengkalibrasi dan memelihara peralatan pemantauan, dan
- Mengevaluasi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan persyratan lainnya.
Pemantauan dan pengukuran pada laboratorium Limbah Padat dan B3 Teknik Lingkungan
ITS belum dilakukan secara berkala
Tabel 5. 1 Contoh Pengukuran dan Pemantauan pada Laboratorium Limbah Padat dan B3

Aspek Pemantauan dan


Aktivitas Tujuan Sasaran Program
Lingkungan Pengukuran

Pengujian Penggunaan - - - Tidak ada tujuan,


dan bahan kimia sasaran dan
pengamata untuk menguji program yang
n sampel suatu sampel diterapkan untuk
memantau
penggunaan bahan
kimia, hal ini
karena memang
bahan kimia
digunakan untuk
kegiatan
praktikum/pembela

16
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Aspek Pemantauan dan


Aktivitas Tujuan Sasaran Program
Lingkungan Pengukuran

jaran, jadi tidak


ada upaya reduksi
atau semacamnya.

Penggunaan - - - Tidak ada upaya


energi listrik pengukuran dan
untuk pemantauan.
menjalankan
alat-alat
laboratorium

- - - Tidak ada
pemantauan dan
Air bekas
pengukuran secara
pencucian alat
tertulis mengenai
laboratorium
air effluen IPAL
secara berkala.

Paparan bahan - - - -
kimia

Pengemban Penggunaan - - - Tidak ada


gbiakan bakteri, jamur
dan atau jenis
pengamata mikroorganisme
n lain sebagai
mikroorgan objek
isme pengamatan

Air bekas - - - Tidak ada


pencucian alat-
alat laboratorium

17
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Aspek Pemantauan dan


Aktivitas Tujuan Sasaran Program
Lingkungan Pengukuran

Pengelolaa Penampungan - - - Tidak ada


n limbah sementara
padat limbah padat

Pengelolaa - - - Tidak ada


n limbah pemantauan dan
cair pengukuran
berkala, limbah
Penampungan hanya ditampung
sementara dalam jirigen.
limbah cair Apabila telah
penuh diserahkan
kepada pihak
ketiga untuk
diolah.

5.2 Pengendalian Rekaman


Rekaman adalah dokumen yang memuat hasil – hasil yang dicapai atau menunjukkan
bukti bahwa suatu kegiatan telah dilaksanakan. Rekaman harus mencakup dokumen penting
perencanaan, operasi, dan pengendalian proses secara efektif, yang terkait dengan aspek
lingkungan penting. Rekaman merupakan hasil dari aktifitas kerja yang dilakukan dan bukan
merupakan acuan, disimpan, dipelihara dalam jangka waktu tertentu. Jika melebihi jangka
waktu yang telah ditetapkan rekaman harus dimusnahkan dan disertai dengan berita acara
pemusnahan. Rekaman dalam perusahaan disimpan dan dikendalikan oleh masing – masing
departemen/organisasi/ sub unit sesuai dengan jangka waktu ditentukan.
Rekaman dibutuhkan untuk menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap SML. Rekaman
ini mencakup pelatihan dari hasil audit dan pengkajian. Rekaman tersebut harus sesuai dengan
persyaratan ISO 14001. Rekaman lingkungan dapat mencakup, antara lain:
a. Rekaman keluhan (complaints),
b. Rekaman pelatihan,
c. Rekaman proses pemantauan,
d. Rekaman inspeksi, pemeliharaan dan kalibrasi,

18
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

e. Rekaman tentang kontraktor dan pemasok,


f. Rekaman kejadian tertentu (incident),
g. Rekaman pengecekan kesiagaan darurat,
h. Hasil audit,
i. Hasil tinjauan manajemen,
j. Keputusan mengenai komunikasi eksternal,
k. Rekaman tentang persyaratan hukum yang berlaku,
l. Rekaman tentang aspek lingkungan penting,
m. Rekaman tentang pertemuan lingkungan,
n. Informasi tentang kinerja lingkungan,
o. Rekaman penaatan peraturan perundang-undangan, dan
p. Komunikasi dengan pihak yang berkepentingan

Pada laboratorium Limbah Padat dan B3 Teknik Lingkungan belum menerapkan sistem
manajemen lingkungan sesuai prosedur sehingga tidak ada bukti dokumen pelaksanaan SML.
Pada laboratorium tersebut hanya mempunyai dokumen alat-alat laboratorium (Log Book),
MSDS, dan tata tertib laboratorium.

19
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

BAB 6
KAJIAN MANAJEMEN

6.1 Kajian Sistem Manajemen Lingkungan


Kajian sistem merupakan kunci dalam penerapan prinsip perbaikan berkelanjutan
(continual improvement) Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dari waktu ke waktu. Pada kajian
manajemen dilakukan proses kajian secara menyeluruh SML perusahaan untuk memastikan
keberlanjutan, kesesuaian, dan efektifitas pelaksanaan SML secara berkala. Tujuan dari prosedur
kajian sistem adalah untuk mendokumentasikan proses dan agenda utama dari permasalahan
lingkungan yang akan dibahas dalam rapat kajian manajemen. Penyusunan tindakan yang tepat
dalam kajian manajemen harus mengacu pada hasil audit internal sehingga dapat dilakukan
perbaikan yang berkelanjutan, dengan kata lain kajian manajemen dilaksanakan setelah
pelaksanaan internal audit SML.
Kajian manajemen merupakan tanggung jawab penuh Direktur Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yang dalam pelaksanannya dibantu oleh Manajemen Representatif dengan menyediakan
materi tambahan yang dibutuhkan setiap enam bulan sekali. Catatan hasil rapat kajian manajemen
didokumentasikan oleh Manajemen Representatif dan didistribusikan kepada pihak–pihak terkait
sesuai hasil rapat kajian manajemen tersebut. Menjelang pelaksanaan kajian manajemen,
perkembangan internal audit termasuk temuan-temuan yang sudah dapat diverifikasi dilaporkan
kepada Manajemen Representatif untuk penyediaan materi/bahan pelaksanaan kajian manajemen.
Di samping itu, tujuan pelaporan ini adalah memberikan masukan kepada manajemen puncak akan
kondisi penerapan sistem dan mendapatkan arahan mengenai tindak lanjut dan komitmen baru
terhadap masalah-masalah yang belum berhasil diselesaikan.
Dalam proses kajian manajemen, disamping pihak-pihak yang terkait pada fungsi dan
tingkatan organisasi perusahaan, terdapat dua golongan personil yang harus terlibat, antara lain:

1. Personil yang memiliki informasi dan pengetahuan (personil dalam hal ini merupakan
Manajemen Representatif).
2. Personil yang dapat membuat keputusan tentang perusahaan dan sumber daya (personil
dalam hal ini merupakan Manajemen Puncak).

20
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Hal-hal yang termasuk isi dari rapat kajian manajemen adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian dan keefektifan kebijakan dengan kebutuhan terhadap perubahan
b. Kesesuaian dan keefektifan dari tujuan, sasaran dan program terhadap pencapaian
kinerja dengan kebutuhan dan perubahan
c. Kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan
d. Hasil dari audit sistem manajemen lingkungan
e. Evaluasi dan tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan dengan menggunakan hasil
kajian sebelumya
f. Laporan kemajuan terhadap lingkungan kerja
g. Data statitik pemantauan
h. Pengumpulan informasi-informasi lain yang terkait
i. Keluhan-keluhan dari pihak lain .
Setiap rapat kajian manajemen harus dilakukan dokumentasi secara mendetail, antara lain:
1. Undangan rapat
2. Daftar kehadiran
3. Hasil diskusi
4. Tindakan penyelesaian masalah
Setelah diadakan rapat dengan pihak – pihak yang terkait dan telah dilakukan proses audit
internal maupun eksternal, Laboratorium Limbah Padat dan B3 Teknik Lingkungan belum
menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan yang sesuai prosedur. Tidak terdapat pula dokumen
bukti pelaksanaan SML. Laboratorium tersebut hanya mempunyai dokumen-dokumen seperti
buku daftar alat-alat laboratorium, MSDS, dan Tata Tertib Laboratorium.
Sebagai contoh yaitu pengelolaan limbah cair tidak ada dokumen mengenai berapa volume
limbah yang dihasilkan, lama penyimpanan dan pihak ketiga penerima limbah tersebut. Sedangkan
untuk limbah padat dari laboratorium( masker, lateks) dibuang tercampur dengan limbah non
laboratorium.
6.2 Perbaikan Berkelanjutan
Penerapan SML tidak dapat dilaksanakan secara langsung dan segera memberikan hasil
nyata terhadap perbaikan kinerja lingkungan perusahaan dan pelestarian lingkungan hidup. Potensi
perbaikan bersifat bertahap, namun berkelanjutan secara sistematis dan efisien. Karena

21
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

Laboratorium Limbah Padat dan B3 Teknik Lingkungan belum ada Sistem Manajemen
Lingkungan, maka diharapkan kedepannya dapat menjalankan SML sesuai prosedur yang ada.

22
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

23
Sistem Manajemen Lingkungan
Laboratorium Pengolahan Limbah Padat dan Limbah B3

24

Anda mungkin juga menyukai