Anda di halaman 1dari 27

Harapan Manajemen Rumah Sakit

Terhadap Mutu Pelayanan Farmasi


di Era Disruption
Rukmono Siswishanto
Direktur Medik & Keperawatan
RSUP Dr. Sardjito
2019
• Apa yang terjadi di rumah sakit
dengan era disrupsi
• Mutu pelayanan farmasi di rumah
sakit
• Perubahan yang diharapkan pada
fasilitas pelayanan kesehatan
• Perubahan yang diharapkan pada
sistem mikro di rumah sakit
• Penutup

Outline
Patients’ experiences should be
the fundamental source of the
definition of “quality”
(Donald M. Berwick)
Perubahan Perubahan
Penduduk Teknologi (IoT)
Change

Ekspektasi
meningkat
Customer Competitor
Keterlibatan pasien
meningkat
Kompleksitas
pelayanan
Struktur biaya RS

Company
Pengalaman yang
dirasakan pasien &
keluarganya
Paradigma Melayani

From Service Quality à Service Excellence


(Dari Pelayanan Bermutu à Pelayanan Prima)

Service Quality Service Excellence


(Pelayanan Bermutu) (Pelayanan Prima)
“Sesuai” “Melebihi”
Harapan Pasien Harapan Pasien
Paradigma Melayani

From Service Transaction à Service Experience


Dari transaksi pelayanan à pelayanan yang berisi pengalaman

Transaction
deliver cater Tangible benefit

Experience

stage Personalize Memorable experience


Pengalaman yang tak
terlupakan (PANCA INDRA)
Paradigma Melayani

From Serving Patients à Delighting Patients

Serving Patients Delighting Patients


•Patients as clients •Patient as guests
•Reactive •Proactive
•Respond to current •Anticipate future
and “Spoken Demands” and “Unspoken Needs”
Es
se
No nt
n ial
(p
in
su rim
lin
de M ar
y)
ali hy

1000
1500
2000
2500
3000
3500

pe

500

0
gn Co pe
nd an n
en tn ge rte
td st ns
i a
eo i ve io
Di
so be pl
as he n
rd t e m a
er s m : r t
so el Br fa
fp lit ea ilu
la
sm us:
st
,
re
un
a- wi sp
Fa pr th ec
ot ou ifi
lse ei
n t c ed
la
bo m Se o m
e p p
1

ur ta tic lic
at bo ae at
or lis
m m io
af ,n ia ,u
ns
te ot ns
r3
7 el
se
pe
ci
co w
m he
fie
d
Fe pl r
tu et
ed e cl
sa as
nd w s if
Sp ee ie
ne k s d
w on
ta o
bo fg
rn n eo e
af st
us at
fe io
ct ve
rt n
ed e
by xd
ca el
es ive
ar ry
Pn ea
eu n
m de
liv
An on er
em ia y
,
2

ia un
in sp
ne ec
op ifi
Ur las ed
in t ic
ar
y An De
tra se
ct em as
in ia e
fe ,u
ct
io n sp
n, ec
sit ifi
en ed
ot
sp
Ac ec
ut if i
er Hy ed
Hy e na po
po lf k a
-o ai la
sm lu em
ol re ia
ali ,u
ty ns
an pe
d
3

cif
hy ie
po d
na
tr
ae
m
ia
Rawat Inap
2015
2014
2013
2012
Pentingnya
Menekan Biaya Pemborosan Operasional
Margin
Margin

Klaim
Biaya/ Cost Biaya/ Cost

Keuntungan (margin) = klaim - biaya


Margin

Biaya inefisiensi
?
Unit cost (biaya)?

(Pemborosan operasional)
Klaim

Unit cost sesungguhnya

Keuntungan (margin) = Klaim - biaya


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 129/Menkes/SK/II/2008

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Otonomi Daerah, maka kesehatan NOMOR 72 TAHUN 2016
merupakan salah satu bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan
oleh Kabupaten/Kota. Hal ini berarti bahwa Pemerintah TENTANG
Kabupaten/Kota bertanggung jawab sepenuhnya dalam
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
derajad kesehatan masayarakat diwilayahnya;
b. bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
memberikan pelayanan kesehatan kepada mayarakat memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat;
c. dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, maka Rumah Sakit sebagaimana telah diubah dengan
perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan standar pelayanan
minimal Rumah Sakit yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
b, dan c di atas diperlukan Suatu Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit yang ditetapkan dnegan Keputusan Menteri Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kesehatan.
Kefarmasian di Rumah Sakit masih belum memenuhi
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu
(lembaran negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495); dilakukan perubahan;
2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286); dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan
Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355); Kefarmasian di Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Nomor 4400); Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
5. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 5063);
Lembaran Negara Nomor 4438);

1 2 3
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

Menurut Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal farmasi di rumah sakit adalah
sebagai berikut:

Judul Indikator Standar


Farmasi Waktu tunggu pelayanan
a. Obat jadi a. ≤ 30 menit
b. Obat Racikan b. ≤ 60 menit
Tidak adanya Kejadian kesalahan 100%
pemberian obat.
Kepuasan pelanggan. ≥ 80 %
Penulisan resep sesuai formularium 100 %
Kepmenkes nomor: 129/Menkes/SK/II/2008
1.a. Waktu tunggu pelayanan obat jadi
Dimensi mutu : Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan : Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi
Definisi operasional : Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang
waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi
Indikator Kunci: Kinerja & Hasil
(Key Performance Indicator & Key Result Indicator)

Safety Quality Delivery Cost

1. Kepuasan

?
1. Tidak adanya pelanggan 1. Waktu tunggu
kejadian kesalahan
2. Penulisan resep pelayanan obat
pemberian obat
sesuai formularium
Bagaimana
Fasyankes dapat
berperan efektif
6 Redesain Fasyankes
1. Sistem yang kuat mendukung pemilihan dan implementasi praktek
terbaik berbasis bukti
2. Penggunaan teknologi informasi yang lebih baik untuk meningkatkan
akses ke informasi dan untuk mendukung pengambilan keputusan klinis.
3. Lebih banyak investasi dan konsekuen dalam meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan aset manusia.
4. Pengembangan tim yang efektif dan kerjasama yang lebih konsisten
5. Koordinasi asuhan yang lebih baik di antara layanan dan satuan kerja
6. Pengukuran kinerja yang lebih ekstensif, dan informatif

IOM Committee
10 Redesain Sistem Mikro
Saat ini Menuju
1. Asuhan didasarkan terutama 1. Asuhan didasarkan pada hubungan
pada kunjungan (visite) . penyembuhan berkelanjutan
2. Variabilitas karena otonomi 2. Asuhan disesuaikan menurut
professional kebutuhan dan nilai pasien
3. Profesional mengontrol asuhan 3. Pasien menjadi sumber
4. Informasi adalah catatan pengontrolan
5. Pengambilan keputusan 4. Pengetahuan dibagikan secara bebas
didasarkan pada pelatihan dan 5. Pengambilan keputusan
pengalaman didasarkan pada bukti
IOM Committee
10 Redesain Sistem Mikro
Saat ini Menuju
6. ”Do no harm" adalah 6. Keselamatan adalah properti
tanggung jawab individu sistem
7. Kerahasiaan diperlukan 7. Transparansi diperlukan
8. Sistem bereaksi terhadap kebutuhan 8. Kebutuhan diantisipasi
9. Pengurangan biaya diupayakan 9. Pemborosan terus diturunkan
10. Preferensi diberikan kepada 10. Kerja sama antar klinisi adalah
peran profesional diatas prioritas
sistem
IOM Committee
Penutup
Belum pernah ada seorang manusia yang
menginginkan kegagalan atau diberi
penghargaan karena kegagalannya. Apabila
ukuran kinerja dibuat dan ditetapkan secara
tepat, para karyawan akan termotivasi untuk
berhasil
untuk mengomunikasikan
harapan-harapan kepada
karyawan

Peran manajemen
yang paling penting
People will do what management inspects (measures),
not necessarily what management expects
(Dean Spitzer)

Staff actually like measuring and even like being


measured, but they do not like being judged
subjectively
(Dean Spitzer)
high performers good solid people

20/70/10
not have the skills or the passion to
succeed in the organization

Jack Welch
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai