Anda di halaman 1dari 17

PENATALAKSAAN EKSPOLASI DIGITAL PADA SISA

PLASENTA

No.Dokumen
No. Revisi
SOP
TanggalTerbit
Halaman

YOGIANTO,SKM
UPTD
PUSKESMAS
CIBITUNG
NIP.198011172008011004
1. Pengertian Suatu tindakan intervensi untuk mengeluarkan sisa plasenta dan selaput ketuban yang
masih tertinggal dalam rongga rahim.
2. Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan eksplorasi digital pada sisa plasenta.

3. kebijakan SK Kepala puskesmas Nomor 440/ /SK.UKP-IX/ /2019 Tentang Kebijakan Layanan Klinis
Puskesmas Cibitung

4. Referensi 1. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
2. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih
(TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Bagi Dokter Umum, Bidan
dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.

5.Prosedur/Langkah- A .Persiapan Alat dan Obat


langkah 1. Sarung tangan
2. Infus set dewasa
3. Abocath no 18
4. Cairan RL
5. Nierbeiken
6. Alas bokong/ underpad
7. Rekam Medik klien
8. Alat tulis
B. Persiapan klien
1. Jelaskan pada klien prosedur dan tujuan tindakan
2. Berikan dukungan dan support mental
3. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
C. Pelaksanaan
1. Berikan 20-40 unit oksitoksin dalam 1000 ml larutan NaCL 0,9% Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infuse oksitoksin 20
unit dalam 1000 ml larutan NaCL 0,9% Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/
menit hingga perdarahan berhenti.
2. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan.
3. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan Metronidazole 500
mg).

1/3
4. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri,dan lakukan
rujukan.

6. Bagan Alir

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan
8. Unit terkait Semua petugas pelayanan klinis

9. Dokumen terkait

10. Rekaman historis Tanggal mulai diberlakukan


No Yang diubah Isi Perubahan
perubahan

2/3
PENATALAKSAAN ATONIA UTERI

No.Dokumen
No. Revisi
SOP
TanggalTerbit
Halaman

YOGIANTO,SKM
UPTD
PUSKESMAS
CIBITUNG
NIP.198011172008011004
1. Pengertian Suatu tindakan intervensi padaibu bersalin untuk menghentikan perdarahan segera setelah
plasenta lahir akibat tidak adanya kontraksi uterus setelah 15 detik dilakukan masase.
2. Tujuan Sebagai acuan dari penanganan perdarahan yang disebabkan karena atonia uteri .

3. kebijakan SK Kepala puskesmas Nomor 440/ /SK.UKP-IX/ /2019 Tentang Kebijakan Layanan Klinis
Puskesmas Cibitung

4. Referensi 1. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
2. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih
(TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Bagi Dokter Umum,
Bidan dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.

5.Prosedur/Langkah- 1. Persiapan Alat dan Obat


langkah a. Sarung tangan steril
b. Kateter nelaton
c. Infus set dewasa : 2 buah
d. Abocath no 18 : 3 buah
e. Cairan NaCL 0,9 % : 5 labu
f. Oxcitocyn : 5 ampul
g. Metilergometrin 0,2 mg : 2 ampul
h. Spuit 3 cc : 3 buah
i. Kondom steril
j. Nierbeiken
k. Alas bokong/ underpad
l. APD
m. Rekam Medik Klien
n. Alat tulis
2. Penerimaan Pasien dan Persetujuan Tindakan Medis
a. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap pertama kali
berintersksi dengan pasien dan keluarga.
b. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
c. Memcuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien.

3/3
3. Tindakan Penatalaksanaan Perdarahan Pascasalin karena atonia uteri
a. Teriak minta tolong (petugas atau bidan penanggungjawab pasien).
b. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien, bila ibu tidak bernafas, segera
lakukan tindakan resusitasi.
c. Orang kedua dalam tim respon awal emergency segera mendekatkan troli
emergency ke tempat kejadian emergency.
d. Bidan penanggungjawab pasien menyampaikan keppada orang pertama atau
dokter jaga tentang kondisi ibu saat ini dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi :
 Usia ibu
 Kehamilan keberapa
 Usia kehamilan
 Proses persalinan yang baru saja dialami, termasuk riwayat induksi,kelahiran
menggunakan alat, persalianan lama atau terlalu cepat, riwayat ketuban pecah,
kelahiran plasenta, jumlah perdarahan yang terjadi.
 Berat lahir bayi
 Tanda-tanda vital selama ini
 Kadar HB saat hamil
 Riwayat HPP/ atonia pada kehamilan sebelumnya jika ada
e. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit melalui sungkup atau kanula
f. (orang kedua dibantu orang ketiga – secara simultan )melakukan pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
 Hitung frekuensi nadi
 Hitung frekuensi nafas
 Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai
g. Bila menemukan tanda-tanda syok orang pertama segera mengambil alih situasi
dan melakukan tatalaksana syok sesuai daftara tilik syok sementara itu orang kedua
secara simultan melakukan :
 Masase uterus
 Bersihkan bekuan darah dan pastikan kavum uteri bersih
 Berikan infuse oksitosin 20-40 IU dalam 1 liter cairan kristaloid
 Bila oksotosin tidak tersedia berikan ergometrin 0,2 mg IM
 Bila perdarahan masih belum berhasil diatasi, diberikan misoprostolprektal
800-1000 mg
 Berikan injeksi1 gram asam traneksemat IV
 Jika perdarahan masih terus berlangsung lakukan kompresi
 Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah(quick check) dengan
baik dan lengkap
 Pada saat memesang infus, lakukan juga pemasangan sampel darah untuk
pemeriksaan kadar Hb dan golongan darah.

4/3
4. Melakukan Kompresi Bimanual
Dapat dilakukan oleh orang pertama/dokter jaga atau orang kedua/bidan senior. Bila
perdarahan masih berlangsung,uterus tidak berkontrasi, lakukan Kompresi Bimanual
Interna.
a. Ganti dengan sarung tangan panjang steril hingga menutupi siku.
b. Dengan ibu jari dan telunjuk tangannon dominan menyisihkan kedua labia
minora ke lateral dan tangan dominan secara obstetrik dimasukan melalui
introitus vagina.
c. Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada forniks anterior, dorong terus ke arah cranio anterior.
d. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang corpus uteri.
e. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dengan
kepalan tangan kanan pada forniks anterior.
f. Penolong berdiri di depan vulva dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri,
sisihkan kedua labia mayora ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan
kanan melalui introitus.
g. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada forniks anterior, dorong uterus ke cranio anterior.
h. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang corpus uteri
i. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dengan
kepalan tangan kananpada forniks anterior.
j. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit perhatiakan perdarahan
yang terjadi, bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
kontraksi uterus membaik keluarkan tangan setelah 1-2 menit.
k. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung kanan dan rendam dalam klorin
0,5%.
l. Cuci tangan dan lengan keringkan dengan handuk.
m. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah kompresi bimanual selama 5 menit,
lakukan kompresi bimanual eksternal oleh orang kedua atau keluarga.
n. Orang pertama segera menyiapkan rujukan.
5. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi
a. Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal
b. Lakukan pengawasan dan pencatatan, tanda vital dengan mengukur tensi, nadi
serta kontraksi uterus dan volume darah.
a. Setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
c. Setiap jam untuk waktu seterusnya hingga pasien benar-benar dalam keadaan
stabil
c. Pasang kateter untuk mengawasi jumlah urine yang keluar, ukur volume urine setiap
3 sampai 4 jam
d. Periksa kadar HB pasca tindakan
e. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medis
f. Buat intruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal pentingyang memerlukan pemantauan
ketat

5/3
g. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan pasien masih
memerlukan perawatan
6. Persiapan dan Prosese Rujukan
a. Surat rujukan
b. Transportasi
c. Pertahankan cairan infuse dan kondisi pasien dan lanjutkan resusitasi cairan jika
diperlukan
d. Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
e. Menghubungi faskes tujuan melalui Sijarimas
f. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
7. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
a. Letakkan semua peralatan yang digunakan dalam tindakan kedalam bak berisi
klorin 0,5% untuk dekontaminasi
b. Buang semua benda tajam kedalam safety box
c. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan tangan menggunakan
tisu kering
6. Bagan Alir

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan
8. Unit terkait Semua petugas pelayanan klinis

9. Dokumen terkait

6/3
3. Rekaman historis Tanggal mulai diberlakukan
No Yang diubah Isi Perubahan
perubahan

PENATALAKSAAN PRE EKLAMPSIA

No.Dokumen
No. Revisi
SOP
TanggalTerbit
Halaman

YOGIANTO,SKM
UPTD
PUSKESMAS
CIBITUNG
NIP.198011172008011004
1. Pengertian Suatu tindakan intervensi kepada ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu yang
di tandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmhg dan protein ≥ +1
2. Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan Pre eklampsi

3. kebijakan SK Kepala puskesmas Nomor 440 /SK.UKP-IX/ /2019 Tentang Kebijakan Layanan Klinis
Puskesmas Cibitung

4. Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih
(TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan neonatal bagi Dokter Umum,
Bidan dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
3. Saifuddin Abdul Bari, dkk (2010), Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

5.Prosedur/Langkah- A . Persiapan Alat


langkah 1. Tensi meter
2. Stetoskop
3. Monoaural/ dopler
4. Spatula lidah
5. Oksigen
6. Infus set

7/3
7. Abocat
8. Ringer Lactate
9. Mgso4 calsium Glukonat
10. Folly cateter
11. Replek hammer
12. Spuit 10cc
13. Jam / Timmer
14. Isap lendir
B. Penerimaan Pasien dan Persetujuan Tindakan Medis
1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap pertama kali
berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
3. Memcuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien.
C. Tindakan Pertolongan Pre eklampsia dan Pendokumentasian
1. Lakukan anamnesis singkat dan terarah tentang kondisi ibu saat ini dan kondisi lain
yang dapat mempengaruhi:
a. Usia ibu
b. Kehamilan berapa
c. Usia kehamilan
d. Sejak kapan tekanan darah tinggi di alami pada kehamilan ini
e. Adakah keluhan sakit kepala, pandangan kabur, mual, nyeri ulu hati
f. Adakah kejang
g. Obat yang sudah didapat
h. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan ini
2. Lakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik secara simultan:
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai dalam posisi
setengah duduk, ulang pemeriksaan selang waktu 4 jam
c. Hitung frekuensi napas
d. Hitung frekuensi nadi
e. Pemeriksaan reflek patella
f. Lakukan pemeriksaan dipstik protein urine
g. Bila diagnosa pre eklampsia berat ditegakkan syarat pemberian Mgso4
terpenuhi
3. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah ( quick check) dengan baik
dan lengkap
4. Buat dignosis kerja dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Memberikan dosis awal Magnesium Sulfat:
a. Beritahu bahwa ibu perlu mendapatkan obat suntikan yang berguna untuk
mencegah terjadinya kejang.
b. Beritahu bahwa pada saat penyuntikan ibu akan merasakan panas pada saat
Magnesium Sulfat diberikan
c. Lakukan pemasangan infuse dengna menggunakan kateter vena nomor 18
dan cairan ringer laktate
d. Lakukan pemasangan kateter urine menetap untuk memantau produksi urine

8/3
e. Berikan 4 gram Mgso4 dalam 100 ml cairan ringer lactate selama 10 menit dan
6 gram Mgso4 dalam 500 ml cairan ringer lactate selama 6 jam dan diulang
hingga 24 jam setelah persalinan jika tekanan darah sudah menurun.
f. Jika terjadi kejang setelah 15 menit berikan Mgso4 2 gram IV selama 5 menit
6. Pemberian anti hipertensi:
 Ibu dengan hipertensi berat perlu mendapatkan terapi anti hipertensi
(tekanan darah > 160/110 mmHg)
 Obat anti hipertensi: Nifedipin 3-4 kali 10-30 mg per oral
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan rujukan
8. Melakukan pendokumentasian yang baik dan lengkap, berikan keterangan pada
keluarga dan pasien tentang kondisi saat ini dan penanganan lebih lanjut sampai
keluarga pasien mengerti.
D. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Obat-obat emergency jika diperlukan
4. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon atau sms
5. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
6. Melakukan observasi dan pencatatan selama proses rujukan
6. Bagan Alir

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan
8. Unit terkait Semua petugas pelayanan klinis

9. Dokumen terkait

9/3
1. Rekaman historis Tanggal mulai diberlakukan
No Yang diubah Isi Perubahan
perubahan

PENATALAKSAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

No.Dokumen
No. Revisi
SOP
TanggalTerbit
Halaman

YOGIANTO,SKM
UPTD
PUSKESMAS
CIBITUNG
NIP.198011172008011004
1. Pengertian Suatu tindakan intervensi yang dilakukan untuk membantu bayi baru lahir yang tidak
bernafas spontan dan teratur.
2. Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan asfiksia bayibaru lahir .

3. kebijakan SK Kepala puskesmas Nomor 440/ /SK.UKP-IX/CBT / /2019 Tentang Kebijakan Layanan
Klinis Puskesmas Cibitung

4. Referensi 1. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
2. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih
(TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Bagi Dokter Umum,
Bidan dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.

5.Prosedur/Langkah- A .Persiapan
langkah 1. Informed consent dan komunikasi
2. Menyusun tim
3. Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir
4. Menyiapkan alat dan memastikan berfungsi

10/3
5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal )
B. Resusitasi pada Bayi Baru Lahir
1. Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap
persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
DTT/steril.Persiapan lainnya sebagai berikut:
a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering, dan hangat
b. 3 lembar handuk atau kain bersih dan kering
 Untuk mengeringkan bayi
 Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi
 Untuk mengganjal bahu
c. Alat penghisap lendir
 Bola karet bersih dan kering
 Penghisap DeLee DTT/steril
d. Alat penghantar udara/ oksigen
 Tabung sungkup atau balon sungkup
e. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60cm
f. Jam
g. Stetoskop
2. Lakukan penilaian bayi baru lahir sebagai berikut:
a. Sebelum bayi lahir :
 Apakah bayi cukup bulan?
b. Segera setelah bayi lahir ( jika bayi cukup bulan ):
Sambil menempatkan bayi diatas perut atau dekat perineum ibu, lakukan penilaian
(selintas ):
 Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak dengan aktif?
3. Lakukan resusitasi jika penilainan terdapat keadaan sebagai berikut :
a. Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap / tak bernafas dan atau
tonus atot bayi tidak baik / bayi lemas :Potong tali pusat, kemudian lakukan langkah
awal resusitasi
b. Jika air ketuban bercampur mekonium :
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi,lakukan penilaian, apakah bayi menangis
atau bernafas / megap-megap
 Jika menangis atau bernafas / tidak megap-megap, berikan asuhan bayi baru
lahir normal
 Jika megap-megap atau tidak bernafas, lakukan pengisapan terlebih dahulu
dengan membuka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir di mulut, klem dan
potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,
kemudian dilakukan langkah Awal resusitasi. Sambil memotong tali pusat,
beritahu ibu dan keluarga bahwa bayimengalami masalah sehingga perlu
dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
minta mereka ikut membantu mengawasi ibu.
4. Selimuti bayi dengan handuk/kain yang diletakkan diatas perut ibu, bagian muka dan
dada bayi terbuka.

11/3
5. Pindahkan bayi ke tempat resusitasi
6. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu (gunakan handuk/ kain yang telah disiapkan dengan ketebalan
sekitar 3 cm dan dapat disesuaikan)
7. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir di mulut sedalam < 5 cm dan
kemudian hidung (jangan melewati cuping hidung)
8. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/dada/perut/punggung bayi
sebangai rangsangan taktil untuk merangsang pernafasan. Ganti kain yang basah
dengan kain yang bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering. Bagian wajah
dan dada terbuka.
9. Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha nafas, dilakukan dalam waktu ≤ 30
detik
10. Nilai hasil langkah awal, buat keputusan dan lakukan tindakan :
 Jika bayi bernafas normal / tidak megap-megap dan atau menangis,lakukan
asuhan pasca resusitasi
 Jika bayi menangis tetapi bernafas cuping hidung dan adanya tarikan dinding
dada, lakukan rujukan
 Jika bayi tidak bernafas spontan atau nafas megap-megap, lakukan ventilasi
11. Ventilasi dapat dilakukandengan tabung dan sungkupnataupun dengan balon dan
sungkup.
Jika menggunakan tabung dan sungkup :
 Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong kemudian
dihembuskan lagi ke jalan nafas bayi melalui mulut-tabung-sungkup
 Untuk memasukan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dari pangkal
tabung untuk menghirup udara baru dan baru memasukkannya kembali ke jalan
nafas bayi ( bila penolong tidak melepaskan mulutnya dari pangkal tabung,
mengambil nafas dari hidung dan langsung meniupkan udara, maka yang
masuk adalah udara ekspirasi dari paru penolong )
 Jika menggunakan balon sungkup udara dimasukan ke bayi dengan meremas
balon
12. Pastikan bagian dada bayitidak terselimuti kain agar penolong dapat menilai
pengembangan dada nayi waktu peniupan udara/peremasan balon
13. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu ( perhatikan perlekatan sungkup
dan wajah bayi )
14. Lakukan ventilasi percobaan :
Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm air mengalirkan
udara ke jalan nafas bayi,perhatikan gerakan dinding dada
 Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk
dengan baik
 Bila dinding dada tidak naik/mengembang periksa kembali:
- Perlekatan sungkup,adakah kebocoran ?
- Posisi kepala, apakah dalam posisi menghidu ?
- Apakah ada sumbatan jalan nafas oleh lendir pada mulut atau hidung?
 Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan

12/3
15. Lakukan ventilasi definitif/lanjutan :
Setelah ventilasi percobaaan berhasil maka lakukan ventilasi definitif dengan jalan
meniupkan udara pada tabung atau meremas balon dengan tekanan 20 cm air,
frekwensi 20 kali dalam waktu 30 detik.
16. Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan :
 Jika bayi bernafas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian
lakukan asuhan pasca resusitasi
 Jika bayi menangis tetapi bernafas cuping hidung dan adanya tarikan dinding
dada,lakukan rujukan
 Jika bayi megap-megap dan tidak adadenyut jantung, ventilasi tetap dilanjutkan
tetapi jika 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernafas dan denyut jantung
tetap tidak ada, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.
17. Lakukan tindakan pasca resusitasi :
 Bila resusitasi berhasil, lakukan :
- Pemantauan tanda bahaya
- Perawatan tali pusat
- Inisiasi menyusu dini
- Pencegahan hipotermi
- Pemberian vit K1
- Pencegahan infeksi ( pemberian salep mata dan imunisasi hepatitis B )
- Pemeriksaan fisik
- Pencatatan dan pelaporan
 Bila perlu rujukan, lakukan :
- Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
- Melanjutkan resusitasi
- Memantau tanda bahaya
- Perawatan tali pusat
- Mencegah hipotermi
- Memberikan vitamin K1
- Mencegah infeksi ( pemberian salep mata )
- Membuat surat rujukan
- Melakukan pencatatan dan pelaporan
 Bila resusitasi tidak berhasil, lakukan :
- Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
- Memberikan petunjuk perawatan payudara
- Melakukan pencatatan dan pelaporan
18. Melakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan :
 Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat
penghisap dan sarung tangan yang di pakai ulang
 Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
 Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat aman

13/3
19. Rekam medik tindakan resusitasi :
 Kondisi saat lahir
 Waktu dan langkah resusitasi
 Hasil resusitasi
 Keterangan rujukan apabila dirujuk
6. Bagan Alir

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan
8. Unit terkait Semua petugas pelayanan klinis

9. Dokumen terkait

4. Rekaman historis Tanggal mulai diberlakukan


No Yang diubah Isi Perubahan
perubahan

14/3
MANUAL PLASENTA

No.Dokumen
No. Revisi
SOP
TanggalTerbit
Halaman

YOGIANTO,SKM
UPTD
PUSKESMAS
CIBITUNG
NIP.198011172008011004
1. Pengertian Suatu tindakan intervensi kepada ibu bersalin, segera setelah 30 menit bayi lahir namun
tidak disertai lahirnya plasenta dengan cara melepaskan plasenta dari tempat implantasinya
dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan retensio plasenta.

3. kebijakan SK Kepala puskesmas Nomor 440/ /SK.UKP-IX/ /2019 Tentang Kebijakan Layanan Klinis
Puskesmas Cibitung

4. Referensi 1. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
2. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan Bagi Pelatih
(TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Bagi Dokter Umum,
Bidan dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.
3. Saifuddin Abdul Bari, dkk(2010), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

5.Prosedur/Langkah- A. Penerimaan pasien dan persetujuan tindakan medis


langkah 1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap pertama kali
berinteraksi dengan pasien dan keluarga
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga
3. Mencuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien
Tindakan ini harus dilakukan oleh petugas yang kompeten yang bekerja dalam tim.
Tindakan manual plasenta dapat dilakukan oleh orang pertama atau orang kedua.
B. Persiapan klien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan paha sudah dibersihkan.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
3. Menyiapkan kain alas bokong dan penutup bawah perut
4. Medikamentosa:
- Sedative (Diazepam 10 mg)
- Uterotonika (oksitoksin, ergometrin, prostagladin )
- Bethadine
- Oksigen dan regulator
C. Persiapan penolong
1. Celemek, masker, kacamata pelindung, sepatu bot
2. Sarung tangan panjang DTT/steril

15/3
3. Instrumen :
- Klem 2 buah
- Spuit 5 ccdan jarum no 23 4 buah
- Wadah plasenta 1 buah
- Kateter dan penampung air kemih 1 buah
- Hecting set 1 set
- Larutan klorin 0,5%
D. Tindakan pertolongan perdarahan pasca salin karena retensio plasenta
1. Mencuci tangan hingga siku dengan air dan sabun kemudian keringkan
2. Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur ginekologi
3. Memberikan sedative dan analgetik melalui karet infus ( dilakukan oleh petugas
kesehatan sesuai kompetensi )
4. Memakai sarung tangan steril hingga mencapai siku
5. Mengosongkan kandung kemih menggunakan kateter
6. Jepit tali pusat dengan klem, tegangkan tali pusat dengan tangan kiri sejajar lantai
7. Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam kavum uteri dengan
mengikuti tali pusat hingga menyentuh serviks
8. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, meminta asisten untuk memegang
klem, kemudian tangan penolong yang menahan fundus uteri
9. Sambil menahan fundus uteri, memasukan tangan dalam kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta
10. Membuka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam ( ibu jari merapat
kepangkal jari telunjuk )
11. Tentukan tepi plasenta kemudian lepaskan sedikit demi sedikit sampai terlepas
seluruhnya
12. Apabila plasenta sudah lepas, gunakan tangan kiri untuk menarik tali pusat guna
mengeluarkan plasenta secara perlahan sementara tangan kanan masih didalam
kavum uteri, untuk memastikan tidak ada sisa plasenta. Lahirkan plasenta dengan
menahan korpus uteri pada suprasimfisis
13. Letakkan plasenta pada tempat yang tersedia
14. Perhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan perdarahan
15. Memeriksa kelengkapan plasenta
16. Dekontaminasi alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% kenakan sarung
tangan DTT kembali
17. Membersihkan dan merapihkan ibu
18. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering dan
bersih sekali pakai
E. Perawatan paska tindakan
1. Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal, metronidazole 500 mg
2. Memantau tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
- Setiap 15 menitpada jam pertama
- Setiap 30 menit pada jam kedua
3. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medik
4. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat

16/3
5. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan pasien masih
memerlukan perawatan
F. Persiapan rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse sesuai dengan kondisi pasien
4. Lanjutkan pemberian uteretonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/SMS
6. Petugas kesehatanmendampingi rujukan

6. Bagan Alir

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan
8. Unit terkait Semua petugas pelayanan klinis

9. Dokumen terkait

11. Rekaman historis Tanggal mulai diberlakukan


No Yang diubah Isi Perubahan
perubahan

17/3

Anda mungkin juga menyukai