Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas, dengan letak geografis

antar pulau – pulau serta daerah – daerahnya saling berjauhan. Dengan keadaan

seperti ini, untuk terjalinnya hubungan antar daerah di Indonesia baik yang

berbatasan darat maupun laut membutuhkan sarana transportasi atau sarana

angkutan, baik darat, laut, maupun udara.

Zaman sekarang ini transportasi merupakan kebutuhan vital terhadap

keberlangsungan hidup manusia. Transportasi mempermudah untuk berpindah

dari satu daerah ke daerah lain dengan mudah dan hanya memerlukan waktu yang

relatif singkat. Pertumbuhan ekonomi juga ikut mempengaruhi kemampuan

masyarakat untuk memilih sarana transportasi yang diinginkan, ketika seseorang

memiliki kemampuan finansial yang cukup, akan menggunakan transportasi

udara. Selain kemampuan finansial, banyak faktor yang dapat memepengaruhi

seseorang untuk bepergian menggunakan transportasi udara. Salah satu faktor

lainnya itu adalah waktu yang dihabiskan dalam perjalanan tidak selama

transportasi darat maupun transportasi laut. Tetapi dalam kehidupan masyarakat

Indonesia pada umumnya transportasi darat merupakan sarana yang paling banyak

digunakan.

Sarana transportasi banyak dibutuhkan, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi

juga Negara lainnya, yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Secara umum,

1
2

Indonesia mengelompokkan kendaraan menjadi dua jenis yaitu, kendaraan pribadi

dan kendaraan umum. Terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua

kendaraan tersebut. Kendaraan pribadi ditandai dengan no polisi yang berwarna

hitam, sedangkan kendaraan umum ditandai dengan no polisi yang bewarna

kuning.

Peruntukan kendaraan ini juga otomatis berbeda, kendaraan pribadi

digunakan untuk keperluan pribadi tanpa dijadikan sebagai kendaraan umum dan

bagi kendaraan umum yang membawa penumpang wajib mengasuransikan

penumpangnya tersebut sebagaimana diamanatkan oleh Undang – Undang.

Peruntukan kendaraan tersebut juga mempengaruhi hak perlindungan dari

pemerintah berupa asuransi sosial kecelakaan. Di Indonesia diselenggarakan oleh

PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja. Pada kendaraan pribadi dilindungi asuransi

berdasarkan Undang – Undang No 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu

Lintas Jalan. Sedangkan pada kendaraan umum dilindungi asuransi berdasarkan

Undang – Undang No 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang, selanjutnya disingkat menjadi UU No 33 Tahun 1964.

Dalam kegiatan transportasi, perjanjian yang digunakan adalah perjanjian

timbal balik. Artinya, bahwa kedua belah pihak pengangkut dan penumpang

masing masing mempunyai kewajiban sendiri. Kewajiban pihak pengangkutan

adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat tujuan ke tempat

tujuan tertentu dengan selamat dan wajib diasuransikan, sedangkan kewajiban


3

pihak penumpang ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari

penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut1.

Namun dewasa ini, pengangkutan darat dengan kendaraan pribadi mulai

dipergunakan utuk pelayanan umum selain digunakan untuk pribadi.angkutan

umum untuk kendaraan bermotor roda empat didarat seperti bus kota atau antar

kota/pulau, mikrolet, taksi, angkutan serba guna dan sebagainya 2. Hal yang

demikian karena dapat merugikan pemerintah maupun penumpang yang

menggunakannya. Bahkan dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara

angkutan umum resmi dengan kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan

umum. Jumlah angkutan umum yang menggunakan kendaraan pribadi di

Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel

berikut.

Table 1. Data Travel plat kuning di Kab. Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
TAXI TRAVEL PLAT KUNING
NO NAMA TAXI TRAVEL TRAYEK ARMADA
1. Batang Toru Transport Sibolga – Medan Mits. L300
2. Mandiri Travel Sibolga – Medan Mits. L300
3. Sibuluan Indah Sibolga – Medan Mits. L300
4. Simpati Sibolga – Medan Mits. L300

Sumber : Data primer

1
Uli Sinta, Pengangkutan:Suatu tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut,
Angkutan darat, dan angkutan udara, Cet. ke 1, Medan Usu Press, 2006 Hlm.62
2
A.A. Gede Agus Mahayana, “Kedudukan Hukum Angkutan Pribadi yang Dipergunakan
Sebagai Angkutan Umum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan”, Jurnal, Fakultas Hukum, Universitas Udayana.
4

Tabel 2. Data travel plat hitam di Kab. Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
TAXI TRAVEL PLAT HITAM
NO NAMA TAXI TRAVEL TRAYEK ARMADA
1. Pahala Travel Sibolga – Medan LGX, Innova, Avanza
2. Harmoni Travel Sibolga – Medan LGX, Innova, Avanza
3. Mentari Travel Sibolga – Medan LGX, Innova, Avanza
4. Taxi Kita Bersama Sibolga – Medan LGX, Innova, Avanza
5. Barus Hilir Travel Barus – Medan LGX, Avanza
6. Barus Indah Travel Barus – Medan LGX, Avanza
7. Putra Barus Travel Barus – Medan LGX, Avanza
Sumber : Data primer

Berdasarkan data di atas, jumlah travel kendaraan pribadi yang dijadikan

sebagai angkutan umum antar kota di Kabupten Tapanuli Tengah lebih banyak

dibandingkan dengan travel kendaraan umum. Hal ini juga dipengaruhi dengan

adanya keinginan masyarakat yang mengharapkan perjalanan yang nyaman

seperti mobil pribadi. Kerugian yang dapat ditimbulkan dari penggunaan

kendaraan pribadi menjadi angkutan umum antar kota dari segi pemerintah adalah

kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum antar kota tidak

membayar retribusi terminal karena tidak masuk terminal dan tidak menggunakan

jasa pelayanan uji kendaraan. Jika saja semua mengikuti aturan, dana yang

diperoleh pemerintah pasti cukup besar.3

Kerugian dari segi penumpang yang menggunakan jasa pengangkutan umum

kendaraan pribadi adalah mengenai perlindungan selama penggunaan jasa

3
Paul Mei Simanjuntak, “kecewa kinerja Dishub Medan”, harian metro24jam, edisi 5 Juli
2017,< http://news.metro24jam.com>, [diakses 22/02/2018].
5

pengangkutan ini apakah berkaitan dengan asuransi kecelakaan maupun berkaitan

dengan keamanan penumpang selama dalam perjalanan. Dalam hal perlindungan

asuransi sosial kecelakaan penumpang berdasarkan Pasal 1 huruf (b) "Kendaraan

bermotor umum" ialah kendaraan bermotor umum yang dipakai untuk

mengangkut penumpang menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Lalu-Lintas

dan Angkutan Jalan Raya”. Berdasarkan bunyi pasal tersebut, penumpang yang

menggunakan angkutan umum yang tidak termasuk dalam pasal 1 huruf (b) UU

No 33 Tahun 1964 tidak berhak untuk menerima dana pertanggungan wajib

kecelakaan penumpang.

Akan tetapi banyak daerah di Indonesia yang letak geografisnya cukup jauh

dari ibukota provinsi, penggunaan kendaraan pribadi menjadi angkutan umum

antar kota sangatlah populer di masyarakat. Tentu saja hal demikian dipengaruhi

oleh beberapa faktor, baik fator geografis maupun faktor kenyamanan masyarakat

itu sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Adapun perumusan masalah yang dapat diuraikan berdasarkan uraian pada

latar belakang masalah dipersempit dalam butir-butir pertanyaan sebagai berikut:

1. Mengapa PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja menerima kendaraan pribadi

sebagai peserta asuransi kecelakaan penumpang ?

2. Bagaimana pembayaran premi asuransi sosial kecelakaan penumpang pada

kendaraan pribadi yang beralih fungsi menjadi angkutan umum antar kota ?
6

3. Bagaimana pelaksanaan perlindungan asuransi kecelakaan penumpang

kendaraan pribadi yang beralih fungsi menjadi angkutan umum antar kota ?

C. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya

oleh penulis yang dirumuskan secara jelas.4 Asumsi merupakan pernyataan yang

dapat diuji kebenarannya secara empiris berdasarkan pada penemuan, pengamatan

dan percobaan dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya. Asumsi harus

menyatakan keadaan yang sebenarnya bukan keadaan yang diprediksi atau yang

seharusnya.

Asumsi atau anggapan dasar sementara terhadap pernyataan-pernyataan

yang telah teridentifikasi dalam perumusan permasalahan yaitu :

1. PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja menerima kendaraan pribadi sebagai

peserta asuransi kecelakaan penumpang disebabkan adanya faktor-faktor

geografis daerah maupun keadaan masyarakat yang menjadikan kendaraan

pribadi sebagai angkutan umum.

2. Pembayaran premi oleh kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai

angkutan umum antar kota tetap dibayarkan sesuai dengan aturan yang

berlaku.

3. Penumpang kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum

antar kota akan tetap mendapatkan hak perlindungan sebagaimana dengan

hak yang diberikan kepada angkutan umum.

4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Pustaka,
Jakarta, 2006, hal.61.
7

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ilmiah ini terdapat beberapa istilah yang digunakan dengan

tujuan agar lebih memudahkan untuk membaca dan memahami isi dari pada

penelitian ini, istilah yang digunakan dalam penellitian ini adalah :

a. Tanggung Jawab adalah suatu pelaksanaan kewajiban yang timbul akibat

adanya suatu perjanjian yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain5.

b. Kendaraan Pribadi adalah kendaraan yang keperuntukan sepenuhnya

untuk keperuntukan pribadi.

c. Kendaraan Umum berdasarkan UU No 33 Tahun 1964 ialah kendaraan

bermotor yang dipakai untuk mengangkut penumpang.

d. Dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang berdasarkan UU No 33

Tahun 1964 ialah dana yang terhimpun dari iuran-iuran, terkecuali jumlah

yang akan ditetapkan oleh Menteri untuk pembayaran ganti rugi akibat

kecelakaan penumpang.

e. Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan

awak kendaraan6.

E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam bidang hukum perdata

tentang Asuransi, yaitu Tanggung Jawab PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja

Terhadap Penumpang kendaraan pribadi yang Dijadikan Sebagai Angkutan

5
Hariswandy, “Tanggung Jawab Pemilik Kendaraan Angkutan Umum Yang Tidak
Memiliki Izin Terhadap Penumpang”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh, 2013, hlm 6.
6
Zahratul Idami, “Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Akibat Kecelakaan Lalu
Lintas”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2012. Hlm.5.
8

Umum Antar Kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyatakan dan

menjelaskan sebagai berikut :

a. Untuk menjelaskan kenapa PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja

menerima kendaraan pribadi sebagai peserta asuransi kerugian

penumpang.

b. Untuk menjelaskan bagaimana sistem pembayaran premi pada kendaraan

pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum antar kota.

c. Untuk menjelaskan bagaimana perlindungan PT Asuransi Kerugian Jasa

Raharja terhadap penumpang kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai

angkutan umum antar kota.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Kegunaan ditinjau secara teoritis yaitu untuk menjadi bahan bacaan

mahasiswa/i fakultas hukum, guna memperkaya pengetahuan terutama

yang mengambil konsentrasi Hukum Perdata. Dalam penelitian ini

mahasiswa/i dapat membaca dan memahami terkait dengan perlindungan

kecelakaan yang diberikan oleh PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja

sebagai penyelenggara Asuransi Sosial bagi Penumpang berdasarkan

Undang – Undang. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan

pengetahuan terhadap masalah yang dikaji.


9

b. Kegunaan ditinjau secara praktis yaitu penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai perlindungan penumpang yang diberikan

oleh PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja sebagai penyelenggara.

G. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berbagi literatur dan hasil penelitian

pada program Studi Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala, diketahui bahwa topik

dan permasalahan yang dibahas yang berhubungan tanggung jawab kecelakaan

terhadap penumpang, yaitu :

a. Penelitian tentang Ganti Rugi Terhadap Penumpang Akibat Kecelakaan

Lalu lintas yang diteliti oleh Zahratul Idami, Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Syiah Kuala. Adapun kesamaan dari skripsi tersebut ialah

sama – sama mengkaji tentang ganti rugi terhadap penumpang akibat

kecelakaan. Namun perbedaannya pada penelitian yang akan diteliti yang

memberikan ganti kerugian adalah pihak PT Asuransi Kerugian Jasa

Raharja, sedangkan pada skripsi Zahratul Idami yang memberikan ganti

kerugianya adalah pihak penyelenggara angkutan.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Zainun Irawan dengan judul Tanggung

Jawab PT Jasa Raharja terhadap akibat kecelakaan lalu lintas jalan (suatu

penelitian di banda Aceh dan Aceh Besar), mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Syiah Kuala. Adapun kesamaan dengan skripsi yang sedang

diteliti saat ini ialah sama-sama meneliti tentang perlindungan yang

diberikan oleh PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja. Namun perbedaannya


10

adalah dalam penelitian yang sedang diteliti pada saat ini fokus kepada

perlindungan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja kepada penumpang

kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum antar kota

sedangkan pada penelitian Zainun Irawan meneliti tentang bentuk

perlindungan PT Jasa Raharja kepada korban/ ahli waris akibat kecelakaan

alat angkutan lalu lintas jalan di Banda Aceh sehingga berbeda dengan

yang diteliti oleh Zainun Irawan.

c. Penelitian tentang Perlindungan Hukum Terhadap Korban/Ahli Waris

Akibat Kecelakaan Angkutan Lalu Lintas Jalan di Kota Banda Aceh yang

diteliti oleh Ratna Dewi, mahasaiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah

Kuala. Adapun kesamaan dari skripsi tersebut adalah sama – sama

meneliti tentang perlindungan yang diberikan oleh PT Asuransi Kerugian

Jasa Raharja. Namun perbedaannya pada penelitian yang akan diteliti kali

ini dilihat dari penyedia jasa pengangkutan penumpang yaitu dalam

penelitian ini kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum

antar kota.

H. METODE PENELITIAN

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan yaitu segala cara dalam

kerangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa

metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu,

tetapi suatu himpunan pengetahuan saja tentang berbagai gejala, tanpa dapat
11

disadari hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya7. Oleh karena

itu, penulisan skripsi ini merupakan penelitian yuridis empiris setelah

pendekatan masalah didasarkan pada peraturan perundang - undangan yang

berlaku atau studi kepustakaan, kemudian penelitian ini juga melakukan

penelitian lapangan untuk mendapatkan bahan dan data sesuai dengan

permasalahan penelitian yang bersangkutan.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Utara. Dipilihnya Kabupaten Tapanuli Tengah karena banyak ditemukan

kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum antar kota yang

melayani mayarakat menuju kota lainnya di dalam Provinsi Sumatera Utara.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu, gejala atau seluruh

kejadian ataupun seluruh unit yang ingin diteliti. Populasi penelitian yang

akan di teliti adalah PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli

tengah, Dinas Perhubungan kabupaten Tapanuli Tengah, dan pelaku usaha

penyedia jasa angkutan yang menggunakan kendaraan pribadi sebagai

angkutan umum antar kota dalam provinsi di Kabupaten Tapanuli Tengah,

Sumatera Utara.

7
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2010), hlm 45.
12

3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik

penentuan sampel dengan Kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam

memilih sampel8. Dari keseluruhan populasi dipilih beberapa sampel yang

terdiri dari responden dan informan yang diperkirakan dapat mewakili

keseluruhan populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut :

a. Responden

Responden adalah orang yang memberikan keterangan berdasarkan

pengalaman secara langsung. Adapun yang menjadi responden dalam

permasalahan ini adalah :

1) 2 (dua) Orang karyawan bidang klaim PT Asuransi Kerugian Jasa

Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah

2) Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan

Kabupaten Tapanuli Tengah.

3) 4 (empat) orang penyedia jasa angkutan travel plat hitam di

Kabupaten Tapanuli Tengah.

b. Informan

Informan adalah orang yang memberikan keterangan berdasarkan

pengetahuan semata. Adapun yang menjadi informan dalam permasalahan

ini adalah :

8
Ibid, hlm 49.
13

1) Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Tapanuli

Tengah.

2) 2 Orang Polisi Lalu Lintas Kabupaten Tapanuli Tengah.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rangka menyusun skripsi

ini berupa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu dengan melakukan

teknik wawancara dengan para pihak dengan para responden dan

informan.

b. Penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data primer,

sekunder, dan tersier yaitu sebagai berikut:

1) Bahan hukum primer, terutama UU No 33 Tahun 1964 tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, dan Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965. Selanjutnya disingkat PP No 17

Tahun 1965.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang tidak mengikat tetapi

menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil

olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari

suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk

kemana peneliti akan mengarah. Bahan hukum sekunder yang

digunakan adalah doktrin-doktrin yang ada di dalam buku, jurnal

hukum, dan internet.


14

3) Bahan hukum tersier, yang berperan sebagai bahan hukum penunjang

yang memberikan penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer

dan sekunder. Sebagai contoh adalah seperti kamus hukum,

ensiklopedia dan bahan hukum penunjang lainnya.

5. Cara Menganalisis Data

Semua data yang terkumpul, baik melalui penelitian kepustakaan maupun

penelitian lapangan dianalisis dengan mengunakan pendekatan kualitatif.

Kemudian, data primer dan sekunder yang berhasil dikumpulkan melalui

penelitian lapangan, diolah secara sistematis dan diinterpretasikan sehingga

dapat memberi jawaban terhadap permasalahan.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami danmenyusun skripsi ini, dalam

pembahasannya akan dibagi kedalam beberapa bab dan sub bab. Pembahasan

tersebut akan dimulai dari hal – hal yang bersifat umum mengarah kepada

hal–hal yang bersifat khusus sebagai berikut.

Bab I merupakan bab pendahuluan yang didalamnya terdiri dari empat sub

bab yaitu latar belakang dan rumusan masalah, ruang lingkup dan tujuan

penelitian, metode penelitian, dan diakhiri dengan menguraikan sistematika

pembahasan.
15

Bab II dengan judul tinjauan umum mengenai Perasuransian dan Asuransi

di Indonesia merupakan bab landasan teoritis yang berisikan pendapat para

sarjana, ketentuan perundang – undangan yang menyangkut dengan topik

yang akan dibahas dan akan memuat tinjauan umum tentang Perasuransian

dan Asuransi, Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang dan Dasar Hukum

Penyelenggaraan Angkutan Umum Dengan Kendaraan Pribadi.

Bab III dengan judul tanggung jawab PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja

Terhadap Penumpang Kendaraan pribadi yang dijadikan Sebagai Angkutan

Umum Antar Kota merupakan bab dari hasil penelitian lapangan yang bertitik

tolak dari uraian pada bab II. Bab ini terdiri dari tiga sub bab sesuai dengan

permasalahan yang ada yaitu mengenai faktor-faktor PT Asuransi Kerugian

Jasa Raharja menerima kendaraan pribadi sebagai peserta asuransi kecelakaan

penumpang, sistem pembayaran premi asuransi sosial kecelakaan penumpang

pada kendaraan pribadi yang beralih fungsi sebagai angkutan umum antar

kota, dan pelaksanaan perlindungan asuransi kecelakaan penumpang

kendaraan pribadi yang beralih fungsi menjadi angkutan umum antar kota.

Bab IV merupakan bab penutup yang didalamnya berisikan kesimpulan dari

uraian bab III dan juga dikemukakan beberapa saran yang dirasakan

bermanfaat serta dapat menjawab permasalahan yang ada.


16

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERASURANSIAN DAN

ASURANSI DI INDONESIA

A. Sistem Peransuransian dan Asuransi di Indonesia

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam peraturan

perundang – undangan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian

berasal dari kata “Asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas

suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian9. Apabila kata

“Asuransi diberi imbuhan per-an, muncullah istilah hukum “perasuransian” yang

berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan

dengan asuransi ada 2 (dua) jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance

business). Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut

perusahaan asuransi (insurance company).

b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha

penunjang usaha asuransi (complementary insurance business).

Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut

perusahaan penunjang asuransi (complementary insurance company).

Dalam pengertian “perasuransian” selalu meliputi dua jenis kegiatan usaha,

yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan

perasuransian selalu meliputi perusahaan asuransi dan perusahaan penunjang

9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cetakan kelima, Aditya Bakti.
Bandung, 2011 hlm. 5
17

asuransi. Perusahaan asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha

asuransi. Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun

dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan

kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan

timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup

atau meninggalnya seseorang10.

Berdasarkan Pasal 246 KUHD asuransi didefinisikan sebagai berikut :

“Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian

kepadanya karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur – unsur asuransi sebagai

berikut11 :

a. Pihak – Pihak

Subjek asuransi adalah pihak – pihak dalam asuransi, yaitu

penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi.

Penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak.

Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan

berhak memperoleh pembayaran premi. Sedangkan tertanggung wajib

membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul

kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.

10
Ibid, hlm. 6.
11
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta,
2001, hlm. 7.
18

b. Status Pihak – Pihak

Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum,dapat

berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan Perseroan (persero)

atau koperasi. Tertanggung dapat berstatus sebagai perseorangan,

persekutuan atau badan hukum.

c. Objek Asuransi

Objek asuransi dapat berupa benda hak atau kepentingan yang melekat

pada benda dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian.

Melalui objek asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh

pihak-pihak. Penanggung bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah

premi sebagai imbalan pengalihan risiko tertanggung bertujuan bebas

dari risiko dan memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas

harta miliknya.

d. Peristiwa Asuransi

Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum (legal act) berupa

persetujuan atau kesepakatan bebas antara penanggung dan

tertanggungmengenai objek asuransi, peristiwa tidak pasti (evenemen)

yang mengancam benda asuransi, dan syarat – syarat yang berlaku

dalam asuransi.

e. Hubungan Asuransi

Hubungan asuransi yang terjadi antara penanggung dan tertanggung

adalah keterikatan (legally bound) yang timbul karena persetujuan atau

kesepakatan bebas. Ketertikatan tersebut berupa kesediaan secara


19

sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi kewajiban

dan hak masing – masing terhadap satu sama lain.

Asuransi merupakan perjanjian timbal balik. Berkaitan dengan hal tersebut,

para pihak, yaitu penanggung dan tertanggung masing-masing mempunyai hak

dan kewajiban yang saling berhadap-hadapan12. Hak dan kewajiban tersebut dapat

berasal dari ketentuan KUHD dan polis yang merupakan alat bukti ditutupnya

perjanjian. Adapun hak dan kewajiban dimaksud, antara lain, sebagai berikut13.

A. Hak Tertanggung

a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung;

b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung;

c. Meminta ganti kerugian kepada penanggung, karena pihak yang

disebut terakhir ini lalai menandatangani dan menyerahkan polis

sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung;

d. Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebeaskan penanggung

dari segala kewajibannya pada waktu yang akan datang; untuk

selanjutnya tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya

kepada penanggung yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama

dengan asuransi yang pertama;

e. Mengadakan solvabiliteit verzekering,karena tertanggung ragu – ragu

akan kemampuan penanggungnya; dalam hal ini, harus tegas bahwa

tertanggung hanya akan mendapat ganti kerugian dari salah satu

penanggung saja;

12
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
cetakan kedua, PT.Alumni.2003 hlm 20.
13
Ibid, hlm 2.
20

f. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian,

apabila perjanjian asuransi batal atau gugur; hak tertanggung

mengenai hal ini dilakukan apabila tertanggung beretikad baik;

g. Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang

diperjanjikan dalam polis terjadi.

B. Kewajiban Tertanggung

a. Membayar premi kepada penanggung;

b. Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai

objek yang diasuransikan;

c. Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat

menimbulkan kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak

terjadi atau dapat dihindari; apabila dapat dibuktikan oleh

penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha untuk mencegah

terjadinya peristiwa tersebut, dapat menjadi salah satu alasan bagi

penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian, bahkan

sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung;

d. Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa

yang menimpa obyek yang diasuransikan, termasuk usaha-usaha

pencegahannya.

C. Hak Penanggung

a. Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai perjanjian;

b. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung

yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya;


21

c. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang

diperjanjikanterjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung

sendiri;

d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau

gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung;

e. Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain dengan

maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya.

D. Kewajiban Penanggung

a. Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada

tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika

terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebeaskan dari

kewajiban tersebut.

b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung.

c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau

gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian

atau seluruhnya.

d. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang

diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut

diperjanjikan demikian.

Demikian antara lain beberapa hak dan kewajiban tertanggung dan

penanggung dalam perjanjian asuransi sebagai perjanjian timbale balik. Agar

perjanjian asuransi yang diadakan terlaksana dengan baik, masing-masing pihak


22

dituntut untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan itikad baik yang

merupakan prinsip penting dalam perjanjian.

B. Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang

Sejarah asuransi sosial dalam pengertian yang luas, dimaksudkan untuk

menutup risiko-risiko sosial, yaitu semua jenis risiko yang terdapat dalam

masyarakat, misalnya kehilangan penghasilan disebabkan usia, pengangguran,

kematian atau karena kehilangan kemampuan untuk bekerja14. Timbulnya resiko

sosial berkaitan dengan makin meningkatnya permasalahan yang terjadi dalam

masyarakat. Semakin kompleks suatumasyarakat, semakin kompleks pula

permasalahan yang terdapat di dalamnya. Keadaan demikian, berbeda dengan

masyarakat sederhana. Pada zaman prasejarah, ketika pada umumnya manusia

hidup sendiri – sendiri dan tinggal di gua – gua, untuk memenuhi kebutuhan hidup

diri dan keluarganya dilakukan dengan berburu, memancing, atau dari hasil alam

lainnya15.

Pada waktu mulai manusia hidup dalam kelompok, baik berupa suku maupun

keluarga besar, benih – benih dari jaminan sosial sudah mulai tampak. Dalam

kehidupan masyarakat sudah dirasakan ada solidaritas sosial. Setiap anggota

kelompok mempunyai kewajiban moral untuk membantu anggota keluarganya

yang sudah tua atau kurang beruntung dalam kehidupannya. Apabila kewajiban

sosial tersebut tidak dilaksanakan, akan terdapat sanksi dari masyarakat. Ada

14
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
cetakan kelima, PT Alumni.2003 hlm. 105
15
ibid
23

beberapa perbedaan umum antara asuransi sosial dengan asuransi komersial,

yaitu16:

a. Pada asuransi komersial kepesertaan bersifat sukarela sedangkan pada

asuransi sosial bersifat wajib.

b. Perikatan yang terjadi antara para pihak dalam asuransi komersial

bersumber kepada perjanjian sedangkan pada asuransi sosial bersumber

kepada Undang – Undang

c. Penutupan perjanjian asuransi komersial yang bersifat individual

sedangkan dalam asuransi sosial bersifat kolektif

d. Dalam asuransi komersial mengenai masalah risiko dan evenement

merupakan hak tertanggung untuk memilihnya sedangkan dalam asuransi

sosial tentang risiko dan evenement sudah ditentukan oleh peraturan per-

undang-undangan.

Beberapa asuransi sosial yang diselenggarakan di Indonesia dalam rangka

menciptakan kesejahteraan masyarakat, antara lain:

a. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

b. Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang

c. Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

d. Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun

beserta anggota keluarganya

e. Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

f. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

16
Ibid. hlm. 117
24

Asuransi sosial kecelakaan penumpang diatur dalam UU No 33 Tahun 1964

tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara

Nomor 137 Tahun 1964 yang mulai berlaku 31 Desember 1964. Undang –

Undang ini dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 yang

mulai berlaku 10 April 1965. Undang – Undang ini beserta peraturan

pelaksanaannya merupakan dasar berlakunya Asuransi Sosial Kecelakaan

penumpang.

Asuransi sosial kecelakaan penumpang termasuk jenis asuransi wajib

(compulsory Insurance). Dikatakan asuransi wajib kecelakaan karena17:

a. Berlakunya Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang karena

diwajibkan oleh undang – undang, bukan karena perjanjian. Undang –

undangnya sendiri berjudul Pertanggungan Wajib Kecelakaan

Penumpang.

b. Pihak penyelenggara asuransi ini adalah pemerintah yang

didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara (Pasal 14 ayat (1)

Undang – undang Nomor 2 Tahun 1992).

c. Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang bermotif perlindungan

masyarakat (social security), yang dananya dihimpundari masyarakat

dan digunakan untuk kepentingan masyarakat yang diancam bahaya

kecelakaan.

17
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cetakan kelima, Aditya
Bakti.2011 hlm. 205.
25

d. Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat, tetapi belum digunakan

sebagai dana kecelakaan, dimanfaatkan untuk kesejahteraan

masyarakat melalui program investasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, asuransi ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada masyarakat dengan memberikan ganti rugi terhadap apa

yang dialami oleh penumpang. Ganti Kerugian Asuransi Sosial Kecelakaan yang

diberikan telah diatur di dalam Pasal 11 PP No 17 tahun 1965 yang meliputi

besarnya ganti kerugian pertanggungan dalam hal kematian, cacat tetap,

maksimum penggantian biaya – biaya perawatan, dan pengobatan dokter, serta

penggantian biaya penguburan ditentukan oleh menteri keuangan.

Ganti kerugian pertanggungan dapat diberikan kepada korban kecelakaan

apabila penumpang sebagai tertanggung tidak meninggal dunia. Akan tetapi,

apabila penumpang yang menjadi korban itu meninggal dunia, yang berhak

menerima ganti kerugian pertanggungan adalah dalam urutan sebagai brikut18 :

a. Janda/Dudanya yang sah, atau

b. Jika ini tidak ada, anak-anaknya yang sah, atau

c. Jika ini tidak ada, orang tuanya yang sah.

Hak untuk mendapat ganti kerugian pertanggungan ini tidak boleh diserahkan

kepada pihak lain, digadaikan, atau dibuat tanggungan pinjaman, dan tidak boleh

disita untuk menjalankan putusan hakim atau menjalankan kepailitan 19. Menurut

18
I bid, hlm. 211.
19
Ibid, hal 212.
26

ketentuan Pasal 14 PP No 17 Tahun 1965, pembayaran ganti kerugian

pertanggungan tidak mengurangi tanggung jawab dari pihak pengangkut dan/atau

pihak lain yang dapat dipersalahkan menurut hukum pidana, perdata, atau

perjanjian internasional.

C. Dasar Hukum Penyelenggaraan Angkutan Umum Dengan Kendaraan

Pribadi.

Berlakunya Undang – Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang ini tidak terlepas hubungannya

dengan Undang – Undang yang lain. Keterkaitan yang dimaksud adalah dengan

Undang – Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Keterkaitan kedua Undang –

Undang ini terdapat pada Pasal 1 huruf b bahwa “Kendaraan bermotor umum

“ialah kendaraan bermotor umum yang dipakai untuk mengangkut penumpang

menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan”.

Pasal 2 UU No 33 Tahun 1964 menentukan bahwa “Hubungan hukum

pertanggungan wajib kecelakaan penumpang diciptakan antara pembayar iuran

dan penguasa dana”. Berdasarkan ketentuan ini dapat dipahami dari segi hukum

asuransi bahwa penguasa dana berkedudukan sebagai penanggung, sedangkan

pembayar iuran berkedudukan sebagai tertanggung. Penguasa dana sebagai

penanggung memikul risiko kecelakaan yang mungkin dialami oleh pembayar

iuran sebagai tertanggung. Penguasa dana sebagai penanggung ditentukan dalam

Pasal 1 huruf (e) dan huruf (f) PP No 17 Tahun 1965. Menurut ketentuan pasal

tersebut, pertanggungan adalah penanggung, yaitu perusahaan negara yang


27

dimaksud dalam Pasal 8 dan penumpang alat angkutan penumpang umum yang

sah.20

Berdasarkan dengan Penjelasan UU No 33 Tahun 1964 tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, bahwa Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang hanya diberikan kepada Penumpang Angkutan Umum

yang sah menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, selanjutnya

disingkat dengan UULAJ. Syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha angkutan

umum berdasarkan Undang – Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 173

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang

dan/atau barang wajib memiliki :

a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/atau

c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

2. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku untuk:

a. Pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau

b. Pengangkutan jenazah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan juga

mengatur syarat wajib perolehan izin usaha angkutan umum yang harus dipenuhi

berdasarkan Pasal 20, yaitu sebagai berikut :

20
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cetakan kelima, Aditya
Bakti.2011 hlm. 206.
28

a. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)

b. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk

badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) huruf a dan

huruf b, akte pendirian koperasi bagi pemohon sebagaimana dimaksud

dalam pasal 18 ayat (1) huruf c dan tanda jati diri bagi pemohon

sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf d;

c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;

d. Memiliki surat ijin tempat usaha (SITU);

e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai kendaraan

bermotor

f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan

kendaraan bermotor

Kemudian, calon penyedia jasa angkutan harus melengkapi izin

penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek diatur dalam Pasal 174, Pasal 175,

Pasal 177, dan Pasal 179 UULAJ yaitu:

1. Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat (1) berupa dokumen

kontrak dan/atau kartu elektronik yang terdiri atas surat keputusan, surat

pernyataan, dan kartu pengawasan.

2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui

seleksi atau pelelangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa izin pada 1(satu)

trayek atau pada beberapa trayek dalam satu kawasan.


29

Setelah mendapatkan izin sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 174

tentang dokumen kontrak, persetujuan dan pengawasan, pengusaha penyedia jasa

angkutan juga harus mempersiapkan izin sebagaimana yang dimaksud di dalam

Pasal 175 yaitu izin penyelenggaraan angkutan umum berlaku jangka waktu

tertentu dan perpanjangan izin harus melalui proses seleksi atau pelelangan

sebagaima dimaksud dalam pasal 174 ayat (2).

Kemudian setelah mempersiapkan perizinan sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 174, dan Pasal 175. Pemegang izin berdasarkan Pasal 177

penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek wajib:

a. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang diberikan

b. Mengoperasikan kendaraan bermotor umum sesuai dengan standar

pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam pasal 174 ayat (2).

Sedangkan untuk perizinanan penyelenggaraan angkutan orang diatur dalam Pasal

179 UULLAJ yang antara lain berbunyi :

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b diberikan oleh :

a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu

lintas dan angkutan jalan untuk angkutan orang yang melayani :

a.1. Angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui satu daerah

provinsi

a.2. angkutan dengan tujuan tertentu atau

a.3. angkutan pariwisata.


30

b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui

lebih dari satu daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi

c. Gubernur daerah khusus ibu kota Jakarta untuk angkutan taksi dan

angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam

wilayah provinsi daerah khusus ibukota Jakarta dan

d. Bupati/walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang

wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten/kota.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri yang

bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan

jalan.

Syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa angkutan penumpang

adalah diwajibkan untuk memperoleh ijin trayek angkutan umum sabagaiman

diatur dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yaitu :

1. Untuk memperoleh ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat

(2) wajib memenuhi persyaratan :

a. Memiliki ijin usaha angkutan;

b. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan;

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendraan bermotor;

d. Memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor;

2. Untuk kepentingan tertentu kepada perusahaan angkutan dapat diberikan

izin untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang

dari ijin trayek yang dimiliki.


31

Berdasarkan penjelasan UU NO 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan mengenai syarat suatu angkutan umum dianggap sah apabila

memenuhi segala prosedur yang ditetapkan berdasarkan UULLJ. Dengan

demikian Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang yang

diselenggarakan oleh PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja berdasarkan UU No 33

Tahun 1964 dapat diberikan kepada pihak tertanggung yang mengalami

kecelakaan.
32

BAB III

TANGGUNG JAWAB PT ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

TERHADAP KECELAKAAN PENUMPANG KENDARAAN PRIBADI

YANG DIJADIKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM

A. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Kendaraan Pribadi Menjadi

Peserta Asuransi Kecelakaan Penumpang Pada PT Asuransi Kerugian

Jasa Raharja

Penyelenggaraan asuransi kecelakaan penumpang oleh PT Asuransi

Kerugian Jasa Raharja mengacu kepada UU No 33 Tahun 1964 Tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Di dalam Undang – Undang

tersebut dijelaskan bahwa yang berhak mendapatkan klaim asuransi kecelakaan

penumpang adalah penumpang angkutan umum yang sah dan diakui di Indonesia.

Namun angkutan umum di Indonesia tidak hanya terdiri dari angkutan umum

bernomor polisi warna kuning, melainkan angkutan umum yang sebelumnya

merupakan kendaraan pribadi yang dialih fungsikan menjadi angkutan umum

antar kota dalam provinsi maunpun antar kota antar provinsi. Keadaan inilah yang

mengharuskan PT Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja menerima kendaraan pribadi

yang dijadikan sebagai angkutan umum menjadi salah satu peserta penerima

asuransi kecelakaan penumpang. Sebagaimana dijelaskan oleh Penanggung Jawab

PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah, Fahmi Amsari

bahwa PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja tidak bermaksud untuk melampaui


33

batasan yang diatur di dalam UU No 33 Tahun 1964 mengenai apa yang

dimaksud dengan angkutan umum. PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja hanya

ingin mengakomodir hak – hak yang sepatutnya juga didapatkan oleh penumpang

angkutan umum walaupun angkutan umum tersebut merupakan kendaraan pribadi

yang beralih fungsi21. Penerimaan kendaraan pribadi sebagai salah satu peserta

bukan semata-mata diterima begitu saja, melainkan ada hal – hal yang dijadikan

sebagai dasar. Ada 4 faktor besar yang mempengaruhi penerimaan kendaraan

pribadi sebagai peserta asuransi kecelakaan penmpang22.

1. Faktor Ekonomi

Setiap manusia diharuskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

serta memperoleh kehidupan yang layak, baik untuk dirinya sendiri,

keluarga, dan orang-orang di sekitarnya. Banyak cara yang dapat

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh kehidupan yang

layak. Diantaranya menjadi pengusaha, pengrajin, karyawan, dan profesi

pekerjaan lainnya. Begitu juga dengan sopir atau kernet angkutan umum

ataupun termasuk pemilik/pengusaha angkutan umum. Semua profesi

tersebut adalah cara dimana mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka dan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Bagi sopir dan kernet sebagian besar dari mereka bekerja sepenuh

waktu untuk mengejar setoran atau mencapai target yang telah ditetapkan

oleh pemilik usaha angkutan umum. Semakin bertambahnya jumlah

angkutan umum setiap harinya, menggambarkan bahwa semakin banyak

21
Wawancara pimpinan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah,
Fahmi Amsari
22
ibid
34

pula orang yang memilih untuk bekerja di dunia transportasi umum,

mengingat bahwa pekerjaan tersebut memiliki potensi untuk

dikembangkan dan angkutan umum semakin banyak dibutuhkan oleh

masyarakat untuk bepergian sehari-hari.

Penerimaan angkutan umum menggunakan mobil pribadi oleh PT

Asuransi Kerugian Jasa Raharja tetap mengkaji bagaimana pengusaha

penyedia jasa angkutan memenuhi kebutuhan untuk berpergian ke tempat

yang lain, sehingga penyedia jasa angkutan dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat akan angkutan jasa hanya memanfaatkan apa yang telah

dimiliki. Sebagai contoh dalam hal penyedian armada jasa pengangkutan

menggunakan kendaraan pribadi penyedia jasa itu sendiri, karena

keterbatasan ekonomi untuk dapat menyediakan angkutan umum seperti,

L300 ataupun sejenisnya23. Kemudian ketika penyedia jasa angkutan

menyediakan armada sejenis L300 dengan cara mengganti kendaraan

pribadi miliknya, maka penyedia jasa tidak dapat lagi menggunakan

kendaraan L300 tersebut untuk bersantai dengan keluarga ketika tidak

mendapatkan jadwal untuk membawa penumpang. Hal inilah yang

menjadi faktor penyedia jasa tidak menyediakan armada sejenis L30024.

2. Faktor Administrasi Mengenai Izin Angkutan Umum

Izin bagi angkutan umum mutlak diperlukan. Kendaraan bermotor

ataupun mobil yang sudah mendapatkan izin untuk beroperasi maka

23
Wawancara Pimpinan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah,
Fahmi Amsari
24
Wawancara penyedia jasa CV Barus Hilir Transport, Fazri Pasaribu
35

menjadi sah dan diakui oleh pemerintah sebagai angkutan umum resmi

dan memakai plat kuning. Setelah kendaraan tersebut memenuhi

persyaratan dan layak jalan sebagai angkutan umum menurut UU dan

Peraturan pemerintah mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(UULLAJ). Izin tersebut meliputi izin usaha angkutan, izin trayek, dan

izin operasional. Untuk memperoleh izin menjadikan mobil pribadi

sebagai angkutan umum, pemilik/pengusaha diwajibkan untuk mengurus

administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seperti persyaratan

dalam izin usaha, trayek, opersional, membayar sumbangan wajib dan

dana asuransi serta pungutan - pungutan lainnnya. Penyedia jasa angkutan

bernomor polisi warna hitam yang diteliti pada penelitian ini semuanya

telah mendapatkan izin – izin sebagaimana yang ditentukan, namun

mengenai kewajiban nomor polisi menjadi warna kuning, para penyedia

jasa angkutan penumpang tidak bersedia untuk menggantinya dari nomor

polisi warna hitam, karena kendaraan yang digunakan untuk menyediakan

jasa untuk masyarakat sering dipakai untuk keperluan pribadi ketika tidak

membawa penumpang selain biaya administrasi angkutan umum bernomor

polisi bewarna kuning jauh lebih besar daripada kendaraan pribadi

termasuk dengan perwatan-perawatan yang harus dijalani25.

25
Wawancara Pimpinan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah,
Fahmi Amsari.
36

3. Faktor Banyaknya Jumlah Pengguna Jasa Angkutan Umum Yang Tidak

Tertampung Oleh Angkutan Umum bernomor polisi warna kuning

Dengan bertambah banyaknya jumlah pengguna jasa angkutan

umum ditambah dengan mobilitas yang tinggi dari pengguna jasa itu

sendiri menimbulkan permasalahan baru didalam bidang angkutan umum.

Mengingat jumlah angkutan bernomor polisi warna kuning sendiri

sangatlah terbatas tetapi keadaan dilapangan membuktikan bahwa

angkutan umum resmi yang beredar tidak dapat menampung banyaknya

pengguna jasa angkutan umum. Keadaan ini memberikan kesempatan

kepada angkutan umum tidak resmi berplat hitam untuk beroperasi.

4. Faktor letak geografis daerah dan kenyamanan penumpang

Masyarakat Tapanuli Tengah secara umum sudah memiliki

kendaraan pribadi yang mempengaruhi tingkat kenyamanan yang

dirasakan ketika perjalanan keluar kota. Ketika menggunakan angkutan

umum yang kebanyakan tidak sebagus dan senyaman kendaraan pribadi,

menjadikan pengguna jasa angkutan umum tersebut menjadi enggan untuk

menggunakan jasa angkutan umum bernomor polisi warna kuning.

Seperti halnya pendapat Fazri Pasaribu selaku salah satu penyedia

jasa angkutan umum menggunakan kendaraan pribadi yaitu:

“masyarakat Tapanuli Tengah ini secara umum telah memiliki mobil


pribadi masing-masing bahkan timbul pertanyaan untuk apa mereka masih
menggunakan jasa angkutan umum bukan menggunakan kendaraan
masing – masing saja untuk berpergian, selain lebih hemat, faktor
kenyamanan yang dirasakan pengguna jasa angkutan umum ini lah yang
37

menjadi daya tariknya. Kemudian masyarakat Tapanuli Tengah pada


umumnya memiliki tingkat mabuk perjalanan yang tinggi yang juga
dipengaruhi oleh keadaan jalan yang dilewati yang berliku-liku. Dengan
keadaan yang seperti ini, masyarakat lebih memilih angkutan umum
dengan kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum yang secara umum
kita kenal, karena di dalam benak masyarakat itu sendiri sudah tertanam
bahwa pemilik kendaraan pribadi akan jauh lebih menjaga keadaan
kendaraannya dibandingka dengan angkutan umum bernomor polisi warna
kuning. Kemudian faktor lainnya adalah keadaan Tapanuli Tengah ini
berada di tepi pantai dan dikaki gunung, terkadang para pelancong dari
Tapanuli Tengah membawa oleh – oleh ikan kering yang baunya sangat
menyegat. Biasanya kuantitasnya banyak dan memerlukan bagasi
kendaraan yang luas, maka angkutan umum yang sering digunakan adalah
angkutan umum bernomor polisi warna kuning seperti L300, sedangkan
angkutan umum yang menggunakan kendaraan pribadi memiliki bagasi
tergolong kecil sehingga tidak bisa di muat dengan barang – barang yang
banyak seperti ikan kering. Hal ini juga menjadi pertimbangan
kenyamanan yang dirasakan pengguna jasa angkutan umum yang
menggunakan kendaraan pribadi26”.

Dari beberapa faktor di atas, PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja dapat

menerima faktor – faktor yang terjadi di masyarakat, Sehingga angkutan umum

yang menggunakan kendaraan pribadi ikut menjadi peserta asuransi sosial

sebagaimana angkutan umum pada umumnya. Namun faktor yang paling

mendasar diterimanya kendaraan pribadi sebagai peserta asuransi sosial yaitu

jumlah armada angkutan umum bernomor polisi warna kuning tidak mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai konsumen ketika hendak berpergian.

Penerimaan ini tidak ditentukan oleh PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja ditingkat

cabang ataupun kabupaten, melainkan harus mengajukan permohonan kepada PT

Asuransi Kerugian Jasa Raharja di tingkat provinsi agar diberikan persetujuan

sehingga kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum diakui

26
Wawancara Penyedia Jasa Angkutan Umum, CV Barus Hilir Transport, Fazri Pasaribu
38

sebagai peserta asuransi sosial penumpang dan mendapat hak dan kewajiban yang

sama dengan angkutan umum bernomor polisi warna kuning sebagaimana

mestinya. Ketentuan ini dapat dicabut kembali apabila faktor yang menjadi dasar

persetujuan sudah tidak berlaku di masyarakat apabila angkutan umum bernomor

polisi warna kuning sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk

berpergian sepenuhnya dan begitu pula sebaliknya apabila faktor persetujuan

masih terjadi di masyarakat maka persetujuan yang diberikan tetap dapat

berlaku27.

Demikian beberapa faktor yang melatar belakangi PT Asuransi Kerugian Jasa

Raharja menerima kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum

sebagai peserta asuransi kecelakaan penumpang agar penumpang yang sebagai

pengguna jasa angkutan umum yang menggunakan kendaraan pribadi tersebut

dapat terjamin hak perlindungannya apabila terjadi kecelakaan. Faktor – faktor di

atas ada karena keadaan yang dihadapi penyedia jasa angkutan penumpang ketika

mempunyai ide untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar dalam hal

terkoneksi dengan daerah lain Dan tidak semua daerah dapat menerapkan hal yang

sama, hanya beberapa daerah saja yang dianggap sangat diperlukan pengaturan

yang demikian dibenarkan sebagai peserta asuransi kecelakaan penumpang28.

27
Wawancara Pimpinan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah,
Fahmi Amsari.
28
Wawancara Kabid Humas PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Provinsi Aceh, Peter.
39

B. Pembayaran Premi Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang pada

Kendaraan Pribadi yang Beralih Fungsi Menjadi Angkutan Umum

Berkaitan dengan premi pada PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja terkait

dengan Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang akan dibagi menjadi 3 subbab

yaitu Jenis Premi, Besaran Premi dan Santunan dan Teknis Pengutipan Premi.

a. Jenis Premi

Pembayaran premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Asuransi

Kerugian Jasa Raharja dikenal dengan 2 (dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW)

dan Sumbangan Wajib (SW). Iuran Wajib dikutip atau dikenakan kepada

penumpang alat transportasi umum seperti kereta api, pesawat terbang, bus,

dan sebagainya (Pasal 3 (1) a UU No. 33 tahun 1964 jo Pasal 2 (1) PP No 17

Tahun 1965. Seangkan khusus penumpang kendaraan umum didalam kota

dan kereta api jarak pendek (kurang dari 50 kilometer) dibebaskan dari

pembayaran iuran wajib tersebut. Sumbangan wajib dikutip atau dikenakan

kepada pemilik/pengusaha kendaraan bermotor (Pasal 2 (1) UU No 33 Tahun

1964 jo Pasal 2 (1) PP No. 18 Tahun 1965.

b. Besaran Premi

Besaran iuran wajib dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang

dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

15/PMK.010/2017 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang

Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyebrangan, Laut dan Udara. Untuk


40

sumbangan wajib dan santunanya diatur berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 16/PMK.010/2017 tentang Besar Santunan dan Sumbangan

Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan29.

Adapun besaran iuran wajib yang harus dibayarkan oleh penumpang

melalui pengusaha/penyedia jasa digolongkan kedalam beberapa

pengelompokan. Pengelompokan yang pertama adalah besaran iuran wajib

terhadap alat angkutan penumpang umum di darat yakni sebesar Rp. 60,00

(enampuluh rupiah) sedangkan pada kereta api sebesar Rp. 120,00 (seratus

dua puluh rupiah). Kemudian pengelompokan yang kedua adalah besaran

iuran wajib terhadap alat angkutan penumpang umum di sungai/danau yakni

sebesar Rp. 100,00 (seratus rupiah) apabila biaya angkutan yang dikenakan

kepada penumpang sebesar Rp. 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah)

sedangkan alat angkutan yang biaya angkutannya diatas Rp. 2.500,00 (dua

ribu lima ratus) dikenakan iuran wajib sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah).

Kemudian pengelompokan yang ketiga adalah besaran iuran wajib terhadap

alat angkutan penumpang umum ferry/penyebrangan dan laut yakni sebesar

Rp. 100,00 (seratus rupiah) apabila biaya pengangkutannya sampai dengan

Rp. 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah), pada angkutan Ferry/

Penyebrangan dan laut yang biaya angkutannya daiatas Rp. 2.500,00 (dua

ribu lima ratus rupiah) sampai Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah) akan

dikenakan iuran wajib sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah) sedangkan pada

biaya angkutan penyebrangan diatas Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah) akan

29
Wawancara Pimpinan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah,
Fahmi AmsariS
41

dikenakan iuran sebesar Rp. 400,00 (empat ratus rupiah). kemudian pada

angkutan ferry/penyebrangan yang biaya angkutannya diatas Rp. 10.000,00

(sepuluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu

rupiah) dikenakan iuran sebesar Rp. 800,00 (delapan ratus rupiah). serta

angkutan penyebrangan yang biaya angkutannya diatas Rp. 25.000,00 (dua

puluh lima ribu rupiah dikenakan iuran sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu

rupiah). kemudian pengelompokan yang keempat adalah pada alat angkutan

umum udara yaitu sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah). demikian

pengelompkan besaran iuran yang ditetapkan kepada seluruh angkutan umum

yang ada di Indonesia, berhubung penelitian ini meneliti tentang angkutan

umum darat yaitu kendaraan bermotor umum, maka besaran yang harus

dibayarkan oleh pengusaha/penyedia jasa angkutan umum adalah sebesar Rp.

60,00 (enam Puluh rupiah). ketentuan di atas berlaku untuk angkutan

bernomor polisi warna kuning dan angkutan bernomor polisi warna hitam.

c. Teknis Pembayaran Premi

Teknis pengutipan premi oleh pengusaha ataupun penyedia jasa angkutan

umum terbagi kedalam dua bentuk yaitu Teknis Pengutipan Iuran Wajib dan

Teknis Pengutipan Sumbangan Wajib. Teknis pengutipan iuran wajib adalah

setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum

membayarkan iuran wajib yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat

membeli karcis atau membayar tarif angkutan dan pengutipan ini dilakukan

oleh masing – masing operator atau pengelola alat transportasi tersebut.

Sedangkan teknis pada pengutipan sumbangan wajib dilakukan secara


42

periodik (setiap tahun) dikantor samsat pada saat pendaftaran atau

perpanjangan STNK. Dalam hal pembayaran iuran wajib ini, juga ditetapkan

batas disetiap bulannya selambat-lambatnya tanggal 27.

Berkaitan dengan teknis pembayaran premi oleh angkutan umum yang

menggunakan kendaraan pribadi, Akhyar Habaiyahan selaku pengusaha jasa

angkutan umum dengan kendaraan pribadi menjelaskan bahwa pihaknya tetap

taat kepada aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal besaran

serta teknis pembayaran premi atau iuran wajib disetiap bulannya. Akhyar

juga menjelaskan jadwal pembayaran yang dilakukan oleh pihaknya

dilakukan pada rentan tanggal 23-25 disetiap bulannya. Adapun besar

tagihan/iuran yang harus dibayarkan oleh usaha angkutannya yaitu dilihat dari

jumlah penumpang pada setiap bulannya masing-masing penumpang yang

menggunakan jasa angkutan umum tersebut dikenakan Rp. 60,00 (enam

puluh rupiah), tapi karena jumlah iuran tersebut dapat dikatakan hampir sama

dengan Rp.100,00 (seratus rupiah), maka dilakukan pembulatan keatas yakni

menjadi Rp. 100,00 (seratus rupiah) pada setiap penumpang bukan lagi Rp.

60,00 (enam puluh rupiah)30.

Iuran wajib yang telah dikumpulkan oleh penyedia jasa angkutan umum

disetiap bulannya disetorkan dibayarkan kepada pihak PT Asuransi kerugian

Jasa Raharja baik kantor cabang ataupun kantor cabang pembantu. Dengan

demikian pihak jasa raharja tetap memberikan kewajiban serta mekanisme

yang sama kepada kendaraan pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum

30
Wawancara Penyedia Jasa Angkutan, CV. Barus Indah, Akhyar Habaiyahan
43

karena mengingat faktor – faktor yang terjadi di lingkungan masyarakat tanpa

ada perbedaan yang berarti dengan angkutan umum bernomor polisi warna

kuning pada umumnya31.

C. Pelaksanaan Perlindungan Asuransi Kecelakaan Penumpang

Menggunakan Kendaraan Pribadi.

PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja sebagai penyelenggara asuransi sosial

kecelakaan penumpang telah diberikan tugas oleh pemerintah untuk memberikan

perlindungan terhadap penumpang yang menggunakan jasa angkutan umum.

perlindungan yang dimaksud yaitu berupa santunan ataupun dana sosial yang

bersifat ganti rugi ataupun pembiayaan. Tujuan dari perlindungan ini setidak-

tidaknya untuk membantu dan meringankan beban yang di alami oleh penumpang

sebagai korban kecelakaan ataupun meringankan beban ahli waris yang

ditinggalkan apabila penumpang yang mengalami kecelakaan meninggal dunia32.

Kemudian besaran santunan yang diberikan kepada penumpang yang menjadi

korban kecelakaan sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 15/PMK.010/2017 yaitu apabila penumpang mengalami kecelakaan dan

meninggal dunia serta penumpang yang mengalami kecelakaan dan menyebabkan

cacat tetap, maka besar santunan yang diberikan kepada ahli waris/korban sebesar

Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). apabila penumpang memerlukan

perawatan dan pengobatan dokter berhak atas santunan paling banyak sebesar Rp.

31
Wawancara Pimpinan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Kabupaten Tapanuli Tengah,
Fahmi Amsari
32
ibid
44

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) kemudian diberikan biaya ambulance

paling banyak sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) serta diberikan

biaya pertolongan pertama sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah). kemudian

hak santunan juga diberikan kepada penumpang yang menggunakan alat angkutan

umum di udara baik diberikan kepada ahli warisnya ataupun kepada korban yaitu

apabila penumpang yang menjadi koerban kecelakaan meninggal dunia atau

menyebabkan cacat tetap, maka ahli waris/korban berhak atas santunan sebesar

Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). kemudian apabila korban

membutuhkan perawatan dan pengobatan dokter maka akan diberikan santunan

paling banyak sebesar Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan biaya

ambulance paling banyak sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) atau

biaya pertolongan pertama paling banyak sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta

rupiah).

Apabila dalam hal penumpang yang meninggal dunia akibat kecelakaan

selama berada di dalam alat angkutan umum di darat, sungai/danau,

fery/penyebrangan, laut dan udara tidak mempunyai ahli waris, kepada pihak yang

menyelenggarakan penguburan diberikan penggantian biaya penguburan sebesar

Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah). Santunan ini tidak hanya berlaku bagi

angkutan umum yang bernomor polisi warna kuning tapi juga kendaraan pribadi

yang dijadikan sebagai angkutan umum di Kabupaten Tapanuli Tengah karena

adanya faktor-faktor yang dapat diterima sebagai alasan pembenaran atas

beroperasinya angkutan umum menggunakan kendaraan pribadi33.

33
ibid
45

Lebih lanjut dijelaskan oleh pimpinan PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja

kab. Tapanuli Tengah, Fahmi Amsari, yaitu:

“Beberapa tahun yang lalu, pernah terjadi kecelakaan di Kecamatan Barus,


Tapanuli Tengah yang melibatkan antara Taxi travel plat hitam dengan mobil
pribadi, kebetulan mobil travel tersebut menuju barus dari arah medan,
sedangkan mobil pribadi yang menjadi lawannya dari arah sebaliknya.
Travel-travel plat kuning maupun plat hitam, berangkat dari Medan pada
umumnya malam dan sampai ke Barus itu pagi, mungkin karena faktor supir
yang kelelahan dan mengantuk, maka kecelakaan itu terjadi. Dari kecelakaan
itu untung saja tidak mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan hanya saja
penumpang depan dan supir yang harus mengalami perawatan di Rumah
Sakit F.L. Tobing Sibolga. Namanya juga sudah naas, kita juga meyakini
tidak ada satu orang pun yang menginginkan kecelakaan menghampirinya.
Maka dari itu kami dari PT. Jasa Raharja Kab. Tapanuli Tengah memberikan
santunan berupa biaya perobatan terhadap korban beserta “upah-upah” untuk
memulangkan “Sumangek” ke badan kalau kata orang Sibolga. misalkan tidak
ada santunan untuk mereka hanya karena alasan menggunakan angkutan
umum berplat hitam? Kan kasihan korban serta keluarganya, kita juga tidak
mengetahui bagaimana keadaan ekonomi seseorang itu, apalagi kita
mengetahui bersama kendaraan pribadi yang dijadikan angkutan umum ini
juga ada karena permintaan dari masyarakat itu sendiri. Saya juga sangat
apresiasi mengenai kerukunan antar sesama angkutan umum baik yang ber
plat kuning maupun plat hitam, keduanya sama-sama mendukung, terkadang
angkutan umum plat kuning yang tidak mampu lagi untuk mengangkut semua
penumpang, mereka (angkutan umum plat kuning) memberitahukan kepada
angkutan umum plat hitam agar mereka dapat mengangkutnya mungkin
karena tidak adanya perbedaan tarif diantara keduanya jdai tidak ada hal-hal
yang perlu di ributkan semuanya dikembalikan kepada selera masyarakatnya.
46

Makanya tadi saya sampaikan, mereka saja akur masa kita tidak mendukung
mereka?”.

Perlindungan yang diberikan oleh PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja

kepada angkutan umum menggunakan kendaraan pribadi juga tidak berhenti

untuk melakukan koordinasi terhadap lembaga-lembaga terkait, salah satunya

Organisasi Angkutan Darat (Organda). Organda merupakan organisasi tempat

pengaduan-pengaduan segala hal terhadap penyelenggaraan angkutan darat.

Organda hadir untuk memberikan perlindungan terhadap penyelenggaraan

angkutan umum darat yang muaranya adalah perlindungan terhadap penumpang

yang menggunakan jasa angkutan tersebut. Begitu juga apabila terjadi masalah-

masalah yang pada umumnya menyangkut tarif yang ditetapkan untuk suatu

tujuan yang ingin ditempuh34.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Agus Fitriadi Panggabean yaitu:

Organda hadir untuk memberikan wadah terhadap saran-saran yang


dikemukakan oleh penyelenggara angkutan karena tidak mungkin setiap
penyelenggara memberikan keputusan yang berbeda-berbeda. Organda juga
sebagai pemberi keputusan terhadap hal-hal umum dan menjadi pegangan
terhadap penyelenggara jasa angkutan umum seperti tarif. Mengenai
kehadiran angkutan umum yang menggunakan kendaraan pribadi di Tapanuli
Tengah ini, belum pernah ada keluhan-keluhan dari angkutan umum resmi
terkait kerugian yang ditimbulkan, karena angkutan umum yang
menggunakan kendaraan pribadi ini juga tunduk dibawah organda termasuk
mengenai tarif/ongkos, kecuali kalau misalnya mereka menetapkan lebih
murah daripada angkutan umum plat kuning baru bisa saya pastikan akan
banyak keluhan yang masuk. Kehadiran plat hitam ini jangan selalu dijadikan

34
Ketua Organda Kabupaten Tapanuli Tengah, Agus Fitriadi Panggabean
47

sebagai momok yang menakutkan terkadang angkutan plat kuning ini juga
yang menyebabkan angkutan umum plat hitam timbul selain keadaan sosial
masyarakat tentunya, salah satunya mengenai kenyamanan, saya rasa sangat
lumrah seorang penumpang menginginkan kenyamanan dalam perjalanan.
Kenyamanan itu kemungkinan besar kita dapatkan diangkutan umum yang
menggunakan mobil pribadi, perbandingannya juga jelas kenyamanan yang
diberikan mobil innova akan jauh berbeda disbandingkan dengan
kenyamanan yang diberikan oleh L300. Maka dari itu Organda Tapteng
berusaha untuk memberikan aturan-aturan main yang tidak tumpang tindih,
kita usahakan semuanya mendapat keuntungan yang sama, karena kita juga
tidak boleh mengenyampingkan keberadaan angkutan umum plat hitam
karena semuanya mengikuti aturan yang ada dan saling mendukung tentunya.

Berikut ini data kecelakaan yang dialami angkutan umum menggunakan

mobil pribadi yang diberikan santunan oleh PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja

baik kepada korban maupun ahli waris.

Tabel. 3
NO Nama Travel (th) Nama Korban Keterangan Santunan
1. CV Barus Indah (16) 1. Syukran Luka ringan Biaya
pengobatan
rumah sakit
2. CV Barus Hilir -Mutiara Ernanda P -Luka Berat -Biaya
Transport (16) -Imastian -Luka Ringan pengobatan,
-Yohandri -Luka berat ambulance dan
-M Dedi -Luka Ringan juga biaya
oprasi pada
luka berat
Sumber : PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja, Kab.Tapanuli Tengah.

Dari data pada tabel di atas, PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja tetap

memberikan santunan kepada penumpang yang mengalami kecelakaan walaupun

angkutan umum yang mengalami kecelakaan menggunakan kendaraan pribadi.


48

Demikian perlindungan yang diberikan oleh PT. Asuransi Jasa Ra.harja kepada

penumpang angkutan umum yang menggunakan kendaraan pribadi yang pada

prinsipnya tidak ada perbedaan didalam perlindungan yang diberikan, hanya saja

terdapat persyaratan-persyaratan tambahan dalam proses pengajuan klaim asuransi

apabila terjadi kecelakaan.

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan

relevan mengenai perusahaan;

2. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;

3. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat;

4. Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak

Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundangundangan.
49

BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Kendaraan Pribadi Menjadi Peserta

Asuransi Kecelakaan Penumpang Pada PT Asuransi Kerugian Jasa

Raharja semata-mata bukan untuk melegalkan apa yang mungkin lumrah

terjadi di daerah lain, kehadiran angkutan umum menggunakan kendaraan

pribadi di Kabupaten Tapanuli Tengah dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang dapat dikategorikan penting terhadap mempermudah proses

berpindahnya dari satu tempat ketempat yang lainnya menggunakan

angkutan umum darat. Maka dari itu PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja

menjadikan salah satu peserta asuransi kecelakaan penumpangnya adalah

kendaraan pribadi yang beralih fungsi. Adapun yang menjadi faktor-

faktor nya sebegai berikut:

a. Faktor Ekonomi

b. Faktor Administrasi Mengenai Izin Angkutan Umum, Izin bagi

angkutan umum mutlak diperlukan

c. Faktor Banyaknya Jumlah Pengguna Jasa Angkutan Umum Yang

Tidak Tertampung Oleh Angkutan Umum bernomor polisi warna

kuning.
50

d. Faktor letak geografis daerah dan kenyamanan penumpang

Namun penerimaan angkutan umum yang menggunakan kendaraan

pribadi sebagai peserta asuransi kecelakaan penumpang PT Asuransi

Kerugian Jasa Raharja tidak semuanya sama diseluruh daerah, hanya

beberapa daerah saja yang diberikan kebijakan tersebut.

2. Pembayaran premi asuransi sosial kecelakaan penumpang pada kendaraan

pribadi yang beralih fungsi menjadi angkutan umum tidak ada perbedaan

antara angkutan umum bernomor polisi kuning dan angkutan umum

bernomor polisi hitam. Peraturan yang ada mengenai besaran iuran

wajib/premi, tata cara pembayaran dan sebagaimana juga tidak terdapat

perbedaan.

3. Pelaksanaan Perlindungan Asuransi Kecelakaan Penumpang Kendaraan

Pribadi yang Beralih Fungsi Menjadi Angkutan Umum Antar Kota juga

tidak ada perbedaan yang berarti. Adapun hak-hak yang diberikan seperti

santunan dan biaya pengobatan kepada angkutan umum bernomor polisi

warna kuning juga tetap dieberikan kepada angkutan umum antar kota

berplat warna hitam. Namun pemberian perlindungan oleh PT Asuransi

Kerugian Jasa Raharja juga tidak sudah jelas tidak sama disemua daerah

yang mana dipengaruhi oleh kendaraan pribadi yang beralih fungsi

menjadi angkutan umum. tetapi di Kabupaten Tapanuli Tengah

Khususnya perwakilan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja perlindungan

itu diberikan sebagaimana mestinya.


51

B. Saran

1. Disarankan kepada pemerintah khususnya pemerintah provinsi agar lebih

meperhatikan dan melihat keadaan sosial masyarakat yang lokasinya jauh

dari ibukota provinsi bahkan cenderung adanya sifat tidak memperdulikan

daerah-daerah yang jauh. Salah satu halnya yaitu mengenai infrastruktur

jalan yang sangat timpang dengan keadaan di ibukota dibanding dengan di

daerah. Kemudian juga disarankan kepada pemerintah untuk lebih

mempermudah dan mempermudah dalam pengurusan izin mengenai

penyelenggaraan jasa angkutan umum antar kota.

2. Disarankan kepada penyedia jasa angkutan umum antar kota bernomor

polisi warna hitam agar menjalankan proses pembayaran premi sesuai

dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, tanpa mencari

keuntungan melalui praktik curang.

3. Disarankan kepada Pemerintah sekaligus berkoordinasi terhadap PT

Asuransi Kerugian Jasa Raharja didaerah lain agar angkutan umum yang

masih illegal tanpa adanya perlindungan asuransi sosial kecelakaan dapat

diberikan penyuluhan serta diberikan kebijakan yang tidak merugikan

penyelenggara jasa angkutan umum dan juga pengguna jasa angkutan

umum tersebut.
52

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdulkadir Muhammad. 2011. Hukum Asuransi Indonesia. Cetakan


Kelima, Aditya Bakti, Bandung.
Bambang Sunggono. 2010. Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Man Suparman Sastrawidjaja. 2003. Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan
Surat Berharga. Cetakan Kedua, PT.Alumni, Bandung.
Sri Rejeki Hartono. 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.
Sinar Grafika, Jakarta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Rineka Pustaka, Jakarta.
Uli Sinta, 2006. Pengangkutan:Suatu Tinjauan Hukum Multimoda
Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, Dan Angkutan Udara
Cetakan pertama, Usupress, Medan.

B. Skripsi, Laporan Penelitian, Artikel, Makalah, dan Jurnal

Hariswandy, “Tanggung Jawab Pemilik Kendaraan Angkutan Umum Yang


Tidak Memiliki Izin Terhadap Penumpang”, Skripsi, Fakultas
Hukum, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2013,
Zahratul Idami, “Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Akibat
Kecelakaan Lalu Lintas”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh, 2012.
A.A. Gede Agus Mahayana, “Kedudukan Hukum Angkutan Pribadi yang
Dipergunakan Sebagai Angkutan Umum Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan”, Jurnal, Fakultas Hukum, Universitas Udayana.
53

C. Peraturan Perundang – Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek)

Kitab Undang-undang hukum Dagang (Wetboek van Koophandel)

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

Undang – Undang No 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib


Kecelakaan Penumpang, Lembaran Negara Nomor 137 Tahun
1964.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1965 Tentang Ketentuan-Ketentuan


Pelaksana Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang

D. Website

Paul Mei Simanjuntak, “kecewa kinerja Dishub Medan”, harian


metro24jam, edisi 5 Juli 2017, http://news.metro24jam.com,
[diakses 22/02/2018].

Anda mungkin juga menyukai