Terobosan besar dalam beton terjadi pada tahun 1824 ketika seorang pembuat
batu bata yang berasal dari Inggris bernama Joseph Aspdi, setelah melalui percobaan
laboratorium yang memakan waktu lama, ia menemukan campuran yaitu semen yang diberi
nama semen “semen Portland” karena warnanya yang mirip dengan batu yang ditambang di
Pulau Portland dilepas pantai Inggris. Joseph membuat semen tersebut dengan mengambil
sejumlah tanah liat dan batu kapur, lalu ia menghancurkanya, membakarnya, dalam sebuah
tungku pembakaran dan kemudian ia menggiling abu yang dihasilkan menjadi sebuah bubuk
yang halus. Semen Portland pertama kali diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1870-an.
Kegunaan beton bertulang pada awalnya tidak begitu diketahui. Sebagian besar
hasil karya awal beton pada waktu itu dilakukan oleh dua orang berkebangsaan Perancis yaitu
Joseph Lambot dan Joseph Monier. Sekitar tahun 1850, Joseph Lambot membuat perahu beton
yang ditulangi dengan suatu jaringan yang terdiri dari kawat baja atau tulangan yang tersusun
paralel. Meskipun demikian, penghargaan besar diberiakan kepada Joseph Monier, karena ia
yang menemukan beton bertulang.
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau
agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan pasta yang terbuat dari semen dan air
yang membentuk dan terikat secara padat sehingga menjadi suatu yang mirip dengan
batuan. Kadang kala bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton yang
berkarakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan
waktu pengerasan.
Beton Bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja. Dimana, tulangan
baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Tulangan baja juga
juga dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan pada kolom dan berbagai kondisi
lain misalnya pada bangunan, jembatan, perkerasan jalan, dinding penahan tanah,
1
terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct), drainase serta fasilitas irigasi,
tangki dan sebagainya.
2
2.4. Beton Tak Bertulang
Beton Tak Bertulang adalah Beton yang tidak memakai baja sebagai bahan
tambah untuk lebih memperkuat bentuknya. Biasanya beton tak bertulang jarang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi. Hanya beberapa perkerjaan yang berskala kecil
saja yang menggunakan beton tak bertulang seperti halnya pekerjaan pembuatan beton
deking (batu tahu).
3
2.6. Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak tiga kali dimensi laterial terkecil
(Dipohisodo,1994). Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton (tiang
beton) adalah beton bertulang yang diletakkan dengan posisi vertikal. Kolom berfungsi sebagai
pengikat pasangan dindng bata dan penerus beban dari atas menuju sloof yang kemudian
diterima oleh pondasi.
Seperti kita ketahui bahwa kolom adalah bagian dari struktur atas dalam posisi vertical
yang berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan meneruskan beban diatasnya.
Sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi
dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal. Sebagian dari suatu
kerangka bangunan dengan fungsi dan peran seperti tersebut. Kolom menempati posisi penting
di dalam sistem struktur bangunan.
Kegagalan kolom akan berakibat langsung akan runtuhnya komponen struktur lain yang
berhubungan dengannya atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur suatu
bangunan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan
tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur
4
kolom harus diperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi
daripada untuk komponen struktur lainnya.
Bentuk dan susunan tulangan pada kolom dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1) Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang.
2) Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral sengkang atau lateral.
3) Kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja atau pipa. Structural di dalamnya
dengan/tanpa diberi tulangan pokok memanjang.
5
2.7. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya
adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan
timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut.
Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh
balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas
terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk
menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan
tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja
tarik saja (Dipohusodo,1996).
Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di daerah momen
lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan supaya antara batang tulangan utama tidak
melebihi 150 mm. Bila momen di suatu tempat menurun, jarak batas ini dapat digandakan
menjadi 300 mm. Oleh karena itu, dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya harus
terdapat empat batang tulangan dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang disudut ini
6
dan yang membentang sepanjang balok dilingkari oleh sekang-sekang. Agar mendapatkan
kekakuan secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan batang-batang yang
diameternya tidak kurang dari 6 mm.
7
2.8. Pondasi Telapak
8
1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat yaitu:
Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah yang
kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat
juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi.
dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras dengan
daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung
yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman
tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar
tukang lebih leluasa bekerjanya Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari
pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.
2. Pekerjaan Penulangan
a) Perakitan tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di
lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan :
Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran pondasi
setempat.
Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut.
Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan
tulangan tidak terlepas
Untuk penggambaran perakitan penulangan dapat dilihat pada lampiran
9
b) Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan
dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemasangan tulangan:
Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus permukaan
tanah dengan bantuan waterpass.
Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak antara
tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari
batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan
dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak
menjadi karat.
3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk
mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan kolom
sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi).
Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting, jarak
sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. Papan cetakan
dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan
alat waterpass. Papan cetakan tidak boleh bocor Papan-papan disambung dengan klem / penguat
/ penjepit Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
4. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya.
Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji
apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam
pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu
10
kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras.
Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya
yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu
pecah. Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu: Membuat kotak takaran untuk
perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran
perbandingan.
Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau
seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga
dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.
Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta
air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
Membuat adukan/pasta dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen
berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya.
Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua
semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian
ditambahkan air secukupnya Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih
selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
b) Cara pengadukan
Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer, maka pengadukan
bahan material dimasukan kedalam sebuah tabung mollen/mixer dengan urutan: pertama
memasukan pasir, kedua memasukan kerikil/split, ketiga memasukan semen dan biarkan
tercampur kering dahulu sesuai dengan perbandingan volume.
11
c) Cara pengecoran
Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering kemudian tambahkan air
secukupnya sampai merata, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi
pasta tuangkan sedikit demi sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan tulangan dan
setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta tersebut yang diratakan dengan sendok
spesi/cetok sesuai dengan kemiringan dari bentuk pondasi
12
PEMBAHASAN HASIL PRAKTEK
3.1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan pondasi telapak adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu membuat struktur dari pondasi telapak dengan baik dan benar
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
2. Agar memahami tentang fungsi dari pondasi telapak jika dikaitkan dengan dunia
kerja.
13
3.1.4 Langkah Kerja
A. Pembesian Ø8
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Potong besi untuk tiang dari kolom Ø10 dengan panjang 360 cm sebanyak 4 buah,
lalu beri tanda sepanjang 22 cm dan 3 cm, lalu bengkokan tanda tesebut dengan
menggunakan kunci besi Ø10
Gambar Kerja :
360 cm Ø 10 = 4 buah
3 cm
22 cm
Potong besi dengan Ø8 sepanjang 91 cm sebanyak 4 buah, beri tanda pada sisi kiri
kanan masing-masing 15 cm, dari 15 cm ini, dibari tanda lagi antara sisi kiri kanan
sepanjang 3 cm.
Kemudian bengkokan besi yang telah diberi tanda tadi (jarak 15 cm dan 3 cm)
dengan meakai kunci besi Ø8
14
Gambar kerja:
3 cm
Ø8=4 buah
25 cm
60 cm
Potong besi dengan Ø8 sepanjang 122 cm sebanyak 2 buah. Setelah itu dibagi
menjadi 2 bagian yaitu 61 cm dan 61 cm.
Bengkokan pada area yang telah diberi tanda dengan kunci besi Ø8
Contoh Gambar :
60 cm
3 cm
Ø8: 4 buah
B. Pembesian Ø8
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Potong besi dengan Ø8 sepanjang 94 cm sebanyak 4 buah, beri tanda pada sisi kiri
kanan masing-masing 18 cm, dari 18 cm ini, dibari tanda lagi antara sisi kiri
kanan sepanjang 3 cm.
15
Kemudian bengkokan besi yang telah diberi tanda tadi (jarak 18 cm dan 3 cm)
dengan meakai kunci besi Ø8
Gambar kerja:
3 cm
Ø8 : 4 buah
25 cm
60 cm
Potong besi dengan Ø8 sepanjang 122 cm sebanyak 2 buah. Setelah itu dibagi
menjadi 2 bagian yaitu 61 cm dan 61 cm.
Bengkokan pada area yang telah diberi tanda dengan kunci besi Ø8
Contoh Gambar :
60 cm
3 cm
Ø8: 4 buah
16
Potong kawat bendrat dengan menggunakan gunting kawat
Dengan menggunakan kawat bendrat sebagai bahan untuk mengikat bagian-bangian
pondasi maka, perlahan-lahan rangkailah bagian-bagian tersebut menjadi satu
kesatuan sehingga berbentuk pondasi telapak.
Contoh Gambar :
24 cm 15 cm 24 cm
15 cm 60 cm
25 cm
15 cm
60 cm
17
III.1.6 Keselamatan Kerja
1. Gunakan pakaian kerja saat kegiatan praktek berjalan
2. Menggunakan sarung tangan.
3. Tanyakan pada instruktur bila ada hal yang urang jelas
4. Fokuslah pada pekerjaan
5. Jangan tergesa-gesa dalam menyelesaikan pekerjaan
6. Jangan bercanda dengan teman pada saat praktek berlangsung.
7. Laporkan pada instruktur apabila pekerjaan telah selesai.
8. Rapikan alat dan kembalikan pada tempat yang telah ditentukan.
3.2.2 Tujuan
Yang menjadi tujuan dari pembuatan begel adalah sebagai berikut :
Diharapkan mahasiswa dapat membuat begel dengan ukuran yang telah
ditetapkan dengan kelurusan dan bentuk yang sistematis.
Mampu mengistemasi kebutuhan bahan yang dibutuhkan untuk membuat begel
untuk menambah ketrampilan mahasiswa dalam membuat begel
18
bahan :
1. besi Ø 8 cm
Ø8 :20 buah 15 cm
15cm
19
Gambar Kerja: rangka pembesian Pondasi telapak
15 cm
15 cm
60 cm
15 cm
15 cm
15 cm
60 cm
20
3.4 ESTIMASI BAHAN
Penjabaran jumlah besi yang dipakai dalam pembuatan Pondasi Telapak tersebut
ialah :
3.4.1 Menghitung pembesian pondasi telapak:
Dik : 1 Staf besi = 12 m
Besi untuk bagian-bagian Pondasi
Dik : Panjang besi = 150 cm = 1,5 m
Banyaknya besi = 4 Bh
Jawab : ∑ = 1, 5 m’ × 4
= 6 m’
a. Bagian 2
Dik : Panjang besi = 91 cm = 0,9 m
Banyaknya besi = 4 Bh
Jawab : ∑ = 0,9 m’ × 4
= 3,6 m’
b. Bagian 3
Dik : Panjang besi = 61 cm = 0,61 m
Banyaknya besi = 4 Bh
Jawab : ∑ = 0,61 m’ × 4
= 2,44 m’
Jadi jumlah besi Ø 10 yang dipakai ialah : 6 + 3,6 + 2,44
= 12,04 m’ / 12( 1 staf besi)
Besi 8 untuk bagian-bagian Pondasi
Dik : Panjang besi = 94 cm = 0,94 m
Banyaknya besi = 4 Bh
Jawab : ∑ = 0,94 m’ × 4
= 3,76 m’
a) Bagian 2
Dik : Panjang besi = 61 cm = 0,61 m
Banyaknya besi = 4 Bh
21
Jawab : ∑ = 0,61 m’ × 4
= 2,44 m’
Jadi jumlah besi Ø 8 yang dipakai ialah : 3,76 + 2,44
= 6,2 m’ /12
= 0,52 staf
22
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Beton sangat bermanfaat bagi pembangunan. Sebab, jika beton tidak digunakan
maka, dalam jangka waktu yang singkat, bukannya tidak mungkin tapi pasti akan terjadi
kalau bangunan yang dibuat akan runtuh dengan sendirinya apalagi jika ada factor-faktor
alam yang tidak mendukung. Oleh karena itu, fungsi beton dalam pembangunan sangatlah
besar jika dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain.
IV.2 Saran
Ada beberapa saran yang perlu penulis utarakan yang kerkaitan dengan
kegiatan praktek yang telah berjalan selama ini diantaranya yaitu :
1. Hendaknya para instruktur selalu mendampingi dan mengawasi setiap pekerjaan yang
kerjakan oleh mahasiswa
2. Diharapkan kepada para instruktur untuk lebih bersikap tegas kepada mahasiswa yang
tidak aktif selama kegiatan praktek berjalan
3. Mengingat minimnya pengetahuan tentang job yang dikerjakan, maka instruktur jangan
selalu menekan mahasiswa yang berbuat salah saat mengerjakan pekerjaan tersebut.
23
LEMBARAN DOKUMENTASI
24
DAFTAR PUSTAKA
25