Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan
Dalam Budidaya Ayam Broiler Dan Kebijakan Pemerintah”.

Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai
penulisan, Kami mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, Kami mengucapkan terimakasih
dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, April 2019

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................ Error! Bookmark not defined.

Daftar Isi ............................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 3

1.2. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 3

1.3. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4

2.1. Aspek Permasalahan Peternakan Indonesia ................................................................ 4

2.2. Permasalahan Dalam Budidaya Ayam Broiler .......................................................... 4

2.3. Kebijakan Pemerintah ................................................................................................. 4

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 9

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 9

3.2. Saran ........................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan perunggasan di indonesia bervisi pada pencapaian efisiensi
usaha yang optimal agarmampu bersaing dalam pasar global. Terwujudnya
perunggasan yang berdaya saing tinggi dicirikan oleh ketidaktergantungan terhadap
komponen impor dan pengembangan transformasi skala usaha rakyat ke skala usaha
menengah atau skala besar (badan penelitian dan pengembangan pertanian 2007).
Salah satu jenis unggas yang populer dibudidayakan masyarakat adalah ayam
ras Pedaging. Permintaan akan daging ayam sebagaiPenyedia protein hewani semakin
besar, terbuktiSaat ini daging ayam merupakan penyumbangTerbesar terhadap
produksi dan konsumsi daging di Indonesia. Produksi daging dalam negeri tahun
2010 sebesar 2.365.670 ton dipenuhi dari ayam potong sebanyak 51 persen dan
konsumsi daging sebesar 7,75 kg/kapita/tahun dipenuhi dari daging ayam sebanyak
49 persen (sutawi 2012).
Di indonesia, usaha peternakan ayam ras pedaging menghadapi permasalahan
yang dapat berpengaruh terhadap eksistensi dan daya saing. Beberapa permasalahan
tersebut adalah ketergantungan Impor terutama bahan pakan ternak (saptana
danRusastra 2001), adanya indikasi bahwa struktur Pasar pabrik pakan dalam menjual
pakanCenderung mendekati oligopoli (kariyasa dan Sinaga 2007) dan ketergantungan
impor bibit ayam Grand parent stock (harian online kontan 4 Desember 2011).
Era perdagangan bebas yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian
iklim usaha menuntut adanya strategi untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi
risiko dalam berusaha, salah satunya adalah melalui kemitraan. Menurut PP nomor 6
tahun 2013 tentang pemberdayaan peternak, kemitraan usaha adalah kerja sama
yangSaling menguntungkan dan saling memperkuat antara usaha kecil dan usaha
menengah atau besarDi bidang peternakan atau di bidang kesehatan hewan.
Peternak Mandiri dalam hal pemasaran mempunyai beberapa alternatif untuk
menjual ayamnya dengan mengikuti kondisi dan harga pasar, namun tidak jarang
harga jual ayam di tingkat pasar fluktualif sehingga peternak mandiri sering dirugikan
dan berdampak pada merosotnya pendapatan yang diterima (yulianti 2012).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui permasalahan budidaya
ayam broiler di Indonesia yang ditinjau dari segala aspek dan kebijakan pemerintah.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah agar mampu memahami permasalahan
budidaya ayam broiler di Indonesia yang ditinjau dari segala aspek dan kebijakan
pemerintah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Permasalahan Peternakan Indonesia

Adapun aspek permaslahan peternakan di Indonesia antara lain :

1. Aspek Sumber Daya Manusia


Akhir-akhir ini budaya beternak di Indonesia semakin menurun dan
masyarakat pun cenderung beralih ke sektor industri dan perdagangan. Iklim dunia
peternakan di Indonesia yang kurang menjanjikan membuat masyarakat mulai
meninggalkan dunia peternakan. Masyarakat desa yang identik dengan dunia ternak
dan dunia tani akhir-akhir ini mulai meninggalkan kebiasaan mereka tersebut. Banyak
para generasi muda yang memilih berurbanisasi ke perkotaan. Apabila kondisi ini
terus berlangsung maka kita dapat memprediksi eksistensi dunia peternakan beberapa
dekade ke depan. Peternakan rakyat di pedesaan akan mulai menghilang karena sudah
tidak ada lagi penerus usaha keluarga yang biasanya dalam skala kecil.

2. Aspek Sumber Daya Alam


Sumber daya alam Indonesia sangatlah kaya dan berpotensi untuk
kelanggengan peternakan. Namun bencana yang terus melanda Indonesia turut
mempengaruhi kondisi peternakan. Apalagi saat ini kita melihat efek dari global
warming yang sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Kekurangan air dan pakan
menjadi problem utama dari peternakan yang tentu saja tidak dapat dihindari. Dengan
kondisi seperti ini maka peternakan kehilangan perannya dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat. Kegagalan ekosistem (akibat ulah manusia) menjadi hal yang
sangat vital dalam keberlangsungan peternakan.Ekosistem yang tidak menunjang
membuat peternakan mengalami perubahan siklus yang semestinya. Hal tersebut
berpengaruh pada manajemen, feeding dan breeding yang biasa berlaku di dunia
peternakan. Contohnya, kebuntingan sapi yang sulit lagi diprediksi karena pakan yang
tidak tersedia dengan baik. Atau, musim beternak ayam broiler yang tidak tentu
karena cuaca buruk di sepanjang tahun.

3. Aspek Sumber Daya Modal


Sudah menjadi hal yang lumrah, ketika iklim usaha peternakan melesu maka
secara otomatis para pemilik modal akan melirik sektor usaha yang lain. Sangat
sedikit pemodal yang bersedia berinvestasi di dunia peternakan. Ketidakpastian usaha
bisa menjadi bumerang bagi pengusaha. Bukannya keuntungan yang akan dicapai
malah mungkin kerugian yang melanda pengusaha. Pada kondisi ini pemerintah
hanya bisa menghimbau pemodal untuk berinvestasi di dunia peternakan. Tapi apa
mau dikata, pemerintah pun tidak bisa berbuat lebih banyak karena pemerintah sendiri
tidak mempunyai cadangan devisa yang tinggi untuk memenuhi sekor peternakan.
Hampir semua sumber daya modal diserahkan ke pemodal swasta yang notabene
adalah pengusaha asing.
4. Aspek Kebijakan
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah selama ini tidak selamanyaberpihak
pada peternak rakyat. Kebijakan impor yang mengalir deras membuat peternakan
rakyat tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri yang lebih murah. Misalnya,
hampir semua daging sapi yang ada dipasaran dalah daging impor. Daging impor bisa
lebih murah karena di negeri asalnya diberi subsidi yang dapat menurunkan harga.
Sedangkan pemerintah Indonesia tidak dapat melakukan hal itu. Alih-alih subsidi,
devisa negara saja terus menipis. Kalah bersaing adalah faktor yang membuat
masyarakat enggan untuk melakuka usaha peternakan. Masyarakat tidak mau rugi
karena biaya produksi yang tinggi sedangkan harga jual yang murah. Tidak terdapat
margin yang memadai diantara keduanya. Untuk itu masyarakat lebih tertarik memilih
sektor lain disbanding sektor peternakan.

Pelaksanaan otonomi daerah dapat menimbulkan dampak positif atau negatif


terhadap peluang ekonomi/pembangunan. Peluang ekonomi yang timbul karena
otonomi daerah hanya akan efektif dimanfaatkan jika demokratisasi daerah berjalan
paralel dengan otonomisasi, dan perekonomian rakyat diberdayakan untuk menjadi
tulang punggung perekonomian daerah. Di bidang pertanian (termasuk peternakan)
pemberdayaan dilakukan dengan merestrukturisasi sistem industri pertanian menjadi
sistem agribisnis agar proses agroindustrialisasi dengan ”value added” yang tingi
dapat menjadi kenyataan. Tanpa itu, otonomisasi akan melahirkan ”raja-raja lokal”
dan ”desentralisasi korupsi” ke daerah

2.2 Permasalahan Dalam Budidaya Ayam Broiler

1. Penyakit Ayam
Ketika Anda mendirikan peternakan ayam broiler akan berhubungan langsung
dengan ayam yang Anda pelihara. Setiap ayam yang Anda pelihara tersebut
berpotensi untuk mengalami penyakit. Ayam broiler adalah salah satu jenis ayam
yang mudah sekali terkena penyakit seperti infeksi sehingga angka kematian ayam ini
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jenis lainnya. Ayam broiler mudah
stress dan nafsu makan menjadi mudah menurun, saat itu ayam akan mudah sekali
terkena berbagai macam penyakit dan infeksi. Untuk mengatasi masalah penyakit
yang bisa muncul kepada ayam broiler Anda bisa memberikannya vaksin dan juga
vitamin ayam secara teratur agar ayam tersebut bisa memiliki kekebalan tubuh yang
bagus dan stabil.

2. Permintaan Pasar Menurun


Kendala dalam peternakan ayam broiler selanjutnya permintaan pasar yang
menjadi menurun. Memang selama ini daging ayam menjadi makanan favorit bagi
setiap masyarakat terutama bagi anak-anak. Namun hambatan yang bisa terjadi ketika
Anda mendirikan ternak ayam broiler ini adalah permintaan pasar yang menurun
dikarenakan harga daging ayam yang meningkat dengan tajam. Penyebab harga
daging ayam meningkat dikarenakan harga untuk proses produksi yang mahal seperti
pakan ayam yang mahal, ayam banyak yang mengalami kematian dan lain
sebagainya. Di saat harga daging ayam mahal justru permintaannya akan menjadi
menurun.

3. Harga Pakan Naik


Di saat-saat tertentu di saat BBM menjadi langka dan mahal, maka hal
tersebut akan berdampak ke ayam tersebut. BBM yang mengalami kelangkaan dan
harga yang mahal bisa berdampak ke bahan makanan pokok manusia dan makhluk
hidup menjadi semakin mahal. Di saat harga pakan menjadi mahal maka daging ayam
pun akan menjadi mahal dan meningkat. Anda harus waspada dengan kendala yang
satu ini, sebab kapan pun hal ini bisa terjadi menimpa bisnis Anda. Untuk
mengatasinya Anda bisa menyimpan stok pakan yang berlebih dibandingkan waktu
sebelumnya. Selain menyimpan di saat harga BBM naik, Anda juga perlu
mewaspadai iklim yang ekstrem dikarenakan iklim yang ekstrem bisa membuat harga
pakan ayam menjadi naik.

4. Lingkungan Masyarakat
Untuk bisa mendirikan peternakan ayam jenis broiler Anda haris
memperhatikan lingkungan masyarakat yang ada di sekitar Anda. Hal itu dikarenakan
untuk bisa membuat bisnis Anda menjadi legal harus melibatkan masyarakat yang ada
di sekitar lingkungan peternakan. Jika Anda bermasalah dengan masyarakat yang ada
di lingkungan peternakan atau kandang maka risiko untuk mendapatkan izin mereka
menjadi nihil. Oleh sebab itu sebelum mendirikan peternakan Anda harus berdiskusi
dengan mereka terlebih dahulu. Kebanyakan masyarakat akan keberatan dengan
limbah peternakan oleh sebab itu berikanlah solusi mengatasi limbah yang baik dan
yakinkan kepada mereka bahwa Anda bisa mengelola limbah dengan baik.ijKI

2.3 Kebijakan Pemerintah


Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan peternakan
2010 – 2014 adalah untuk:
(i) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak;
(ii) meningkatkan populasi dan produktifitas ternak;
(iii) meningkatkan produksi pakan ternak;
(iv) meningkatkan status kesehatan hewan;
(v) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan
(vi) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.

Kebijakan ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak akan diarahkan untuk:
(i) mengoptimalkan kelembagaan perbibitan dan sertifikasi;
(ii) pemwilayahan sumber bibit berbasiskan potensi dan agroekosistemnya;
(iii) pengembangan kawasan/sentra sumber bibit;
(iv) pelestarian sumber daya genetik secara berkelanjutan;
(v) peningkatan penerapan teknologi perbibitan; dan
(vi) pengembangan usaha dan investasi perbibitan.

Dalam aspek populasi dan produktifitas ternak diarahkan untuk :


(i) meningkatkan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia dan non
ruminansia;
(ii) melaksanakan revitalisasi persusuan;
(iii) melaksanakan restrukturisasi perunggasan; dan
(iv) pengembangan kelembagaan dan usaha.

Pada aspek produksi pakan ternak diarahkan untuk:


(i) menambah penyediaan pakan dan air;
(ii) mengembangkan teknologi dan industri pakan ternak berbasiskan sumber daya
lokal;
(iii) meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pakan; serta
(iv) pengembangan dan pemanfaatan lahan kehutanan.

Pada aspek kesehatan hewan diarahkan untuk :


(i) meningkatkan perlindungan hewan, pengamatan, pengendalian, dan
pemberantasan penyakit hewan;
(ii) meningkatkan pelayanan kesehatan hewan;
(iii) meningkatkan kualitas dan kuantitas obat hewan;
(iv) meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga dokter hewan dan paramedik
veteriner.

Pada aspek keamanan produk hewan akan diarahkan untuk ;


(i) menguatkan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner;
(ii) meningkatkan jaminan produk hewan yang ASUH dan daya saing produk
hewan;
(iii) meningkatkan penerapan kesrawan;
(iv) mengoptimalkan pengaturan stock daging; dan
(v) mengoptimalkan pengaturan dan pemasaran daging sapi.

Selanjutnya, pada aspek peningkatan peran dan fungsi kelembagaan diarahkan


untuk :
(i) meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM peternakan;
(ii) meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat;
(iii) meningkatkan kerjasama internasional;
(iv) meningkatkan kualitas perencanaan, evaluasi, data dan informasi;
(v) meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam


melaksanakan pembangunan peternakan diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran
dalam pembangunan peternakan yaitu :
1. Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi.
2. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya lokal.
3. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga
menjadi mandiri.
4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar
daerah.
5. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor.
6. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veterine.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ketidakseimbangan produksi dengan permintaan konsumen dalam sentra
pengembangan peternakan di Indonesia memberikan peluang dan tantangan dalam
rangka otonomi daerah untuk mengupayakan pengembangan komoditi peternakan dan
sumberdaya alam (SDA) yang berbasis lokal dan sumberdaya manusia (SDM) serta
sumberdaya buatan yang tersedia. Peternakan masa depan dihadapkan pada perubahan
mendasar akibat perubahan ekonomi global, berbagai kesepakatan internasional,
tuntutan produk, kemasan produk, dan kelestarian lingkungan. Konkritnya,
peternakan Indonesia akan bersaing ketat dengan peternakan negara lain bukan saja
merebut pasar internasional tapi juga dalam merebut pasar dalam negeri Indonesia.
Untuk itu perlu mendorong peternak agar tetap mampu bersaing baik pada skala
lokal,regional dan nasional maupun internasional. Dan adapun permasalahan dalam
budidaya ayam broiler adalah penyakit ayam, permintaan pasar menurun, harga pakan
naik, dan lingkungan masyarakat.

3.2 Saran
Dalam memulai usaha budidaya ayam broiler, kita harus memperhatikan
beberapa aspek dan factor permasalahan yang ada untuk meminimalisir kegagalan dan
kerugian yang akan ditimbulkan. Selain itu, kita juga harus mempertimbangkan dan
mengikuti kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Daftar Pustaka

Apriantono, A. 2005. Visi dan Misi Pengembangan Pertanian 2005 –2009. [Diakses tanggal
30 Februari 2010 pada situs (www.deptan.go.id]

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Djamali, A. 2000. Manajemen Usahatani. Departemen Pendidikan Nasional, Jurusan


Manajemen Agribisnis, Politeknik Pertanian Negeri Jember, Jember.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan,


Jakarta.

https://ayamkita.com/kendala-peternakan-ayam-broiler/

https://www.litbang.pertanian.go.id/profil/renstra_20152019_rev.pdf

https://www.litbang.pertanian.go.id/profil/renstra_20152019_rev.pdf

Anda mungkin juga menyukai