Referat Anak Anemia Hemolitik
Referat Anak Anemia Hemolitik
A. PENDAHULUAN
Anemia hemolitik merupakan sebuah permasalahan kesehatan global
yang mempengaruhi baik negara berkembang maupun negara maju dengan
konsekuensi terhadap kesehatan dan perkembangan sosio-ekonomik.1 Anemia
dapat ditemukan dalam setiap kelompok umur, namun mayoritas ditemukan
pada wanita hamil dan anak-anak.1 Efek klinis anemia bergantung pada durasi
dan tingkat keparahannya. Anemia yang timbul secara akut dapat
menyebabkan kegagalan fungsi kardiovaskular yang akan berlanjut pada
hipoksemia dan hipovolemia yang apabila tidak ditangani dapat menyebabkan
kerusakan otak, kegagalan multiorgan (multiorgan failure), dan kematian.2
Anemia yang terjadi secara perlahan (kronik) akan memberikan waktu bagi
tubuh untuk melakukan kompensasi sehingga memperlambat komplikasi yang
mungkin terjadi, namun anemia berkepanjangan dapat menyebabkan gagal
tumbuh kembang pada anak (failure to thrive).3
Anemia pada anak umumnya disebabkan oleh penurunan produksi sel
darah merah atau peningkatan hemolisis.4 Anemia hemolitik merupakan salah
satu jenis anemia dengan etiologi dan tingkat keparahan anemia yang
bervariasi dari anemia yang asimtomatik sampai mengancam nyawa.
Beragamnya variasi etiologi dan tingkat keparahan anemia menuntut dokter
untuk dapat melakukan pendekatan diagnosis yang efektif dan efisien pada
anemia hemolitik supaya terapi yang sesuai dapat dilaksanakan.
B. PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Anemia secara umum didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadi penurunan massa sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di
dalam darah.11 Kadar hemoglobin yang didefinisikan sebagai anemia pada
bayi dan anak berbeda dengan dewasa. Batas bawah konsentrasi
hemoglobin normal ketika lahir adalah 14 g/dL dan akan mengalami
penurunan sampai 11 g/dL pada umur 1 tahun (Tabel 1).2
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan patofisiologinya, antara
lain penurunan produksi sel darah merah, baik yang dikarenakan
ineffective erythropoiesis maupun aplasia sumsum tulang, peningkatan
destruksi sel darah merah (hemolisis), dan perdarahan.12 Anemia hemolitik
didefinisikan sebagai destruksi prematur sel darah merah.13 Patofisiologi
terjadinya anemia hemolitik akan dibahas secara detil pada bagian
berikutnya.
Tabel 1. Karakteristik Sel Darah Merah Pada Anak
2. EPIDEMIOLOGI
Anemia merupakan kelainan nilai laboratorium yang paling umum
ditemukan dalam praktik dokter anak.5 Penyebab utama anemia pada anak
di seluruh negara adalah anemia defisiensi besi, namun anemia hemolitik
merupakan anemia yang berhubungan dengan mortalitas yang tinggi.5
Anemia hemolitik memiliki beragam etiologi dan prevalensi yang berbeda
satu dengan yang lainnya, defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase
memiliki prevalensi yang tinggi dengan estimasi lebih dari 500 juta orang
di dunia (mayoritas asimtomatik) dan merupakan penyebab paling umum
dari anemia hemolitik akut.6 Hereditary spherocytosis adalah anemia
hemolitik defek membrane yang ditemukan di seluruh kelompok ras dan
etnis, namun paling umum ditemukan pada di Eropa utara dengan estimasi
sekitar 1 dari 5000 orang.7,8 Kelainan hemoglobin seperti sickle cell
disease merupakan penyakit genetic yang paling umum terdeteksi dalam
program skrining neonatus di Amerika Serikat yaitu 1 dari 2647
kelahiran.9 Sekitar 3% dari populasi dunia membawa gen β-thalassemia
dan 5-10% dari seluruh populasi di Asia Tenggara membawa gen α-
thalassemia.9 Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) primer tidak jarang
terjadi, estimasi 1 dari 80.000 populasi per tahun.10
3. ETIOLOGI
Menurut etiologinya, anemia hemolitik pada anak diklasifikasikan
menjadi, antara lain anemia hemolitik dengan defek selular (intrinsik)
yaitu defek membran (hereditary spherocytosis, hereditary elliptocytosis,
hereditary pyropikilocytosis, hereditary stomatocytosis, dan paroxysmal
nocturnal hemoglobinuria), defisiensi enzim (defisiensi piruvat kinase
(PK) dan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase), dan
hemoglobinopati (sickle cell disease dan thalassemia), dan anemia dengan
defek ekstraselular (ekstrinsik) yaitu autoimun (“Warm” dan “Cold”
antibody), faktor mekanik, dan faktor plasma.2,13 Mayoritas defek intrinsik
adalah penyakit yang diturunkan (inherited), sedangkan ekstrinsik
umumnya didapat (acquired).2
4. PATOFISIOLOGI
Pengetahuan mengenai eritropoiesis, hemoglobin, metabolisme,
usia dan destruksi sel darah merah, serta etiologi dan patogenesis
terjadinya anemia hemolitik pada anak mutlak harus dimengerti terlebih
dahulu agar dapat menggunakan sarana pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis secara efisien dan memberikan terapi yang sesuai.
Hematopoiesis
Hematopoiesis sudah terjadi sejak fetus, namun terdapat lokasi
anatomis hematopoiesis yang berbeda pada orang dewasa. Hematopoiesis
fetus terjadi pada tiga lokasi anatomis: mesoblastik, hepatik, dan
myeloid.14 Hematopoiesis mesoblastik terjadi pada struktur ekstra
embrionik, secara prinsip di yolk sac, dan mulai terjadi antara hari ke-10
dan hari ke-14 masa kehamilan. Pada masa kehamilan antara minggu ke-6
dan ke-8, liver menggantikan yolk sac sebagai lokasi primer hematopoiesis
dan antara minggu ke- 10 dan ke-12 hematopoiesis ekstraembrionik sudah
tidak terjadi. Hematopoiesis hepatik terjadi sepanjang masa gestasi, namun
pada trimester kedua mulai mengalami penurunan seiring dengan
peningkatan hematopoiesis pada sumsum tulang (myeloid). Liver tetap
menjadi organ hematopoietik yang dominan sampai masa gestasi 20-24
minggu.14 Pada bulan akhir masa kehamilan dan setelah kelahiran, sel
darah merah secara eksklusif diproduksi oleh sumsum tulang.15
Pluripotential hematopoietic stem cell (PHSC) merupakan sel
tunggal dari sumsum tulang yang merupakan induk dari seluruh sel darah
dan mampu untuk melakukan self-renewal.14,15 Adanya kemampuan self-
renewal menyebabkan kemampuan sumsum tulang untuk terus
memproduksi sel-sel darah, walaupun jumlahnya akan semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya usia.15 Pertumbuhan dan diferensiasi dari
stem cell sampai sel darah dewasa yang spesifik membutuhkan keberadaan
dari hematopoietic growth factor.14
Eritropoiesis
Colony Forming Unit-Erythrocyte (CFU-E) stem cells akan
berdiferensiasi menjadi proerythroblast yang kemudian membelah
beberapa kali sampai menjadi eritrosit dewasa.15 Maturasi dari eritrosit
mencakup sintesis hemoglobin dan pembentukan badan eritrosit yang
kecil, tanpa inti, dan bentuk bikonkaf.16
Beberapa perubahan tingkat seluler terjadi ketika maturasi eritrosit.
Volume sel dan nukleus berkurang, dan nukleolus semakin mengecil
sampai menghilang.16 Kromatin akan berkondensasi dan mengecil sampai
dikeluarkan dari sel.15,16 Terdapat penurunan gradual dari ribosom
(penurunan basophilia) yang diikuti dengan peningkatan jumlah dari
hemoglobin dalam sitoplasma. Mitokondria dan organel lain secara
gradual akan menghilang.16 Sintesis hemoglobin dimulai sejak dalam
proerythroblast dan terus berlanjut hingga fase retikulosit dari eritrosit
(Gambar 2).15
Terapi Transfusi
Secara prinsip, indikasi utama pada transfusi eritrosit adalah
pemberian eritrosit yang cukup untuk mencegah atau mengembalikan
keadaan hipoksia jaringan yang diakibatkan kompensasi yang tidak
adekuat.20 Transfusi umumnya diberikan bila anemia terjadi secara akut
dan bergejala, pasien memiliki penyakit jantung atau paru, atau sebelum
pembedahan mayor. Gejala simtomatik anemia antara lain dispneu,
takipneu, takikardia, apnea, bradikardi, kesulitan makan (feeding
difficulties), dan letargi. Dosis transfuse umumnya 10-15 ml/kg dan
diberikan dalam 2-4 jam.21 (Tabel 4).21
Tabel 4. Pedoman Transfusi Eritrosit pada Anak
Anak dan Remaja
Kehilangan akut 5% dari volume sirkulasi darah (>17ml/kg)
Hemoglobin <8 g/dl pada periode perioperatif
Hemoglobin <13 g/dl dan penyakit kardiopulmunal berat (penggunaan
ventilator)
Hemoglobin <8 g/dl dan anemia kronis simtomatik
Hemoglobin <8 g/dl dan kegagalan sumsum tulang (marrow failure)
Bayi usia 4 bulan kebawah
Hemoglobin <13 g/dl dan penyakit baru berat (menggunakan ventilator)
Hemoglobin <10 g/dl dan penyakit paru sedang (membutuhkan oksigen
tinggi)
Hemoglobin <13 g/dl dan penyakit jantung berat (penyakit jantung
sianotik)
Hemoglobin <10 g/dl dan pembedah mayor
Hemoglobin <8 g/dl dan anemia simtomatik
(Tabel dikutip dari: Strauss RG. Chapter 470. Red Blood Cell Transfusions and
Erythropoetin Therapy. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF.
Nelson Textbook of Pediatrics. 18th edition. Saunders, 2007. p. 2055-2056.)