a. Jamur
Memiliki dinding sel yang tebal dan mengandung ergosterol. Tumbuh pada manusia
sebagai sel ragi;
Reproduksi: in vitro (seksual), in vivo (tidak sempurna);
Berdasarkan bentuknya terbagi menjadi: yeast, filamentous fungi, dimorfik fungi;
Beberapa bentuk ragi menghasilkan spora yang resisten terhadap lingkungan yang
ekstrim.
Beberapa spesies fungus terbatas di lapisan superfisial kulit manusia (Tinea),
“dermatofit” lainnya cenderung merusak rambut/kuku. Spesies jamur tertentu
menginvasi jaringan subkutis.
Yang dipelajari di Kedokteran gigi:
C. albicans → candidiasis
C. glabrasa
C. kruster
C. tropicans
Jamur menyebabkan rasa gatal, kemerahan, dan rasa terbakar. Dengan cara:
Transmission → Colonization → Infection → End-organ dissemination.
Daerah infeksi jamur:
Superficial
Pada mukosa, kulit, kuku, rambut.
Contoh: Malassezia furfur menyebabkan pitriasis versicolor.
Kutan
Contoh: Candida albicans menyebabkan kandidiasis kulit dan oral, Mikrosporum sp.
menyebabkan dermatofitosis.
Subkutan
Pada jaringan subkutan.
Contoh: Sporothrix schenkii menyebabkan sporotrikosis
Dalam/ sistemik
Biasanya bersifat fatal.
Contoh: Blastomyces dermatitidis menyebabkan blastomikosis, Coccidioides immitis
menyebabkan koksidioidomikosis, Histoplasma capsulatum menyebabkan
histoplasmosis, Paracoccidioides brasiliensis menyebabkan parakosidioidomikosis.
Opportunistik
Pada lokasi/ keadaan yang menguntungkan.
Contoh: Asperfilus fumigatus & sp. menyebabkan aspergilosis, Candida albicans & sp.
menyebabkan kandidiasis, Crytptococcus neoformans menyebabkan kriptokokosis,
Mucor & Rhizopus sp. menyebabkan zigomikosis.
b. Parasit
Protozoa parasitik merupakan eukariot motil bersel tunggal yang menjadi salah satu
penyebab utama penyakit dan kematian di negara yang sedang berkembang. Parasit protozoa
paling sederhana adalah Trichomonns spp. yang memiliki bentuk flagel tunggal, ditularkan
melalui hubungan seksual. Protozoa usus yang paling prevalen adalah E. histolytica dan G.
lamblia, yang masing-masing memiliki dua bentuk: (1) trofozoit motil vang melekat ke dinding
epitel usus dan dapat melakukan invasi (E. histolytica) dan (2) kista imobil yang menular
apabila tertelan karena memiliki dinding kitin yang resisten terhadap asam lambung.
Sumber:
Kumar V, Cotran RS, Robbins Sl. Buku Ajar Patologi. 7nd ed., Lippincott Williams and Wilkins.