Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

Skizofrenia Paranoid

Pembimbing:
dr. Hj. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ

Disusun Oleh:
Ajeng Aryuningtyas Dewanti
112016069

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 2 Oktober 2017 – 4 November 2017

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS BANGSAL JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT : RSJ PROVINSI JAWA BARAT

Nama : Ajeng Aryuningtyas Dewanti Tanda Tangan


NIM : 112016069
………………………
Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Hj. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ
………………………

NOMOR REKAM MEDIS : 050167


Nama Pasien : Ny. HSN
Nama Dokter yang merawat : dr. Encep Supriandi, Sp.KJ
Masuk RS pada tanggal : 26 September 2017
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Dibawa oleh kakak kandung
Riwayat perawatan : Pernah dirawat 1 kali di RS Jiwa Provinsi Jawa
Barat tahun 2013

I IDENTITAS PASIEN:
Nama (inisial) : Ny.HSN
Tempat & tanggal lahir : Lembang, 05-10-1985 (32 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah

2
Alamat : Kp. Karamat No. 58 RT 02 / RW 06, Kel/Desa
Cikahuripan, Kec. Lembang, Kab. KBB

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis : Kamis, 05 Oktober 2017, jam 11.00 WIB di R. Merpati (hari
perawatan ke-10)
Alloanamnesis : Kakak kandung Pasien, Jumat, 06 Oktober 2017, jam 09.00
WIB via telepon, pasien tinggal dengan kakak kandung sehingga
kebenaran anamnesa dapat dipercaya

A. KELUHAN UTAMA
Pasien sering marah-marah (agresivitas verbal) dan sulit tidur (insomnia).

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Pada tahun 2013 setelah kepergian ayahnya pasien suka berbicara hal yang
tidak-tidak seperti mengatakan ada suara berisik dan orang berteriak diluar rumah
(halusinasi auditorik) yang sebenarnya tidak ada dan pasien sering mengalami
kesulitan untuk tidur (insomnia). Pasien kemudian dibawa oleh kakaknya ke RSJ
Provinsi Jawa Barat karena sering marah-marah dan membanting perabotan rumah
(agresivitas verbal dan motorik), tetapi tidak pernah mencoba melukai diri sendiri
maupun orang lain. Pasien juga selalu merasa yakin bahwa para tetangganya akan
selalu menyakitinya (waham curiga) sehingga ia sering mengurung dirinya sendiri dan
berbicara sendiri dengan sosok gaib yang diakui sering dilihat oleh pasien (halusinasi
visual).
Pasien kemudian sempat di rawat inap di RSJ Provinsi Jawa Barat kurang lebih
2 minggu dan kemudian melanjutkan pengobatan dengan rawat jalan, namun jenis dan
jumlah obat yang diberikan pada pasien tidak diingat oleh kakak pasien. Kakak pasien
mengatakan bahwa pengobatan dan jadwal kontrol pasien memang tidak berjalan
secara teratur karena pasien sangat susah untuk minum obat dan diajak kembali ke RSJ.
Menurut kakak pasien, selama rawat jalan pasien menjadi lebih baik karena
sudah tidak bicara sendiri dan mengurung diri sendiri namun pasien masih ketakutan
sehingga belum bisa beraktivitas normal dan belum bekerja. Sejak 3 bulan SMRSJ
pasien semakin sulit untuk meminum obat dan tidak mau untuk kontrol sama sekali
hingga 3 hari SMRSJ kakak pasien mengatakan bahwa pasien menjadi semakin sering
3
marah-marah (agresivitas verbal) tanpa sebab dan kembali mengurung diri di kamar
serta susah tidur (insomnia). Pasien juga sering berbicara sendiri dengan sosok yang
diakuinya sebagai teman yang selalu mengikuti pasien (halusinasi visual). Selain itu,
pasien juga sering berbicara sendiri dan bicaranya kacau (autistik) dan mondar mandir
ketakutan (agitasi) di dalam kamarnya karena masih merasa mendengar suara bisikan
(halusinasi auditorik) sambil berteriak-teriak ketakutan karena pasien masih
menganggap tetangga pasien akan menyakitinya (waham curiga) pasien juga sangat
susah diminta untuk keluar dari kamarnya, sehingga dirinya jarang mandi dan akhirnya
kakak pasien beserta suaminya membawa pasien ke IGD RSJ Provinsi Jawa Barat
Kakak pasien mengaku tidak ada masalah keluarga ataupun suatu perubahan
pada kehidupan pasien yang baru terjadi belakangan ini sehingga kakak pasien pun
tidak mengetahui apa penyebab kondisi pasien menjadi memburuk seperti ini.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Gangguan Psikiatrik
Pernah dirawat inap di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2013 dengan kontrol
yang tidak teratur. Keluarga pasien mengatakan, pasien sudah mulai mengalami
gejala gangguan jiwa sekitar tahun 2013, diawali dengan pasien sering marah yang
tidak jelas sebabnya dan sering murung menyendiri serta mendengar bisikan dan
pasien merasa ketakutan. Pasien sering merasa curiga ketika bertemu dengan orang
dan menganggap akan menyakiti dirinya. Akhirnya pasien pun mulai di bawa
berobat ke RSJ Provinsi Jawa Barat dan dirawat selama 2 minggu. Setelah pulang
dari parawatan rawat inap, beberapa bulan kemudian pasien menjadi kembali tidak
bisa tidur dan mulai gejala gangguan kejiwaan pasien mulai kambuh, karena
diketahui pasien mulai tidak mau kontrol dan minum obat. Pasien mulai sering
kembali marah-marah. Akhirnya pasien kembali di bawa berobat ke RS Jiwa
Provinsi Jawa Barat dan menjalani pengobatan rawat inap.
2. Riwayat Gangguan Medik
Riwayat gangguan medik seperti trauma kepala, kejang dan pingsan disangkal
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengaku sering merokok kurang lebih 1 bungkus per hari. Pasien tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minum-minuman yang
mengandung alkohol sebelumnya.

4
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

2013 - 2017

Gejala
Normal

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Perkembangan Fisik:
Pasien merupakan anak ke 10 dari 10 bersaudara. Pasien lahir cukup bulan
dengan berat badan yang cukup, proses persalinan normal dan tidak ada riwayat
komplikasi selama persalinan. Pertumbuhan fisik pasien sesuai dengan anak
seusianya sejak dari kecil dan pasien juga tidak pernah mengalami riwayat trauma
kepala, kejang selama masa pertumbuhannya. Keluarga pasien tidak mengetahui
status imunisasi pasien
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak-Kanak (5-12 tahun):
Pasien masuk Sekolah Dasar (SD) pada umur 7 tahun, selama disekolah
prestasinya cukup baik. Pasien memiliki banyak teman sebaya disekolah serta
daerah disekitar lingkungan rumahnya. Pasien merupakan anak yang tidak
nakal seusianya.
b. Masa Remaja (12-17 tahun):
Selama disekolah tidak ada masalah apapun, prestasi pasien cukup baik. Pasien
dapat mengikuti segala kegiatan yang di laksanakan di sekolahnya.
Riwayat Pendidikan
Pasien sekolah hanya sampai di SMA kelas 3 dan dapat menyelesaikan
pendidikannya.

5
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja, hanya membantu kakaknya dalam mengasuh anak kakak
pasien.
4. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam serta sebelum mengalami gangguan pasien cukup aktif
beribadah, selalu menjalankan sholat 5 waktu.
5. Kehidupan Sosial
Sejak ayah kandung pasien meninggal, pasien berubah secara drastis dalam
perilaku sehari – hari

E. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan : Pasien

: Meninggal dunia

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien tinggal bersama dengan kakak kandungnya, dimana isi rumahnya terdiri dari
pasien, kakak pasien, suami kakak pasien serta anak dari kakak pasien. Yang memenuhi
kebutuhan ekonomi pasien ialah kakak pasien dan suami dari kakak pasien. Pasien lebih
banyak berada di lingkungan rumah, ia jarang mengadakan interaksi dengan orang-
orang di sekitarnya karena kecurigaannya terhadap orang lain.

6
III. STATUS MENTAL (Perawatan hari ke 10)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan Umum
Pasien seorang wanita berusia 32 tahun dengan postur tubuh normal, dan sesuai
dengan usianya, pasien berbadan sedang, warna kulit sawo matang, berambut
pendek. Kuku cukup bersih, mengenakan pakaian seragam RSJ. Kontak verbal dan
visual cukup.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tampak terganggu
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
 Sebelum wawancara : Pasien tidur di ranjang.
 Selama wawancara : Pasien duduk di kursi selama wawancara. Pasien
menjawab pertanyaan dengan kooperatif. Selama wawancara, kontak mata
cukup adekuat, pasien tidak melakukan gerakan-gerakan yang tidak diperlukan.
Namun sedikit menghindar dari perbincangan.
 Setelah wawancara: Pasien kembali duduk di atas ranjang
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Lancar, spontan, volume sedang dan artikulasi sedikit
tidak jelas.
b. Gangguan berbicara : Tidak ada

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)


1. Suasana perasaan (mood) : Euthym
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : Lambat
b. Stabilisasi : Stabil
c. Kedalaman : Wajar
d. Skala diferensiasi : Luas
e. Keserasian : Serasi
f. Pengendalian impuls : Kuat

7
g. Ekspresi : Tampak waspada
h. Dramatisasi : Tidak ada
i. Empati : Ada
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Ada (Halusinasi auditorik, visual)
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)


1. Taraf pendidikan : SMA
2. Pengetahuan umum : Cukup (tahu nama presiden indonesia saat ini)
3. Kecerdasan : Rata-rata (Dapat menghitung pengurangan sederhana)
4. Konsentrasi : Cukup
5. Orientasi
a. Waktu :Baik, pasien mengetahui waktu saat wawancara ialah siang hari.
b. Tempat :Baik, pasien mengetahui sekarang berada di RSJ
c. Orang :Baik, pasien mengetahui bahwa yang mewawancarainya ialah
seorang dokter.
d. Situasi : Baik
6. Daya ingat
a. Tingkat
 Jangka panjang : Baik (Pasien mengetahui jenjang pendidikan
terakhirnya)
 Jangka pendek : Baik (Pasien ingat dengan apa yang ia makan
pada pagi hari)
 Segera : Baik (Pasien ingat dengan nama pemeriksa)
b. Gangguan : Tidak ada
7. Pikiran abstraktif : Kurang (pasien tidak mengerti peribahasa
sederhana)
8. Visuospatial : Baik (dapat menggambar jam yang disuruh oleh
pemeriksa)
9. Bakat kreatif : Tata boga

8
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien dapat makan, mandi, dan
berpakaian sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
 Produktivitas : Pasien berbicara hanya menjawab ketika pertanyaan
diajukan
 Kontinuitas : Relevan
 Hendaya bahasa : Tidak ada

2. Isi pikir
 Preokupasi dalam pikiran : Ada (Ada keinginan untuk pulang ke rumah)
 Waham : Ada (Waham curiga: pasien merasa orang-orang
disekelilingnya ingin menyakitinya).
 Obsesi : Tidak ada
 Fobia : Tidak ada
 Gagasan rujukan : Tidak ada
 Gagasan pengaruh : Tidak ada
 Idea of suicide : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS: Baik


G. DAYA NILAI
 Daya nilai sosial : Baik (Baik, pasien berprilaku baik terhadap
pemeriksa dan perawat)
 Uji daya nilai : Baik
 Daya nilai realitas : Buruk, karena pasien memiliki waham curiga
dan halusinasi auditorik dan visual.

H. TILIKAN : Derajat 6 (Pasien menyadarai tentang situasi dirinya disertai motivasi


untuk mencapai perbaikan)

RELIABILITAS : Kurang baik karena terdapat waham dan halusinasi

9
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
4. Nadi : 82x/menit
5. Suhu badan : 36,3 0C
6. Frekuensi pernapasan : 22x/menit
7. Bentuk tubuh : Normal
8. Sistem kardiovaskular : Dalam batas normal
9. Sistem respiratorius : Dalam batas normal
10. Sistem gastro-intestinal : Dalam batas normal
11. Sistem musculo-skeletal : Dalam batas normal
12. Sistem urogenital : Dalam batas normal
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status internus tidak ditemukan kelainan.
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Tidak Dilakukan
2. Tanda rangsang meningeal: Tidak Dilakukan
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : Tidak Dilakukan
3. Mata : Tidak Dilakukan
4. Pupil : Tidak Dilakukan
5. Oftalmoscopy : Tidak Dilakukan
6. Motorik : Tidak Dilakukan
7. Sensibilitas : Tidak Dilakukan
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak Dilakukan
9. Fungsi luhur : Baik
10. Gangguan khusus : Tidak ada
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemukan kelainan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah sewaktu.

10
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien Ny. HSN berusia 32 tahun datang dengan keluhan sering marah-marah
(agresivitas verbal) tanpa sebab dan kembali mengurung diri di kamar serta jarang
tidur (insomnia). Pasien juga sering berbicara sendiri dengan sosok yang diakuinya
teman yang selalu mengikuti pasien (halusinasi visual). Selain itu, pasien juga sering
berbicara sendiri dan bicaranya kacau (autistik) dan mondar mandir ketakutan (agitasi)
di dalam kamarnya sambil berteriak-teriak ketakutan karena tetangganya akan
menyakitinya. Pasien juga selalu merasa yakin bahwa para tetangganya akan selalu
menyakitinya (waham curiga) sehingga ia sering mengurung dirinya sendiri. Pasien
mengaku kepada kakak pasien bahwa pasien mendengar suara bisikan dan suara
teriakan dari luar rumahnya (halusinasi auditorik). Pasien juga sangat susah diminta
untuk keluar dari kamarnya sehingga dirinya jarang mandi dan akhirnya kakak pasien
beserta suaminya membawa pasien ke IGD RSJ Provinsi Jawa Barat.
Kakak pasien mengatakan penyebab terjadinya kejadian seperti ini muncul
setelah ayah kandung pasien meninggal dunia tahun 2012. Kakak pasien mengatakan
bahwa pengobatan dan jadwal kontrol pasien memang tidak berjalan secara teratur
karena pasien sangat susah untuk minum obat dan diajak kembali ke RSJ. Menurut
kakak pasien, selama rawat jalan pasien menjadi lebih baik karena sudah tidak bicara
sendiri dan mengurung diri sendiri namun pasien masih ketakutan sehingga belum bisa
beraktivitas normal dan belum bekerja.
Pada pemeriksaan, sikap pasien selama wawancara cukup kooperatif dan tidak
ada gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan. Pasien terdapat halusinasi
auditorik, visual, dan waham curiga. Konsentrasi pasien cukup baik dengan tilikan
pasien derajat VI. Tidak terdapat kelainan pada status interna dan status neurologis.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini termasuk gangguan
jiwa karena adanya:
1. Gangguan kejiwaan
- Gejala kejiwaan berupa : agresivitas verbal, halusinasi auditorik, visual, dan
waham curiga
2. Gangguan ini sebagai Gangguan Mental Non Organik (GMNO) karena tidak
adanya:
- Gangguan kesadaran (pasien kompos mentis)
11
- Gangguan kognitif (orientasi dan memori)
- Gangguan fungsi intelektual
- Gangguan daya ingat
- Kelainan faktor organik spesifik
Kriteria Diagnosis F20 Skizofrenia
Harus ada sedikitinya satu dari antara gejala berikut yang jelas:
- Thought echo /thought withdrawal / thought broadcasting
- Delusion of control/ delusion influence/delusion of passitivity/delusion
perception
- Halusinasi auditorik
- Waham-waham menetap yang menurut budaya setempat mustahil

Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang selalu ada:


- Halusinasi menetap disertai overvalued setiap hari
- Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan berakibat pembicaraan
inkoheren/inrelevan/neologisme
- Perilaku katatonik seperti gaduh gelisah, posturing, fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme dan stupor
- Gejala-gejala “negatif” seperti sikap apatis, jarang bicara, respon emosional
yang menumpul/tidak wajar, mengakibatkan penarikan diri secara sosial dan
menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa hal tersebut disebabkan
oleh depresi/medikasi neuroleptika.
 Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama 1 bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodorma)
 Harus ada suatu perubahan konsisten bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tak berbuat sesuatu, larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial

Diagnosis Kerja:
F20 Skizofrenia, pasien ini dapat didiagnosis skizofrenia karena terdapat
- Halusinasi auditorik, visual
- Waham curiga
- Gejala-gejala berlangsung lebih dari 1 bulan
- Adanya penarikan diri secara sosial

12
F20.0 Skizofrenia Paranoid
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
- Pada pasien terdapat waham curiga, halusinasi visual dan auditorik, serta gejala-
gejala negatif.
- Diagnosis paranoid untuk pertama kali ditegakkan bila terdapat halusinasi
auditorik seperti mengancam pasien atau memberi perintah, atau tanpa kalimat
hanya seperti dentuman maupun siulan. Terdapat juga halusinasi somatisasi,
seksual, pembauan, maupun gustatorik. Terdapat juga waham dikendalikan,
dipengaruhi, ataupun dikejar-kejar. Pada pasien terdapat halusinasi visual,
auditorik dan waham curiga.

Diagnosis Banding:
F25.1 Skizoafektif tipe depresi
- Kategori ini dipakai pada keadaan di mana afek depresif ataupun perilaku
menonjol dan pada episode yang sama sedikitnya harus ada 1 gejala khas
skizofrenia sesuai dengan pedoman diagnostik skizofrenia
- Disingkirkan dengan : Pada pasien, gejala skizofrenia lebih menonjol
daripada perilaku depresifnya
F22.0 Waham menetap
- Kategori ini meliputi serangkaian dengan gangguan waham-waham yang
berlangsung lama, sebagai satu-satunya klinik yang menonjol. Waham tersebut
harus lebih dari 3 bulan dan bersifat pribadi. Tidak boleh adanya penyakit otak,
tidak boleh ada halusinasi auditorik, tidak ada riwayat skizofrenia.
- Disingkirkan dengan : Pada pasien terdapat halusinasi visual dan auditorik.
 Aksis II :
Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental
 Aksis III :
Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik umum
 Aksis IV :
Adanya masalah dengan keluarga ( ayah pasien meninggal )
 Aksis V :
Skala GAF 60-51 gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang

13
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
 Aksis I : WD : F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD: F25.1 Skizoafektif tipe depresi
F22.0 Waham menetap
 Aksis II : Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental.
 Aksis III : Tidak ada gangguan pada kondisi medik umum
Aksis IV : Adanya masalah dengan keluarga ( ayah pasien meninggal )
Aksis V : Skala GAF 60-51 gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang

IX. PROGNOSIS
Faktor yang memperbaiki Faktor yang memperburuk

Faktor presipitasi jelas Awitan usia muda

Gejala Positif Relaps

Tidak menyerang diri sendiri dan Tidak patuh terhadap obat


orang lain
Perilaku autistik / menarik diri

Skor 3 4

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik
2. Psikologi/psikiatrik : Agresivitas verbal, halusinasi auditorik, visual, waham curiga,
tilikan derajat 6
3. Sosial/keluarga : Putus obat, Ayah pasien meninggal dunia

14
XI. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
 R/ Haloperidol 5 mg tab No. XIV
S2 dd tab I pc
---------------------------- (sign)
 R/ Triheksilfenidil 2 mg tab No.XIV
S1 dd tab I pc
---------------------------- (sign)
2. Psikoterapi
a. Terapi individual
 Memberikan informasi dan edukasi pada pasien mengenai penyakitnya.
 Memberikan informasi pada pasien mengenai pentingnya minum obat
dan kontrol secara teratur.
b. Terapi kelompok
 Menyarankan pasien untuk mengikuti setiap kegiatan di Rumah Sakit
Jiwa bersama dengan rekan lainnya agar terjalin sosialisasi yang baik.
 Memotivasi pasien untuk bersosialisasi dengan orang yang ada di
sekitarnya.
c. Terhadap keluarganya
 Memberi penjelasan tentang keadaan penyakit pasien untuk mendukung
proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan penyakitnya.
 Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai terapi yang
diberikan pada pasien dan pentingnya pasien agar dipantau kontrol dan
minum obat secara teratur untuk mencegah rawat jalan yang tidak
teratur.
3. Tindak lanjut
 Kontrol tiap bulan bila telah dipulangkan dari Rumah Sakit Jiwa
 Obat diminum secara teratur

15
Lampiran Wawancara dengan Ny. HSN di Bangsal Merpati
Kamis, 05 Oktober 2017, jam 11.00 WIB
D : selamat siang bu, saya ibu saya Ajeng dokter muda disini, boleh ngobrol-ngobrol
bentar bu?
P : buat apa?
D : ngobrol-ngobrol aja bu sebentar, bisa ga bu?
P : yaudah.
D : ibu namanya siapa?
P : Hana
D: Ibu ingat tanggal lahir ibu?
P: ingat dok, hari ini saya ulang tahun
D: wah selamat ulang tahun ya bu, jadi sekarang ibu perasaannya gimana sekarang?
P : Sudah membaik
D: ibu tau sekarang lagi dimana?
P: Di rumah sakit jiwa kan dok
D : sekarang lagi mau apa bu?
P : habis rehab
D : ibu sudah berapa lama disini?
P : lupa, udah lama
D : yang bawa ibu ke sini siapa bu?
P : kakak saya
D : kenapa kok dibawa kesini bu?
P : saya marah-marah dan susah tidur
D : kenapa ga bisa tidur? Lagi ada yang dipikirin bu?
P : ga, ga bisa tidur aja, sekarang mah udah enak
D : ibu kenapa marah-marah?
P: soalnya tetangga saya mau nyakitin saya, jadi saya takut
D : nyakitin gimana bu?
P: gak tau tuh mereka, makanya saya dikamar aja dan teriak-teriak biar mereka gak
nyakitin saya
D: apa ibu ada mendengar sesuatu?
P: iya diluar rumah saya ada yang suka teriak-teriak, pas saya lihat tidak ada orang,
sama suka ada yang berbisik ditelinga saya
D: siapa bu?
16
P: temen saya namanya sandi
D: sandi sekarang ada dimana?
P: sandi ada dimana ajai kutin saya terus
D: oh gitu, sandi itu nyata gak? Apa ibu bisa memegangnya?
P: dia ada kok dok
D: coba ibu pegang saya, saya nyata kan? Kalo sandi bisa dipegang seperti ibu pegang
saya?
P: bisa dok, nih saya pegang (sambil seperti memegang orang)
D: oh iya ibu disini nyaman?
P: iya lumayan tapi saya pengen pulang
D: oh gitu baik kalo gitu ibu harus istirahat dan minum obat teratur ya biar cepat pulang
P: iya baik dok

17

Anda mungkin juga menyukai