Anda di halaman 1dari 2

Analisis dan Pembahasan

Percobaan ke 3

Pada percobaan ke tiga, yaitu pemeriksaan kekeruhan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kekeruhan dari air sebelum maupun setelah dilakukan adsorbsi dengan bentonit. Dalam
penentuan kekeruhan sebelumnya dilkukan preparasi pada sampel. Preparasi dilakukan dengan
memberikan absorben yang berasal dari bentonit dengan variabel manipulasi dari massa bentonit
yang digunakan. Dimana massa bentonit (serbuk cokelat) yang digunakan yaitu, 2 gram, 4 gram
dan 6 gram. Kemudian masing-masing massa tersebut dimasukkan dalam 250 mL air sampel
(kuning kehijauan) yang berasal dari rawa yang berada dekat pembuangan sampah di Benowo di
gelas kimia yang berbeda serta disiapkan 250 mL air sampel sebagai pembanding. Setelah itu
dilakukan pengadukan dengan magnetic stirrer, tujuan dari dilakukannya pengadukan yaitu
untuk meng-homogenkan antara bentonit dengan air sampel sehingga proses adsorbsi dapat
berjalan maksimal. Setelah proses pengadukan, air sampel + bentonit didiamkan selama 3 jam
agar terbentuk suspensi. Dimana bentonit akan mengendap didasar gelas kimia sehingga
memudahkan dalam proses penyaringan yang dilakukan. proses penyaringan berjalan sangat
lambat, dikarenakan bentonit bercampur dengan air smpel mebentuk koloid. Waktu penyaringan
paling lama berasal dari air sampel yang dicampur dengan 6 gram bentonit. Setelah dilakukan
penyaringan didapatkan filtrat yang jernih sedikit kekuningan dan residu yang berwarna cokelat.
Setelah diperoleh filtrat dari campuran air sampel dengan bentonit dilakukan pemeriksaan
kekeruhan yang dilakukan dengan sebuah alat yang disebut Turbidimeter.Turbidimeter adalah
instrument yang digunakan dalam analisis kekeruhan pada suatu zat cair. langkah yang dilakukan
selanjutnya yaitu sekitar 20 mL filtrat yang didapat dari masing-masing perlakuan massa
bentonit dimasukkan dalam tabung turbidimeter untuk mengetahui tingkat kekeruhan.
Sebelumnya dilakukan standarisasi alat dengan larutan standart yang jernih tidak berwarna dan
didapatkan nilai kekurahannya yaitu 0,0. Dilanjutkan dengan filtrat yang berasal dari air sampel
+ 6 gram bentonit (jernih kekuningan) dimasukkan dalam tabung turbidimeter sampai tanda
batas kemudian dilakukan pembacaan tingkat kekeruhan dan didapatkan nilai sebesar 6,34
dilanjutkan dengan air sampel + 4 gram bentonit (jernih kekuningan) dan didapatkan nilai
kekeruhannya sebesar 4,23 dan untuk filtrat sampel air + 2 gram bentonit didapatkan nilai
kekeruhan sebesar 3,25 sedangkan untuk sampel didapatkan nilai kekeruhan sebesar 2,94 dan
kekeruhan air PDAM diperoleh nilai sebesar 2,38. Dilihat dari nilai kekeruhan yang diperoleh
dari alat turbidimeter dapat diketahui bahwa air yang memiliki kekeruhan paling tinggi adalah air
yang berasal dari filtrat air sampel + 6 gram bentonit. Seharusnya penambahan bentonit dalam
sampel air dapat difungsikan sebagai adsorben yang dapat menyerap warna yang dihasilkan dari
zat pengotor. Akan tetapi pada penambahan 6 gram bentonit nilai kekurahannya semakin tinggi
hal tersebut disebabkan karena partikel-partikel dari bentonit lolos saat penyaringan sehingga
membuat larutannya sedikit keruh.

Pada percobaan ke empat yaitu pemeriksaan pH yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pH
dari air sebelum maupun setelah dilakukan adsorbsi dengan bentonit. Dalam penentuan pH
sebelumnya dilkukan preparasi pada sampel. Preparasi dilakukan dengan memberikan absorben
yang berasal dari bentonit dengan variabel manipulasi dari massa bentonit yang digunakan.
Dimana massa bentonit (serbuk cokelat) yang digunakan yaitu, 2 gram, 4 gram dan 6 gram.
Kemudian masing-masing massa tersebut dimasukkan dalam 250 mL air sampel (kuning
kehijauan) kedalam gelas kimia yang berbeda serta disiapkan 250 mL air sampel sebagai
pembanding. Setelah itu dilakukan pengadukan dengan magnetic stirrer selama 30 menit, tujuan
dari dilakukannya pengadukan yaitu untuk meng-homogenkan antara bentonit dengan air sampel
sehingga proses adsorbsi dapat berjalan maksimal. Setelah proses pengadukan, air sampel +
bentonit didiamkan selama 3 jam agar terbentuk suspensi. Dimana bentonit akan mengendap
didasar gelas kimia sehingga memudahkan dalam proses penyaringan yang dilakukan. proses
penyaringan berjalan sangat lambat, dikarenakan bentonit bercampur dengan air smpel
membentuk koloid. Waktu penyaringan paling lama berasal dari air sampel yang dicampur
dengan 6 gram bentonit. Setelah dilakukan penyaringan didapatkan filtrat yang jernih sedikit
kekuningan dan residu yang berwarna cokelat. Setelah diperoleh filtrat dari campuran air sampel
dengan bentonit dilakukan pemeriksaan pH dengan pH meter. Pada pengujian sampel tanpa
perlakuan diperoleh pH 9 dan dilanjutkan dengan sampel air + 2 gram bentonit diperoleh pH
7,98, sampel air + 4 gram bentonit diperoleh pH 8,05, dan pengujian pada sampel air + 6 gram
bentonit diperoleh pH 7,96. Berdasarkan nilai pH yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
penambahan dari bentonit sebagai adsorben dapat menurunkan pH pada sampel air. Dengan
penambahan bentonit pada sampel air menjadikan sampel air hasil perlakuan memiliki pH yang
memenuhi syarat air layak minum, yaitu berdasarkan parameter pH air bersih sesuai standar baku
mutu lingkungan adalah 6,5- 8,5 mg/L (Permenkes, 2017).

Anda mungkin juga menyukai