Anda di halaman 1dari 8
ISSN 2442-7659 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI K Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tanggal 28 April merupakan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Se-dunia (World Day for Safety and Health at Work) dimana telah didekiarasikan oleh International Labour Organization (1LO) sejak tahun 2003, Hari KS Dunia diperingatisetiap tahun untuk mempromosikan budayaK3 di lingkungan kerja sehingga ciharapkan mampu mengurangi angka kematian akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat Kera setiap tahunnya secera global. Tanggal 28 April dipandang sebagai hari untuk meningkatkan kesadaran internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja di antara serikat pekerja, organisasi pengusaha, dan perwakilan pemerintah ddan para perangku kepentingan lainnya untuk memenuhi Kewajiban dan tanggung jawab mereka dalam mencegah kematian, cedera dan penyekit di tempat kerja. Setiap tahunnya peringatan Hari K3 Dunia memiliki tema yang berbeda. Untuk tema tahun 2018 ini adalah “Improving the Safety and Health of Young Workers” i Indonesia, Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Bulan K3 Nasional) diperingati pada tanggal 12 Januari sid 12 Februari setiap tahunnya, Hal ini cilatarbelakangi karena kesadaran bahwa pelaksanaan KS tidak hanya merupakan tanggung jawab Pemerintah, tetapi merupakan. tanggung jawab semua pihak, khususnya masyarakat industri, maka semua pihak terkait bberkewaliban untuk berperan aktif sesuai fungsi dan kewenangannya untuk melakukan berbagai upaya ci bidang KS secara terus menerus dan berkesinambungan serta menjadikan 3 sebagai bagian dari budaya kerja di setiap kegiatan. Guna mendukung terlaksananya K3 di Indonesia secara seragam dan serentak, maka sejak tahun 1984 iterbitkan Kepmenaker Nomor 1S/MEN/1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3 hingga tahun 1992, dimana pomerintah bersama'sama pemangku kepentingan molakukan upaya yang intensif untuk: memasyarakatkan K3 melalui Kampanye Nasional K3 selama 1 (satu) bulan dimulai tanggal 12 Januari sampai dengan 12 Februari yang selanjutnya dikenal dengan Bulan K3 Nasional, Pada tahun 1993 hingga tahun 2008 Kampanye Nasional K3 diubah menjadi Gerakan Nasional Membudayakan K3 dengan Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993 dikenal dengan Bulan K3 "Nasional. Dan pada tahun 2009, Gerakan Nasional Membudayakan K3 diubah strateginya yang iwujudkan dalam “Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3 (GEMA DAYA K3)" dan Gicanangkan pelaksanaan pada Bulan K3 Nasional tanggal 12 Januari 2009. Setiap tahunnya pperingatan Bulan K3 Nasional juga memilki tema yang berbeda. Tema tahun 2018 ini adalah “Melalui Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mendorong Terbentuknya Bangsa yang Berkarakter’ Seiring berkembangnya industrialisasi dan globalisasi serta kemajuan ilmu dan teknologi, maka Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga semiakin berkembang, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan sebagai dasar hukum penerapan KB di Indonesia telah diperkuat dengan keluamiya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dimana pada Pasal 164-165 tentang Kesehatan Kerja dinyatakan bahwa semua tempat kerja waiib ‘menerapkan upaya kesehatan Kerja balk sektor formal maupun informal termasuk Aparatur Sipil Negara, TNI dan Kepolisian. Perkembangan penduduk Indonesia saat ini sedang menuju pada kondisi bonus demogral Bonus demografi merupakan kondisi dimana populasi usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif. Indonesia diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada 2030 mendatang, Pada saat itu jumlah kelompok usia produkt (umur 15-64 tahun) jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (anak-anak usia 14 tahun ke bawah dan orang tua berusia 65 ke atas). Sehingga pada 2030 angka rasio ketergantungan Indonesia (rasio antara kelompok usia yang tidak produktif dan yang produktif) akan mencapai angka terendah, yaitu 44%. Membludaknya tenaga kerja produktif adalah peluang emas Indonesia untuk menggenjot roda ekonomi. Gambar 1, Piramida Populasi Penduduk Indonesia PCR) Indonesia ‘Sehubungan dengan hal tersebut, maka pekerja yang sehat merupakan subyek yang sangat ppenting dalam penggerak perekonomian bangsa. Selain itu mengingat pekerja berada pada Usia reproduksi, maka pekerja juga merupakan pencetak generasi penerus bangsa yang akan datang, sehingga pekerja yang sehat akan melahirkan generasi yang sehat pula, Untuk itu Kementerian Kesehatan terus berupaya dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melalui berbagal program Kesehatan Kerja secara Nasional. Data Pekerja Indonest Data Badan Pusat Statistik tahun 2018 menyatakan jumlah usia kerja 193,55 juta jiwa dimana 13,94 jutajiwa termasuk angkatan kerja dan 9,61 juta jiwa bukan angkatan kerja. Dari jumtah ‘angkatan kerja 127,07 juta jiwa bekerja di sektor formal maupun informal dan 6,87 juta jiwa adalah pengangguran. Besamya jumlah angkatan kerja merupakan aset berharga bagi kemajuan bangsa bila dibarengi dengan kualitas dan produktivitas pekerja yang prima, Dalam. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diamanatkan bahwa upaya kesehatan kerja citujukan untuk melindungi pekeria dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Dalam era perdagangan bebas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan oleh penyelenggara kerja untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. Jika kesehatan pekerja terpelihara dengan. baik maka angka kesakitan, absensi, kecacatan dan kecolakaan kerja dapat diminimalkan, sehinggaakan terwujud pekerja yang sehat dan produkt, 2. Struktur Ketenagakerjaan Indonesia ‘e—8-~ NY \e- ‘Semakin meningkatnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia, maka meningkatkan pula pariisipasi perempuan dalam dunia kerja. Tabel berikut menunjukan tren jumlah pekerja perempuan. COU CMU U Cea ac Pera eee) Berdasarkan data BPS, terdapat 26,74% penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja mengalamikeluhan dan gangguan kesehatan, sepertterihat dalam gambar di bawah ini Gambar 4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja PEO Cun Eero Cun ue ue oc MC CU anu ce INDONESIA “> 26,74% a MUSA TENGGARA BARAT (34,765) ars iM mars 08% Gambar di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 26,74% penduduk yang bekerja di Indonesia mempunyai keluhan kesehatan. Sedangkan dilihat dari tipe daerah, perbedaan persentase penduduk yang bekerja yang mempunyai keluhan Kesehatan di perkotaan dan perdesaan tidak berbeda secara signifikan. Perbedaan persentase di antara keduanya hanya 1,91%. Dari segi Jenis kelamin, baik di perkotaan, perdesaan, maupun secara keseluruhan, persentase penduduk laki-laki yang bekerja yang mempunyai keluhan Kesehatan lebih kecil daripada erempuan. Sementara itu, lebih dari dua per tiga provinsi di Indonesia memiliki persentase penduduk yang bekerja yang mempunyai keluhan kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional. Provinsi dengan persentase terendah merupakan provinsi yang berada dikawasan timur Indonesia, yaltu Papua (15,17%). Sedangkan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar'34,76%. Gamber 4 juga menunjukkan disagregasi persentase penduduk yang bekerja dan memilki keluhan kesehatan menurut kuintil pengeluaran rumah tangga. Penduduk yang berada pada kuintil bawah cenderung memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan yang berada pada kvintil pengeluaran diatasnya. CU a eee ue PCr ces cum re UCU LOR eum COR coC met) renin 9.2% [Sette vomainer 30874 Guan Ge hater as been S88) Bynes Gyn Fn 24.00% [5] Henge ae cm Gun Surn yam 21% Sux nore nes Program Kesehatan Hera dilndonesia Dalam rangka mewujudkan pekerja sehat, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan, Kerja dan Olahrega telah melakuikan berbagai upaya dalam mendorong penerapan kesehatan kerja ci semua tempat kerja. Adapun program kesehatan kerja; 1. Peningkatan Kapasitas Kesehatan Pekerja a, Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktit Untuk meningkatkan kapasitas Kesehatan pekerja pada sektor formal, telah dikembangkan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) yang icanangkan pada tanggal 13 November 2012. GP2SP merupakan upaya dari emerintah, masyarakat, maupun pemberi kerja dan serikat pekerja/serikat buruh untuk menggalang dan berperan serta guna meningkatkan kepedulian dan mewujudkan upaya perbaikan kesehatan pekerja / buruh perempuan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas generasipenerus, Tujuan gerakan ini adalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan pekerja perempuan untuk mencapai produltivitas kerja yang optimal, Fokus kegiatan yang dilaksanakan dalam GP2SP antara lain: Pengelolaan ASI di tempat kerja, gizi pekerja, kelas ibu hamil, pengendalian dan pencegahan kesehatan reproduksi, penyakit menular dan penyakit tidak menular di tempat kerja serta pengendalian lingkungan kerja. Terdapat beberapa provinsi yang membina GP2SP pada tahun 2017, antara lain DKI Jakarta (25 perusahaan), Jawa Tengah (28 perusahaan), Jawa Barat (17 perusahaan), Banten (12 perusahaan), Kepulauan Riau (11 perusahear), Kalimantan Tengah (11 pperusahaan), dan Jawa Timur (@ perusahaan) COU aI OB EU UCU ee b. Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) Penerapan upaya Kesehatan kerja pada pekeria sektor informal dikembangkan ‘melalui pemberdayaan masyarakat pekerja melalui Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK). Puskesmas sebagai pelaksana upaya kesehatan masyarakat di wilayahnya ‘memiliki tanggung jawab dalam pembinaan Pos UKK. Cee LCS Rea) c. Pembinaan Kesehatan Calon Tenaga Kerja indonesia Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan pekerja yang akan bekerja di luar negeri. TKI sektor informal merupakan salah satu kelompok pekerja rentan yang perlu dipersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat bekerja secara baik di negara enempatannya. Untuk itu diperlukan upaya penguatan fasiltas pelayanan kesehatan pereriksaan calon TKI dalam menentukan kelaikan kerja bagicalon TKI Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Kerja ‘Agar pekerja tetap sehat dan produktifdilakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi pekerja. Penguatan kompetensi SDM Puskesmas dan rumah sakit dalam bidang Kesehatan Kerja dan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dilakukan agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat melayani kesehatan pekerja secara holisti baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatf. Untuk meningkatkan pelayanan preventif dan promotif kesehatan kerja pada masyarakat pekerja balk formal dan informal, sejak tahun 2013 juga telah dibuka emangku Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja (Jafung PKK) sesuai dengan Permenpan Nomor 13 Tahun 2013. Jabatan Fungsional (Jafung) PKK adalah petugas kesehatan aparat pemerintah yang bertugas dalam melakukan upaya preventit dan promotif sertarehabilitatifbagi masyarakat pekerja. ‘Sampai dengan tahun 2018 terdapat274 orang Jafung PKK di Indonesia, dengan rincian 46 ‘orang di pusat dan 228 orang di daerah, Tabel 1 memperlihatkan bahwa sebanyak 2.237 puskesmas telah dilath orientasi kesja dan eningkatan kapasitas. Selain itu, terdapat juga puskesmas yang telah cilatih Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK). Total puskesmas di Indonesia yang telah cilalih Diagnosis Penyakit Akibat Kerja adalah sebanyak 650 dari9.740 puskesmas atau sebesar6 679%, Pengendalian Faktor Risiko K3 di Lingkungan Kerja a. _Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes (K3RS dan K3 Puskesmas) Fasiltas pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja dengan risiko tinggi keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu Fasyankes wajib menerapkan K3. Berdasarkan data PPSDM tahun 2017 jumlah SDM Kesehatan di indonesia 1.149.437 ‘orang, Dengan penerapan K3 di Fasyankes diharapkan dapat meningkatkan status Kesehatan SDM kesehatan sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, Penerapan K3 di RS dan Puskesmas telah masuk dalam penilaian akreditasi RS dan Puskesmas, sehingga dinarapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah terakreditasi sudah mulai melaksanakan program K3. ‘Sampai dengan bulan Desember 2017, terdapat 42,98% puskesmas yang telah terakreditasi. Untuk rumah sakit yang terakreditasi, jumiahnya sudah lebih banyak yaitu sebesar 53,46%, Koselamatan dan Kesehatan Kerja di Perkantoran (K3 Perkantoran) Meningkatnya penyakit tidak menular pada penduduk Indonesia, penyebabnya iantaranya adalah kurangnya aktivitasfisik dan pola makan yang tidak sehat. Dengan semakin meningkatnya tingkat pencidikan dan profesional pekerja di Indonesia, jumiah pekerja perkantoran juga semakin meningkat. Pekerja perkantoran identik ‘dengan perlaku sedentary (kurang aktivitas fisik) sehingga dikembangkan terobosan program Kesehatan kerja melalui Peningkatan Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran dimana telah diperkuat dengan keluarnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang GERMAS dan Permenkes Nomor 48 Tahun 2016 tentang K3 Perkantoran. Penerapan program KS Perkantoran dimulai dari kantor kementerian / lembaga dan kantor aparat pemerintah lainnya, baik di Pusat maupun di daerah, sehingga diharapkan terwujud ASN (Aparatur Sipil Negara) yang sehat, bugar

Anda mungkin juga menyukai