Anda di halaman 1dari 9

DESALINASI AIR LAUT MELALUI METODE

OSMOSIS TERBALIK
04 Jun

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut
ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, sungai, danau dan air laut. Sumber air di bumi tersebut
berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu
menguapkan air. Air baik yang berada di darat maupun laut akan menguap oleh panas matahari.
Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan
membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi sebagian
meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang
disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi kembali ke laut.

Manusia sering dihadapkan pada situasi yang sulit dimana sumber air tawar sangat terbatas dan di
lain pihak terjadi peningkatan kebutuhan. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pantai, pulau
kecil seperti Kepulauan Seribu air tawar merupakan sumber air yang sangat penting. Sering
terdengar ketika musim kemarau mulai datang maka masyarakat yang tinggal di daerah pantai atau
pulau kecil mulai kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air yang telah disiapkan di
bak penampung air hujan (PAH) sering tidak dapat mencukupi kebutuhan pada musim kemarau.

Padahal kita ketahui bahwa sebenarnya sumber air laut itu begitu melimpah, namun, kenyataan
menunjukkan bahwa ada banyak daerah pemukiman yang justru berkembang pada daerah pantai
kekurangan air. Melihat kenyataan semacam itu manusia telah berupaya untuk mengolah air
asin/payau menjadi air tawar mulai dari yang menggunakan teknologi sederhana seperti
menyuling, filtrasi dan ionisasi (pertukaran ion). Sumber air asin/payau yang sifatnya sangat
melimpah telah membuat manusia berfikir untuk mengolahnya menjadi air tawar.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangkan sistem pengolahan air
asin/payau dengan teknologi membran semipermeabel. Membran (selaput) semipermeabel adalah
suatu selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan
tetapi tidak dapat atau sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air.

Teknologi pengolahan air asin/payau yang akan dibahas pada tulisan ini terutama yang
menggunakan teknologi filtrasi membran semipermeabel. Teknologi pengolahan air asin/payau ini
lebih dikenal dengan sistem osmosis balik (Reverse Osmosis disingkat RO). Metode ini dipilih
karena mudah dilakukan, efesien, dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan metode desalinasi
yang lain.

Teknologi ini menerapkan sistem osmosis yang dibalik yaitu dengan memberikan tekanan yang
lebih besar dari tekanan osmosis air asin/payau. Air asin/payau tersebut ditekan supaya melewati
membran yang bersifat semi permeabel, molekul yang mempunyai diameter lebih besar dari air
akan tersaring (Nusa Idaman Said, 2011).

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah proses desalinasi air laut
dengan menggunakan metode osmosis terbalik (RO)?”

Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1) Apakah yang dimaksud dengan proses desalinasi air laut?

2) Apakah yang dimaksud dengan proses osmosis terbalik (RO)?

3) Bagaimana prinsip kerja desalinasi air laut dengan metode osmosis terbalik?

4) Jenis membran apa yang digunakan pada proses desalinasi air laut dengan menggunakan
metode osmosis terbalik?

3. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam makalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah ini
harus dibatasi, yaitu:

1) Air yang dimurnikan dan dibuat menjadi air tawar adalah air laut.

2) Proses pembuatan air tawar ini adalah proses desalinasi.

3) Metode desalinasi yang digunakan adalah metode osmosis terbalik.

B. PEMBAHASAN

1. Proses Desalinasi Air Laut dengan Metode Osmosis Terbalik

Desalinasi

Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau, atau air limbah. Proses
desalinasi biasanya digunakan untuk mengolah air laut menjadi air bebas mineral yang dapat
dikonsumsi oleh manusia (Retno, 2001). Bagian dari air murni terbentuk dalam aliran produk,
garam yang terlarut terkumpul dalam aliran limbah (brine) yang dibuang dari sistem sebagai blow
down. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut kurang
dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian (Majari
Magazine, 2011).

Instalasi desalinasi biasanya menggunakan air laut (langsung dari lautan diambil jauh dari pantai
dan garis pipa, atau dari mata air dekat pantai, atau laut dalam), air tanah yang payau atau air yang
dikembalikan sebagai umpan. Hampir semua proyek desalinasi dalam skala besar menggunakan
air laut sebagai umpan. Air laut yang digunakan sebanyak 72,9% sebagai umpan instalasi
desalinasi. Pipa pengambilan umpan air untuk instalasi desalinasi harus diletakkan jauh dari
saluran buangan pabrik untuk menghindari agar buangan tidak terambil.

Produk air desalinasi biasanya lebih murni dari air minum standar. Jadi ketika air hendak
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya dicampur dengan air yang mengandung TDS
yang lebih tinggi. Air hasil desalinasi murni biasanya sangat asam dan menyebabkan korosi pada
pipa jadi harus harus dicampur dengan sumber air lain yang diambil dari luar atau dengan mengatur
pH, kesadahan dan alkaliitas sebelum dialirkan keluar (Retno, 2001).

Dalam pemisahan air asin menjadi air tawar, ada beberapa teknologi proses desalinasi yang telah
banyak dikenal antara lain proses destilasi, teknologi proses dengan menggunakan membran
(osmosis terbalik), proses pertukaran ion, dan lain-lain.

Osmosis Terbalik

Apabila dua buah larutan dengan konsentrasi encer dan konsentrasi pekat dipisahkan oleh
membran semipermeabel, maka larutan dengan konsentrasi yang encer akan terdifusi melalui
membran semi permeabel tersebut masuk ke dalam larutan yang pekat sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai proses osmosis.

Osmosis terbalik (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul
besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu
berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat
terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan
berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah yang artinya bisa
dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut
seperti molekul berukuran besar dan ion-ion.

Osmosis terbalik dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada bagian larutan dengan
konsentrasi tinggi menjadi melebihi tekanan pada bagian larutan dengan konsentrasi rendah.
Sehingga larutan akan mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses perpindahan
larutan terjadi melalui sebuah membran yang semipermeabel dan tekanan yang diberikan adalah
tekanan hidrostatik (Shun Dar Lin, 2001).

Membran Osmosis Terbalik

Membran semipermeabel yang digunakan pada osmosis terbalik disebut membran osmosis
terbalik (membran RO). Membran RO memiliki ukuran pori <1 nm
(http://www.lenntech.com/membrane-technology.htm). Karena ukuran porinya yang sangat kecil,
membran RO disebut juga membran tidak berpori. Membran RO biasanya digunakan untuk
pengolahan air, seperti pengolahan air minum, desalinasi air laut, dan pengolahan limbah cair. Saat
ini membran RO juga banyak digunakan pada proses pengolahan air isi ulang.

Gambar 1. Ilustrasi Proses Osmosis dan Osmosis Balik


(Sumber : Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI)

Air Laut

Sekitar 97% air di bumi merupakan air laut yang 96,5% komposisinya adalah air dan 3,5% terdiri
dari zat-zat lain yang ada sebagai hasil proses fisik, kimia, dan biologis. Secara umum material
yang terdapat dalam air laut digolongkan dalam 5 kategori, yaitu: garam-garam terlarut, gas-gas
terlarut, unsur organik terlarut, unsur organik padat, dan unsur anorganik padat. Adapun yang
paling mempengaruhi sifat fisik dan kimia air laut adalah garam-garam terlarut. Adapun jenis ion
yang terkandung di dalam air laut adalah sebagai berikut:

Tabel. 1. Kandungan Jenis Ion dalam Air Laut

Unsur Konsentrasi (ppm)


Na + 10,561
Mg2+ 1,272
Ca2+ 400
K+ 380
Cl– 18,980
SO42- 2,649
HCO3– 142
Br– 65
Padatan lain 3

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah dan komposisi padatan terlarut adalah
presipitasi, penguapan, pembekuan, dan pencairan salju dan es, pertukaran kimia dan atmosfer,
aktivitas gunung berapi, aktivitas biologi, aliran sungai, adsorpsi partikel dan peluruhan radioaktif.

2. Metode dan Proses

Proses desalinasi menggunakan sistem RO terdiri dari 4 proses utama, yaitu:

(1) Pretreatment

Air umpan pada tahap pretreatment disesuaikan dengan membran dengan cara memisahkan
padatan tersuspensi, menyesuaikan pH, dan menambahkan inhibitor untuk mengontrol scaling
yang dapat disebabkan oleh senyawa tetentu, seperti kalsium sulfat.

(2) Pressurization

Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui proses pretreatment hingga
tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan salinitas air umpan.

(3) Membrane separation


Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut, sementara membran akan
memperbolehkan air produk terdesalinasi melewatinya. Efek permeabilitas membran ini akan
menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu aliran produk air bersih, dan aliran brine terkonsentrasi.
Karena tidak ada membran yang sempurna pada proses pemisahan ini, sedikit garam dapat
mengalir melewati membran dan tersisa pada air produk. Membran RO memiliki berbagai jenis
konfigurasi, antara lain spiral wound dan hollow fine fiber membranes.

(4) Post treatment stabilization.

Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya membutuhkan penyesuaian pH sebelum
dialirkan ke sistem distribusi untuk dapat digunakan sebagai air minum. Produk mengalir melalui
kolom aerasi dimana pH akan ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati 7. (BPPT, 2011).

3. Hasil

Tabel 2. Kualitas Air Hasil Pengolahan Sistem RO

Tabel 3. Kualitas Air Hasil Uji Coba

Tekanan Membran : 300 Psi, Temperatur Air : 20-28 oC

Satuan Air Olahan


Parameter Air Baku I Air Olahan I Air Baku II
(ppm) II
Fisik
Warna Pt-Co 15 5 10 5
Turbidity SiO2 – – 7,7 0
Bau Tdk Tdk Tdk Tdk
Rasa Asin Tdk Asin Tdk
D.H.L mm 7500 350 7520 350
Kimia
pH 7,5 6,3 7,6 6
Zat Padat – – 5340 138
Zat Organik KMnO4 3,79 1,58 4,74 1,58
CO2 bebas CO2 13,2 17,6 30 22
P. Alkalinity CaCO3 0 0 0 0
M. Alkalinity CaCO3 390 60 275 25
Karbonat CaCO3 0 0 0 0
Bikarbonat CaCO3 390 60 275 25
Tot Hardness OD 19,4 0 29 0,8
Calsium Ca2+ 49,98 0 74,97 2,856
Magnesium Mg2+ 53,35 0 79,55 1,72
Besi Fe2+ 4,4 Negatif 1,4 Negatif
Mangan Mn2+ Negatif Negatif Negatif Negatif
Sulphate SO42- 950 Negatif 1250 Negatif
Satuan Air Olahan
Parameter Air Baku I Air Olahan I Air Baku II
(ppm) II
Phospate PO4 Negatif Negatif Negatif Negatif
Ammonium NH4 0,25 Negatif 0,25 Negatif
Nitrite NH4 0 0 0 0
D.O O2 – – – –
Silika SiO2 – – 25 1
Chlorida Cl 2215,2 110,76 2680 116,44

Sumber : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

4. Pembahasan

Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air produksi masih sedikit
mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang kecil maka diterapkan
sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira
300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal. Jika air olahan yang dihasilkan
menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya
tekanan yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut
harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan jika memakai
air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2.

Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Kualitas air
baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air
baku mempunyai kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka
yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghilangan warna, sedangkan proses
untuk kekeruhan cukup dengan penjernihan melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi
apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka pengolahan
yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.

Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya
adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan.
Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia
lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya
intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam klorida dan TDS yang
tinggi.

Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan
pengolahan dengan sistem Osmosis terbalik (RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala
mikro, yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membran. Dengan sistem RO ini,
klorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang
harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membran harus bebas dari
besi, mangan dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu
dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor,
seperti besi, mangan dan zat warna organik.
Air baku yang mengandung Fe dan Mn dialirkan ke suatu filter yang medianya mengandung
MnO2.nH2O. Selama mengalir melalui mediatersebut Fe dan Mn yang terdapat dalam air baku akan
teroksidasi menjadi bentuk Fe (OH)3 dan Mn2O3 oksigen terlarut dalam air, dengan oksigen
sebagai oksidator.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

4 Fe2+ + O2 + 10 H2O 4 Fe(OH)3 + 8 H+

Mn2+ + MnO2.nH2O MnO2.MnO.nH2O + H+

Untuk reaksi penghilangan besi tersebut diatas adalah merupakan reaksi katalitik dengan
MnO2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi penghilangan Mn adalah merupakan reaksi antara
Mn2+ dengan hidrat mangandioksida. Jika kandungan mangan dalam air baku besar maka hidrat
mangandioksida yang ada dalam media filter akan habis dan terbentuk senyawa MnO2.MnO.nH2O
sehingga kemampuan penghilangan Fe dan Mn nya makin lama makin berkurang.

Untuk memperbaharui daya reaksi dari media fiternya dapat dilakukan dengan memberikan klorin
kedalam filter yang telah jenuh tersebut.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

MnO2.MnO.nH2O + 2 H2O + Cl2 2 MnO2.nH2O + 2 H+ + 2Cl–

Air baku yamg mengandung besi dan mangan dialirkan melalui suatu filter bed yang media
filternya terdiri dari mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7). Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis
dan pada waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk
ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

K2Z.MnO.Mn2O7 + 4 Fe(HCO3)2 K2Z + 3 MnO2 + 2 Fe2O3 + 8 CO2 + 4 H2O

K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3) K2Z + 5 MnO2 + 4 CO2 + 2 H2O

Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeoite tidak sama dengan proses pertukaran
ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dan Mn2+ dengan oksida mangan tinggi (higher mangan
oxide).

Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan mangan-dioksida yang tak larut
dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan penyaringan. Selama proses berlangsung
kemampunan reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk
regenerasinya dapat dilakukan dengan menambahkan larutan Kalium permanganat kedalam
zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga akan terbentuk lagi mangan zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
Pada pengolahan air minum, membran RO didesain untuk dapat melewatkan molekul-molekul air
dan menahan solid, seperti ion-ion garam. Membran RO dapat memisahkan dan menyisihkan zat
terlarut, zat organik, pirogen, koloid, virus, dan bakteri dari air baku. Efisiensi penyisihan
membran RO untuk zat terlarut total (TDS) dan bakteri masing-masing adalah 95-99% dan 99%.
Sehingga pada akhir proses akan dihasilkan air yang murni. Efisiensi penyisihan membran RO
yang tinggi menyebabkan terjadinya penyisihan mineral-mineral alami pada air baku. Mineral-
mineral alami ini tidak hanya memberikan rasa yang enak pada air tetapi juga membantu fungsi
vital sistem tubuh. Air minum akan kurang sehat bagi tubuh apabila kurang mengandung mineral-
mineral ini.

Dengan kata lain, air murni yang dihasilkan oleh membran RO tidak sehat bagi tubuh. Selain itu,
membran RO memiliki keterbatasan dalam pengoperasiannya, di antaranya:

§ Tekanan air baku adalah antara 40 – 70 psig (800 – 1.000 psi).

§ Kekeruhan air baku tidak boleh lebih dari 1 NTU.

§ pH operasi berkisar antara 4 – 11.

§ TDS air baku tidak boleh lebih dari 35.000 ppm. Nilai TDS yang lebih tinggi akan
menurunkan kecepatan produksi.

§ Suspended Solid air baku; (dinyatakan dengan SDI, Salt Density Index), harus kurang dari 5.

§ Sisa klor air baku harus nol (0).

Masalah lain yang sering terjadi pada aplikasi membran RO adalah terjadinya
membrane fouling. Membrane fouling adalah peristiwa menumpuknya zat terlarut pada
permukaan membran atau di dalam pori membran, sehingga kinerja membran akan menurun.
Apabila membran mengalami fouling, perlu dilakukan pencucian dengan larutan kimia atau
penggantian membran.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses desalinasi air laut adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau, atau
air limbah.

2. Proses osmosis adalah proses perpindahan larutan dengan konsentrasi encer ke larutan dengan
konsentrasi pekat melalui membran semi permeabel sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi

3. Prinsip kerja osmosis terbalik (osmosis terbalik) adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan
pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni
bisa mengalir ke lapisan berikutnya.

4. Jenis membran semipermeabel yang digunakan pada proses desalinasi air laut adalah membran
osmosis terbalik (RO).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Atael, Abtin, et al. (2011). Integration of Reverse Osmosis and Refrigeration Systems for Energy
Efficient Seawater Desalination. International Journal of The Physical Science Vol. 6 (12) pp.
2832-2843.

Ashlynn. (2010). Desalination and Long-Houl Water Transfer as a Water Supply for Dallas,
Texas: a Case Study of the Energy-Water Nexus in Texas. Texas Water Journal: volume 1, Number
1, pp 33-41.

Alimah, Siti. (2007). Studi Banding Teknologi Desalinasi RO dan MSF untuk PLTN Jenis PWR.
Prosiding Seminar Nasional KE-13 Teknologi dan Kesehatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir.
[Online]

Hartoyo, Robertus. (1999). Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Sistem Osmosis Balik.
[Online]

Rusydi, Anna Fadliah, ST. (2011). Membran Osmosis terbalik. Pusat Penelitian Geoteknologi,
LIPI. [Online]

Said, Nusa Idaman. (2011). Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Teknologi Osmosis Balik.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta. [Online]

Tamim, Younos. (2005). Desalination: Suplementing Freswater Supplies Approaches and


Challenges. Journal of Contemporary Water Reaseasch and Education.

Anda mungkin juga menyukai