Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI TUGAS

BAGIAN RADIOLOGI

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME


(HYALINE MEMBRANE DISEASE)

Destya Maulani
FK-UNHAS/RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PENDAHULUAN
Ada banyak penyebab distress napas pada bayi baru lahir, termasuk sedasi ibu, cedera
kepala pada saat persalinan, aspirasi darah atau ketuban, hipoksia intrauterine, dll. Yang
paling sering adalah Respiratrory Distress Syndrome (RDS) atau dikenal juga sebagai
1
Hyaline Membrane Disease. RDS pertama kali dikemukakan oleh Hochheim pada
tahun 1903, yang mengamati adanya membrane pada paru-paru dua bayi yang meninggal
segera setelah lahir. Kemudian pada 1920-an, berdasarkan otopsi 8 bayi baru lahir,
Johnson dan Meyer pertama kali menggambarkan temuan histologi berupa “hyaline
membrane” yang diduga mengganggu pertukaran gas.2 Penamaan Hyaline membrane
disease mengacu pada penampakan patologi di bawah mikroskop yang menunjukkan
adanya membran eosinofilik homogen pada terminal bronchiolus dan duktus alveoli.3
RDS adalah kondisi insufisiensi paru yang terjadi segera setelah lahir atau dalam empat
jam pertama dan memberat dalam dua hari pertama kehidupan, utamanya, tapi tidak
selalu merupakan kondisi akibat prematuritas .4,5 Selain prematuritas, faktor risiko RDS
meningkat dengan adanya faktor risiko diabetes maternal, persalinan secara sectio
caesaria, kelahiran kembar bayi kedua, asfiksia perinatal, infeksi perinatal dan patent
ductus arteriosus. Sedangkan risiko RDS berkurang dengan adanya hipertensi gestasional
kronik, penggunaan heroin oleh ibu, ketuban pecah dini, dan penggunaan kortikosteroid
profilaksis antenatal. 6

DEFINISI
Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit paru akut yang disebabkan oleh
defisiensi paru yang dapat menyebabkan kolapsnya alveoli dan paru tidak mengembang.

Page 1
5,6,7
Namun, saat ini sulit mendefinisikan RDS karena adanya pemberian profilaksis
surfaktan dan penggunaan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dini. Definisi
Vermont Oxford Neonatal Network untuk RDS adalah bayi dengan PaO2 <50 mmHg
dan mengalami sianosis sentral pada udara ruangan, adanya sianosis sentral pada udara
ruangan atau diperlukannya suplementasi oksigen untuk mempertahankan paO2 >
50mmHg (>6.6kPa) atau saturasi dengan pulse oximeter >85% disertai dengan gambaran
klasik foto thoraks. 5, 8

INSIDEN
Kondisi ini utamanya dijumpai pada bayi prematur kurang dari 32 minggu usia
gestasi.5,6,7 Insiden dan beratnya RDS berkebalikan dengan usia gestasi. Pada tahun 2010
EuroNeoNet memperkirakan insidensi RDS adalah sekitar 92% pada usia gestasi 24-25
minggu, 88% pada usia gestasi 26-27 minggu dan sekitar 57% pada usia gestasi 30-31
minggu. 5 Insidennya kurang dari 5% pada bayi yang lahir di atas usia 34 minggu. 1 RDS
jarang dijumpai di negara berkembang, karena sebagian besar persalinan berlangsung di
rumah, maka pencatatan angka pasti sulit dilakukan. 7

Meningkatkan risiko RDS Menurunkan risiko RDS


Prematuritas Ketuban pecah dini >24 jam
Laki-laki Perempuan
Maternal diabetes Persalinan pervaginam
Multipel gestasional Penggunaan narkotika
Asfiksia Kortikosteroid

Table 1. Faktor risiko yang meningkatkan atau menurunkan risiko RDS 8

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Perkembangan paru normal
Paru berasal dari pengembangan embrionik foregut dimulai dengan perkembangan
bronkus utama pada usia kehamilan 3 minggu. Pertumbuhan paru ke arah kaudal ke
mesenkim sekitar dan pembuluh darah, otot halus, tulang rawan dan komponen berasal
dari jaringan ini. Secara endodermal epithelium mulai membentuk alveoli dan saluran

Page 2
pernapasan.. di luar periode embrionik ada 4 stadium perkembangan paru yang dikenal.
Pada seluruh stadium ini perkembangan saluran pernapasan, pembuluh darah dan proses
diferensiasi berlangsung bersamaan.9

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua, yaitu
paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru
kiri mempynyai dua lobus. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastnum. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yang disebut pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura parietal. Plaura viseralis yaitu selaput yang langsung
membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga
dada. Di antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura. 10

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan
mudahbergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding
dada berada di bawah tekanan atmosfir. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran
gas antara darah dan atmosfir. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolism seseorang. Udara
masuk ke paru-paru melaui bronkus dan bronkiolus yang bercabang di trakea dan
berakhir di alveoli di mana oksigen dan karbondioksida bertukar. Ada lebih dari 300 juta
alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastic. Ruang udara tersebut dipelihara
dalam keadaan terbuka oleh surfaktan. 10

Page 3
Gambar 1. Anatomi paru-paru9

Surfaktan paru
Surfaktan dibentuk pada pneumosit alveolar tipe II dan disekresi ke dalam rongga udara
kecil. Komponen utama surfaktan adalah fosfolipid.9 Produksinya dimulai pada usia
gestasi 24-28 minggu kemudian meningkat perlahan hingga aterm.11 kortikosteroid
menstimulasi pembentukan surfaktan. Karena itu kondisi-kondisi yang berkaitan dengan
stress intrauterine dan retriksi pertumbuhan fetus yang meningkatkan pelepasan
kortikosteroid akan menurunkan risiko RDS. 1

PATOFISIOLOGI
Di dalam rahim, alveoli kolaps. Tangisan pertama bayi baru lahir akan membuat tekanan
negatif yang dapat membuka alveoli. Pada saat ekspirasi, paru akan tetap mengembang
karena adanya surfaktan yang mempertahankan tekanan permukaan paru. 4,11

Karena defisiensi surfaktan, tekanan yang lebih besar diperlukan untuk membuka alveoli.
Tanpa tekanan yang adekuat, paru akan kolaps, sehingga memicu inflamasi dan edema
paru. Kemudian, karena darah yang melewati paru kolaps tidak teroksigenasi, maka bayi
akan mengalami hipoksemia. Dan karena daya pengembangan paru menurun, usaha
untuk bernapas menjadi lebih besar dan nampak retraksi subcostal dan intercostal. Pada
kasus berat otot-otot pernapasan akan kelelahan, terjadi retensi CO 2 dan mengakibatkan
asidosis respiratorik. 12

Page 4
Gambar 2. Kolapsnya paru akibat kurangnya surfaktan 3

Struktur paru yang imatur dan kurangnya surfaktan menurunkan komplians paru dan
rentan mengalami atelektasis; faktor lainnya yang meningkatkan risiko atelektasis adalah
berkurangnya jari-jari alveolus dan kelemahan dinding dada.4

Prematuritas

Berkurangnya surfaktan

Meningkatnya tekanan permukaan alveoli

Atelektasis

┌────────────────────────┐
Perfusi tidak merata Hipoventilasi
└────────────────────────┘

Hipoksia + retensi CO2

Asidosis

Vasokonstriksi pulmonal

Hipoperfusi paru

Kerusakan endotel dan epitel

Kebocoran plasma ke alveoli

Fibrin + sel nekrosis (hyaline membrane)
Gambar 3. Bagan Patofisiologi Respiratory distress syndrome.1

Page 5
Gambar 4. Gambaran histologi hyaline membrane 3

ETIOLOGI
RDS diakibatkan oleh defisiensi surfaktan dan karena imaturitas paru. Defisiensi
surfaktan sendiri bisa terjadi pada infeksi paru, akibat perdarahan paru, akibat aspirasi
pneumonia, dan karena toksisitas oksigen (misalnya barotraumas atau volutrauma paru),
hipoplasia paru, dan pada hernia diafragma congenital. 11

DIAGNOSIS
Anamnesis: Didapatkan riwayat asfiksia, sesak segera setelah lahir dan makin
memburuk, riwayat kehamilan ibu, riwayat persalinan premature. 8,14
Manifestasi klinis: Secara klinis RDS ditandai oleh distress napas yang terdiri atas
sianosis,cuping hidung, merintih, retraksi (interkostal dan subkostal) dan takipnea
(>60x/menit). Bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian akibat hipoksia
progresif dan gagal napas. 4,5,8

Takipnea disebabkan oleh usaha tubuh meningkatkan ventilasi menit untuk


mengkompensasi menurunnya tidal volume dan meningkatkan ruang mati. Retraksi
terjadi karena bayi terpaksa menciptakan tekanan intratorakal yang tinggi
untukpengembangan paru yang tidak baik. Merintih terjadi akibat penutupan parsial
glottis pada saat forced expiration sebagai usaha untuk mempertahankan FRC. 4

Page 6
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radilogi RDS bervariasi dari ringan hingga berat dan umumnya berkorelasi
dengan gejala klinis. Pada tahap awal, tidak terlalu banyak gambaran air bronchogram
yang tampak, karena bronkus utama terletak lebih ke anterior bagian paru.

Gambar 5 . foto thorax bayi dengan Hyaline Membrane Disease dengan air bronchogram sign. 14

Maka, secara singkat yang dapat kita jumpai pada foto thoraks RDS antara lain
gambaran ground glass (retikulogranuler), terdistribusi bilateral dan simetris, ada air
bronchogram, hipoaerasi (hiperinflasi paru menyingkirkan kemungkinan diagnosis
RDS). 8, 16 Bomsel membagi gambaran thoraks foto HMD menjadi 4 derajat; 9
Derajat I (ringan) : kadang normal atau gambaran granuler, homogen.
Derajat II (ringan-sedang): seperti derajat I plus gambaran air bronchogram.
Derajat III (sedang-berat): seperti derajat II plus batas jantung kabur.
Derajat IV (berat): white lung.

Page 7
Gambar 6. Hyaline Membrane Disease grade II

Gambar 7. Hyaline Membrane Disease grade III.

Gambar 8. Hyaline Membrane Disease Grade IV

Page 8
Ultrasonografi (USG)
Penggunaan ultrasonografi paru dalam diagnosis RDS sangat jarang dilakukan; namun
suatu penelitian pilot oleh Lie, dkk, menunjukkan bahwa USG merupakan modalitas
yang akurat dan reliable yang juga cepat, portable dan non-ion. 6

Gambaran konsolidasi paru, abnormalitas pleural-line, bilateral “white lung” atau


alveolar interstitial syndrome, dan hilangnya A-line nampak sangat spesifik dan sensitif
dibandingkan pada gambaran radiografi konvensional. Selain itu, ultrasonography dapat
pula digunakan untuk menyingkirkan atau melihat adanya komplikasi efusi pleura yang
terjadi bersamaan. 6

Gambar 9. Perbandingan HMD pada USG dan foto thorax 6

Laboratorium
Analisis Gas Darah penting dalam monitoring penatalaksanaan RDS. AGD darah arteri
serial biasanya dilakukan dan menunjukkan berkurangnya Oksigen dan meningkatnya
CO2 dan asam pada darah arteri. 14, 8
Target terapi RDS adalah mempertahankan pH ≥
7.25, SO2 85-93%. Pemeriksaan laboratorium lainnya dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab distress napas pada bayi, antara lain; septic work up, glukosa darah, elektrolit
darah termasuk kalsium. 8

Page 9
DIAGNOSIS BANDING
Transient Tachypneu Of The Newborn (TTN)
TTN biasanya terjadi pada bayi-bayi cukup bulan, atau bayi-bayi near-term, khususnya
bagi bayi yang lahir lewat sectio caesaria. Sesak juga dialami segera setelah lahir, dan
8,16
akan membaik dalam beberapa jam hingga beberapa hari (umumnya 3-5 hari).
Patofisiologinya adalah karena keterlambatan resorpsi cairan dalam paru. Adanya cairan
ini yang mengganggu proses pertukaran gas, sehingga terjadi distress napas. Pada
pemeriksaan klinis didapatkan tanda distress napas (takipneu, retraksi, pernapasan cuping
hidung, penurunan air entry, dan kadang sianosis), dada bayi juga dapat member
gambaran barrel chest. Gambaran foto thoraksnya menunjukkan adanya hiperinflasi
paru, dan gambaran cairan pada fisura, diafragma lebih datar, perihilar striking lebih
8,16
nyata.

16
Gambar 10. Transient Tachypnea of the Newborn

Meconium Aspiration Syndrome (MAS)


MAS adalah penyebab dari sebagian besar distress napas pada bayi cukup bulan/post
matur. Mekonium dijumpai dalam cairan ketuban pada sekitar 20% kehamilan. Produk
mekonium mengakibatkan obstruksi bronkus. Pada foto thorax nampak gambaran bercak
opak kasar (atelektasis dan konsolidasi), hiperinflasi paru, daerah emfisematous,
beberapa dengan efusi pleura, tidak ada gambaran air bronchogram. 8,17

Page 10
Gambar 11. Foto Thorax pasien dengan Meconium Aspiration Syndrome 17

Pneumonia Neonatal
Pneumonia neonatal adalah infeksi paru pada neonatus. Onset dapat terjadi dalam
beberapa jam setelah lahir hingga beberapa hari. Manifestasi klinis bisa hanya berupa
distress napas hingga syok dan kematian. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis
dan evaluasi laboratorium penanda sepsis serta foto thoraks.12 Pneumonia neonatal
memberi gambaran perselubungan inhomogen akibat eksudat alveolar, hiperinflasi dan
efusi pleura.8

Gambar 12. Foto thorax pneumonia neonatal. 12


TATALAKSANA
Prenatal Care
RDS dapat dideteksi selama kehamilan dengan tes kematangan paru melalui
amniocentesis atau bila ketuban telah pecah bisa melalui sampel via vagina. Pemeriksaan

Page 11
air ketuban ini termasuk mengukur rasio Lecithin/spinghomyelin, shake test,
surfaktan/albumin rasio. Risiko RDS rendah bila rasio Lecithin/spinghomyelin >2, bila
terdapat glycerol phosphatidyl dan bila indeks stabilitas dari shake test = 47, atau bila
rasio surfaktan/albumin >55mg/g. 12

Intervensi pencegahan RDS sebaiknya dimulai sebelum lahir. Pemberian steroid prenatal
pada wanita risiko persalinan prematur dapat mengurangi risiko kematian bayi, dan
steroid prenatal mengurangi risiko RDS. Karenanya 1 dosis kortikosteroid prenatal
direkomendasikan untuk semua kehamilan dengan usia gestasi antara 24-34 minggu
dengan risiko persalinan dalam 7 hari. Pemberian satu dosis kortikosteroid juga
diindikasikan bagi ibu dengan ketuban pecah dini sebelum usia gestasi 32 minggu.Pada
persalinan dengan usia gestasi 34-36minggu, pemberian steroid nampaknya tidak
mempengaruhi luaran. Pemberian steroid yang optimal sebelum persalinan adalah lebih
dari 24 jam dan kurang dari 7 hari . 5,8

Tata laksana RDS biasanya dimulai segera setelah lahir, terkadang di ruang persalinan.
Sebagian besar bayi yang menunjukkan tanda RDS dengan cepat ditransfer ke Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) . Terapi RDS yang paling penting adalah: 5

Pemberian surfaktan
Terapi surfaktan dapat diberikan sebagai terapi profilaksis atau sebagai terapi rescue pada
bayi berisiko RDS, dapat mengurangi risiko pneumothorax dan kematian neonatal.
Setelah diberi surfaktan, endotracheal tube disambungkan ke ventilator, atau NCPAP.
Surfaktan diberi segera setelah lahir untuk terapi atau sebagai pencegahan RDS.5,8

Dukungan pernapasan dengan ventilator atau nasal continuous positive airway


pressure (NCPAP).
Stabilisasi dengan oksigen 100% oksigen dibandingkan dengan udara ruangan berkaitan
peningkatan mortalitas. Oksigen murni juga berbahaya untuk bayi prematur, dan
pedoman saat ini menganjurkan untuk menggunakan blender dalam rangka titrasi
oksigen supplemental. Selama fase transisi, saturasi diukur dengan menggunakan

Page 12
oksimeter pulse pada lengan kanan akan menunjukkan kenaikan bertahap dari sekitar 60
menjadi 80% dalam 5 menit, dan mencapai > 85% pada sekitar 10 menit setelah lahir.
Dengan penggunaan CPAP pada bayi prematur yang lahir spontan, saturasi transisional
dapat tercapai tanpa suplementasi oksigen pada sebagian besar bayi. Suatu percobaan
klinis menunjukkan bahwa dengan penggunaan CPAP dini, sekitar 50% bayi-bayi dengan
usia gestasi 26-29 minggu dapat ditangani tanpa intubasi atau pun tanpa pemberian
5
surfaktan. Pemasangan ventilator adalah pilihan utama terapi pada bayi dengan
hipoksemia dan apneu.8

PROGNOSIS
Di masa lalu, hampir semua bayi dengan RDS meninggal dalam 72 jam.15 Prognosis RDS
makin baik dengan adanya penggunaan steroid antenatal untuk pematangan paru, serta
dengan adanya terapi surfaktan segera setelah lahir untuk mengganti defisiensi surfaktan,
serta dengan adanya teknik ventilasi untuk mengurangi barotrauma. Meta analisis
Cochrane menunjukkan bahwa terapi kortikosteroid antenatal mengurangi insiden RDS ,
6
kematian neonatal dan perdarahan intraventrikuler. Tetapi, prognosis jangka panjang
termasuk ada tidaknya sekuele sistem respirasi dan atau neurologi sangat bergantung
pada berat lahir dan usia gestasi. 8

Page 13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Abbas A, Aster J, Robbins S. Robbins basic pathology. Philadelphia,


PA: Elsevier/Saunders; 2013.
2. Kamath B, MacGuire E, McClure E, Goldenberg R, Jobe A. Neonatal Mortality
From Respiratory Distress Syndrome: Lessons for Low Resource Countries.
PEDIATRICS. 2011; 2011;127(6):1139-1146.
3. Radiographics:Lung Disease in Premature Neonates: Radiologic-Pathologic
Correlation. RadioGraphics [Internet].2005 [cited 20 August 2015];. Available
from: http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.254055019
4. Intensive care nursery staff manual: Respiratory distress syndrome [Internet].
California: The Regents of the University of California; 2004 [cited 18 August
2015]. Available from:
https://www.ucsfbenioffchildrens.org/pdf/manuals/25_RDS.pdf
5. Sweet D, Carnielli V, Greisen G, Hallman M, Ozek E, Playka R et al. European
Consensus Guidelines on the Management of Neonatal Respiratory Distress
Syndrome in Preterm Infants – 2013 Update. Neonatology. 2013;103(4):353-368.
6. Emedicine.medscape.com. Hyaline Membrane Disease Imaging: Overview,
Radiography, Ultrasonography [Internet]. 2015 [cited 19 August 2015]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/409409-overview
7. Emedicine.medscape.com. Respiratory Distress Syndrome: Background,
Etiology, Epidemiology [Internet]. 2015 [cited 18 August 2015]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/976034-overview#a6
8. Gomela T, Cunningham M, Eyal F. NEONATOLOGY: Management,
Procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs.7th ed: McGrawHill;2013.
9. Kosim M. Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
10. [Internet]. 2015 [cited 20 August 2015]. Available from:
http://digilib.unila.ac.id/6590/15/BAB%20II.pdf
11. Naga O, Respiratory Distress Syndrome [Internet]. 2009 [cited 17 August 2015].
Available from:
https://elpaso.ttuhsc.edu/fostersom/pediatrics/neonatology/documents/Naga-
Respiratory_Distress_Syndrome__Read-Only___Compatibility_Mode_.pdf
12. Merck Manuals Professional Edition. Respiratory Distress Syndrome in Neonates
- Pediatrics [Internet]. 2015 [cited 19 August 2015]. Available from:
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/perinatal-
problems/respiratory-distress-syndrome-in-neonates
13. Openi.nlm.nih.gov.f1-0040145:Human models of acute lung injury- Open-I
[Internet]. 2015 [cited 19 August 2015]. Available from:

Page 14
http://openi.nlm.nih.gov/detailedresult.php?img=3046086_DMM006213F1&req=
4
14. Empowher : Empowher. Hyaline Membrane Disease – Diagnosis, Treatment,
Prognosis - …[Internet]. 2015 [cited 20 August 2015]. Available from:
http://www.empowher.com/hyaline-membrane-disease/content/hyaline-
membrane-disease-diagnosis-treatment-prognosis
15. Ceessentials.net. Film Critique – Part 1: Chest [Internet]. 2015 [cited 16 August
2015]. Available from: https://www.ceessentials.net/article25.html
16. Learningradiology.com. LeraningRadiology [Internet]. 2015 [cited 16 August
2015]. Available from: http://learningradiology.com/archives2012/COW%20527-
TTN2/ttn2correct.html#hmd
17. Learningradiology.com. LearningRadiology – Meconium aspiration syndrome
[Internet]. 2015 [cited 20 August 2015]. Available from:
http://learningradiology.com/archives04/COW%20089-
Meconium%20aspiration/meconaspirationcorrect.htm

Page 15
LAPORAN KASUS

Bayi Ny. TA, usia 1 hari , dirujuk dari RS Bahagia dengan diagnosis Bayi kurang
bulan/sesuai masa kehamilan/sectio caesaria +asfiksia sedang.

Anamnesis
Bayi Ny. TA, usia 1 hari , dirujuk dari RS Bahagia dengan diagnosis Bayi kurang
bulan/sesuai masa kehamilan/sectio caesaria +asfiksia sedang dengan apgar score 5/7.
Berat lahir 1200 gram, panjang badan 37 cm, dengan keluhan utama sesak napas, dialami
sejak lahir. Tidak ada demam, kejang, tidak muntah. Belum buang air besar dan belum
buang air kecil. Riwayat kehamilan: ini merupakan kehamilan pertama, ibu kontrol
teratur di dokter ahli kandungan, tidak pernah sakit selama hamil, mendapatkan injeksi
TT 2x, vitamin dan penambah darah, ibu tidak pernah minum jamu/obat-obatan selain
dari dokter. Riwayat persalinan: bayi lahir secara SC atas indikasi Ketuban Pecah dini,
tidak segera menangis, apgar score 5/7, dan telah mendapatkan injeksi vit.K1
1mg/intramuskuler. Riwayat menyusu: belum diberi ASI ataupun susu formula.

Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum: pasif. Heart Rate: 148x/menit, reguler. Pernapasan 72x/menit,
Suhu 36.50C, Saturasi Oksigen 70%, Skala nyeri NIPS : 0. Trauma lahir tidak ada,
kelainan kongenital tidak ada. Sistem saraf pusat: refleks moro ada, simetris; refleks isap
dan telan tidak ada. Pada sistem respirasi: ada retraksi subkostal dan interkostal, bunyi
pernapasan bronkovesikuler, ada ronki, tidak ada wheezing, air entry menurun, sianosis
tidak ada, terdengar grunting tanpa stetoskop. Downe score : 6. Pada sistem
cardiovaskuler: bunyi jantung I/II murni, reguler. Tidak ada bising. Pada pemeriksaan
abdomen: peristaltik kesan normal, hepar dan lien tidak teraba, tali pusat basah, tanda
radang tidak ada. Buang air besar: belum. Sistem metabolik: tidak ada edema dan tidak
ikterus. Sistem hematologi : tidak pucat, tidak ada perdarahan.
Lain-lain: Ballard Score: 15, Taksiran usia kehamilan: 30 minggu. Faktor risiko ibu:
ketuban pecah dini. Kategori A: distress napas. Kategori B: letargi, aktivitas menurun.

Page 16
Pemeriksaan Laboratorium
Darah: Hb 13.2 g/dl, lekosit 11.310/mm3, eritrosit 3.64 x 106/mm3, hematokrit
40.9% , trombosit 227.000/mm3. GDS 143 mg/dl, Ureum 33 mg/dl, kreatinin 0.8 mg/dl,
SGOT 159U/L, SGPT 6 U/L, protein total 4 gr/dl, albumin 3.1 gr/dl, Natrium 133
mmol/L, Kalium 5.6 mmol/L, Klorida 109 mmol/L. Apusan darah tepi: kesan Leukosit
tanda infeksi. Analisis gas darah: Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian.

Pemeriksaan Radiologik

Gambar 13. Foto thoraks pasien: gambaran white lung

Interpretasi foto toraks:


- Opasitas kedua paru meningkat dengan air bronchogram sign di dalamnya dan batas
jantung yang sudah tidak jelas.
- Kedua sinus dan diafragma sulit dinilai
- Tulang-tulang intak
Kesan : Hyaline membrane disease grade IV.

Page 17
Diagnosis kerja: Respiratory Distress of the newborn et causa Hyaline membrane disease
grade IV + curiga besar sepsis + bayi berat lahir sangat rendah, Bayi kurang bulan,
sesuai masa kehamilan.

Pengobatan
Nasal CPAP : PEEP 7cmH2O, flow 8 liter/menit, FiO2: 21%
IVFD Nutrisi Parenteral
Ampicillin sulbactam 60mg/12jam/iv
Gentamicyn 6mg/48jam/iv
Aminofilin 2mg/8jam/iv
Hentikan asupan oral
Perawatan tali pusat
Rawat inkubator

Pada follow up hari kedua (7 jam di NICU) , bayi bertambah sesak, dan mengalami
desaturasi (saturasi oksigen 80%), maka dilakukan pemasangan ventilator mode axis
control. Terapi lain dilanjutkan. Foto thoraks kontrol post intubasi menunjukkan hasil:

Gambar 14. Foto kontrol ; HMD grade III

Page 18
ekspertise:
- Posisi asimetris, kondisi film cukup, inspirasi kurang
- Opasitas pada kedua paru disertai air bronchogram sign di dalamnya dengan
batas jantung yang mulai samar terlihat.
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan: Hyaline membran disease grade III.

Diskusi
Diagnosis Respiratory Distress Of The Newborn e.c. Hyaline Membrane Disease pada
pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat kelahiran prematur, dan dari
pemeriksaan fisis dijumpai bayi sakit berat dengan tanda-tanda fisik bayi premature ;
didapatkan new ballard score 15, sesuai dengan taksiran usia kehamilan 30 minggu. Dari
pemeriksaan fisik pula dijumpai gejala distress napas berupa takipneu, expiratory
grunting, retraksi dan penurunan air entry dengan downe score 6. Hasil foto thorax
menunjukkan gambaran hyaline membrane disease grade IV.

Pasien lahir prematur secara Sectio atas indikasi ketuban pecah dini, karena itu sebelum
pemeriksaan lengkap kita harus memikirkan diagnosis banding TTN dan sepsis.
Diagnosis banding TTN dapat disingkirkan dari hasil foto thorax. Sedangkan untuk
diagnosis sepsis, dilakukan septic work up untuk menegakkannya. Karena itu pasien
diterapi sebagai sepsis hingga terbukti bukan sepsis.

Pasien dirawat inkubator karena berat lahir rendah. Intake oral sementara dihentikan
karena sesak napas berat, sehingga asupan nutrisi diperoleh dari nutrisi parenteral.
Antibiotik diberikan sebagai tata laksana curiga besar sepsis. Aminofilin diberikan untuk
mencegah apneu of prematurity. Dan untuk distress napas pasien dipasangkan CPAP :
PEEP 7cmH2O, flow 8 liter/menit, FiO2: 21%. Pada follow up hari kedua pasien gagal
CPAP sehingga dilakukan intubasi dan pemasangan ventilator. Setelah intubasi foto
kontrol post intubasi menunjukkan gambaran HMD grade III.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia.

Page 19
TUGAS STASE RADIOLOGI
LAPORAN KASUS

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME


(HYALINE MEMBRANE DISEASE)

OLEH

OLEH:
DESTYA MAULANI

PEMBIMBING:
Prof.Dr. dr. BACHTIAR MURTALA, Sp.Rad (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

Page 20

Anda mungkin juga menyukai