Anda di halaman 1dari 9

PENANGGULANGAN KLB DAN

SISTEM KEWASPADAAN DINI RESPON KLB

ANALISA SITUASI

Untuk mengetahui seberapa besar masalah pengamatan penyakit dan surveilans


epidemiologi, maka perlu suatu analisa yang mampu menunjukkan kekuatan dan
kelemahan dari lingkungan eksternal dan internal sehingga dapat diketahui faktor-faktor
yang dapat menguntungkan atau faktor-faktor yang merugikan yaitu :

A. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN INTERNAL


Dari faktor sukses kritis di atas maka yang menjadi faktor sukses kunci adalah :
1. Kekuatan (Strength)
a. Memiliki visi dan misi yang memberi arah kebijakan program.
b. Mempunyai landasan Hukum (payung) dalam pelaksanaan kegiatan.
- UU No. 4 Tahun 1982
- Kepmenkes RI No. 1116 tahun 2003
- Kepmenkes RI No. 1479 Tahun 2003
- Kepmenkes RI No. 949 Tahun 2004
c. Mempunyai pedoman pelaksanaan kegiatan program
d. Mempunyai petunjuk tehnis pelaksanaan kegiatan program
e. Tenaga Surveilans hampir pada setiap Puskesmas dan Puskesmas yang tersebar
di Sul-Sel
f. Secara rutin (per triwulan) menerbitkan buletin epidemiologi.

2. Kelemahan (Weakness)
a.Secara kuantitas SDM yang mampu dalam pelaksanaan pengamatan yang terdiri
pengumpulan, pengolahan, analisis serta informasi data mingguan (W2) dalam
rangka sistem kewaspadaan dini penyakit masih kurang.
b. Secara kualitas SDM yang mampu dalam pelaksanaan pengamatan dan
penanggulangan KLB penyakit masih kurang.
c.Unit komputer/Note book di tingkat kab/kota dan puskesmas masih belum
punya/sangat kurang.
d. Software khusus (Per program) yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan
analisis surveilans epidemiologi tidak ada.
e.Sarana transport baik roda dua maupun roda 4 dirasakan masih sangat
kurang/tidak tersedia.
f. Sarana sosialisasi, informasi dan telekomunikasi sangat kurang
g. Dana operasional kegiatan penyelidikan/penanggulangan KLB masih sangat
terbatas
h. Dana operasional kegiatan Sistem Kewaspadaan Dini Respon KLB masih
sangat terbatas/ada kab/kota yang tidak tersedia sama sekali.
i. Belum terciptanya komitmen pimpinan/petugas surveilans kab/kota terhadap
kelancaran dan ketepatan pelaporan disemua jenjang administrasi yang
membutuhkan.
j. Pemanfaatan tenaga terlatih (surveilans) belum optimal.
k. Belum adanya dukungan dana sesuai kebutuhan kegiatan untuk pelaksanaan
program secara maksimal.

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN EKSTERNAL


Dari faktor sukses kritis di atas maka yang menjadi faktor sukses kunci
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Peluang (Opportunity)
a. Adanya komitmen global, Nasional dan Propinsi dalam hal pengamatan
penyakit dan penanggulangan KLB
b. Software STP yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan surveilans
c. Terlaksananya otonomisasi dimana kewenangan pemerintah dan kewenangan
propinsi dibidang kesehatan adalah surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah penyakit menular dan KLB.
d. Pembangunan berwawasan kesehatan.
e. Kerjasama lintas program dan lintas sektor yang telah terjalin dengan baik.
f. Peran serta masyarakat mulai berkembang.

2. Tantangan/Ancaman (Threat)
a. Komitmen daerah, terutama kabupaten/kota terhadap upaya
pemberantasan dan pencegahan penyakit menular terutama penanggulangan KLB,
baik dari segi dukungan politis maupun dukungan pendanaan dalam APBD
kab/kota setiap tahunnya.
b. Kepadatan & mobilitas penduduk
c. Wilayah geografi yang sulit dijangkau
d. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah.
e. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah.
f. Kebiasaan/budaya yang ada di masyarakat tidak kondusif untuk kesehatan.
g. Sikap dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung terhadap
kesehatan.
h. Terjadinya perpindahan penduduk dari daerah endemis suatu penyakit ke
daerah non endemis atau sebaliknya.

Makassar, 24 September 2007

Yang Membuat,

Sofyan, SKM, M.Kes


Nip. 140 233 802.-
SURVEILANS KHUSUS
(AFP, CAMPAK, TN DAN DIFTERI)

ANALISA SITUASI

Untuk mengetahui seberapa besar masalah pengamatan penyakit dan surveilans


epidemiologi, maka perlu suatu analisa yang mampu menunjukkan kekuatan dan
kelemahan dari lingkungan eksternal dan internal sehingga dapat diketahui faktor-faktor
yang dapat menguntungkan atau faktor-faktor yang merugikan yaitu :

A. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN INTERNAL


Dari faktor sukses kritis di atas maka yang menjadi faktor sukses kunci adalah :
1. Kekuatan (Strength)
a. Memiliki visi dan misi yang memberi arah kebijakan program.
b. Mempunyai landasan Hukum (payung) dalam pelaksanaan kegiatan.
A. UU No. 4 Tahun 1982
B. Kepmenkes RI No. 1116 tahun 2003
C. Kepmenkes RI No. 1479 Tahun 2003
D. Kepmenkes RI No. 949 Tahun 2004
c. Mempunyai pedoman pelaksanaan kegiatan program (AFP, Campak, TN Dan
Difteri)
d. Mempunyai petunjuk tehnis pelaksanaan kegiatan program (AFP, Campak, TN
Dan Difteri)
e. Tenaga Surveilans hampir pada setiap Puskesmas dan Rumah Sakit yang
tersebar di seluruh Sul-Sel
f. Adanya dukungan laporan kab/kota dengan melaporkan laporan mingguan yang
pendanaannya melalui WHO.
g. Setiap tahunnya dibuat laporan tahunan kegiatan program

2. Kelemahan (Weakness)
a. Secara kuantitas SDM yang mampu dalam pelaksanaan pengamatan yang terdiri
pengumpulan, pengolahan, analisis serta informasi data mingguan (W2) dalam
rangka sistem kewaspadaan dini penyakit masih kurang.
b. Secara kualitas SDM yang mampu dalam pelaksanaan pengamatan dan
penanggulangan KLB penyakit masih kurang.
c. Unit komputer/Note book di tingkat kab/kota dan puskesmas masih belum
punya/sangat kurang.
d. Belum adanya Software khusus (Per program) yang dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan analisis surveilans epidemiologi.
e. Sarana transport baik roda dua maupun roda 4 tidak tersedia.
f. Sarana sosialisasi, informasi dan telekomunikasi sangat kurang
g. Dana operasional kegiatan penyelidikan/penanggulangan KLB masih sangat
terbatas
h. Dana operasional kegiatan Sistem Kewaspadaan Dini Respon KLB masih
sangat terbatas/ada kab/kota yang tidak tersedia sama sekali.
i. Belum terciptanya komitmen pimpinan/petugas surveilans kab/kota terhadap
kelancaran dan ketepatan pelaporan disemua jenjang administrasi yang
membutuhkan.
j. Pemanfaatan tenaga terlatih (surveilans) belum optimal.
k. Belum adanya dukungan dana sesuai kebutuhan kegiatan untuk pelaksanaan
program secara maksimal.

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN EKSTERNAL


Dari faktor sukses kritis di atas maka yang menjadi faktor sukses kunci
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
l. Peluang (Opportunity)
a. Adanya komitmen global, Nasional dan Propinsi dalam hal pengamatan
penyakit dan penanggulangan KLB
b. Software STP yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan surveilans
c. Terlaksananya otonomisasi dimana kewenangan pemerintah dan kewenangan
propinsi dibidang kesehatan adalah surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah penyakit menular dan KLB.
d. Pembangunan berwawasan kesehatan.
e. Kerjasama lintas program dan lintas sektor yang telah terjalin dengan baik.
f. Peran serta masyarakat mulai berkembang.

g. Tantangan/Ancaman (Threat)
a. Komitmen daerah, terutama kabupaten/kota terhadap upaya pemberantasan dan
pencegahan penyakit menular terutama penanggulangan KLB, baik dari segi
dukungan politis maupun dukungan pendanaan dalam APBD kab/kota setiap
tahunnya.
b. Kepadatan & mobilitas penduduk
c. Wilayah geografi yang sulit dijangkau
d. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah.
e. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah.
f. Kebiasaan/budaya yang ada di masyarakat tidak kondusif untuk kesehatan.
g. Sikap dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung terhadap kesehatan.
i. Terjadinya perpindahan penduduk dari daerah endemis suatu penyakit ke
daerah non endemis atau sebaliknya.

Makassar, 24 September 2007

Yang Membuat,

Drs. H. Sukardi Pangade, SKM, M.Kes


Nip. 140 056 915.-
PENYAKIT TIDAK MENULAR
ANALISA SITUASI
Untuk mengetahui seberapa besar masalah pengamatan penyakit dan surveilans
epidemiologi, maka perlu suatu analisa yang mampu menunjukkan kekuatan dan
kelemahan dari lingkungan eksternal dan internal sehingga dapat diketahui faktor-faktor
yang dapat menguntungkan atau faktor-faktor yang merugikan yaitu :

A. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN INTERNAL


Dari faktor sukses kritis di atas maka yang menjadi faktor sukses kunci adalah :
1. Kekuatan (Strength)
 Keputusan Menkes tentang penyelenggaraan surveilans epidemiologi
penyakit menular dan penyakit tidak menular
 Terbentuknya organisasi pengelola PTM di tingkat provinsi
 Lima puluh persen tenaga terlatih ditingkat provinsi
 Tersedianya Juklak dan Juknis dan tatalaksana program PTM
 Terlatihnya tenaga surveilans PTM RS dan Puskesmas Sentinel
 Tersosialisasinya PPTM kepada pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten kota
 Tersusunnya rencana strategis program PTM provinsi
 Keseragaman format laporan program di Kabupaten/kota, puskesmas
sentinel dan Rumah Sakit
2. Kelemahan (Weakness)
 Secara struktural DM pengelola program di tingkat provinsi maupun
kabupaten kota belum cukup
 Anggaran program PTM masih sangat terbatas
 Sarana dan prasarana penunjang program masih kurang baik
ditingkat provinsi maupun kabupaten
 Rendahnya pengetahuan petugas kesehatan megenai juklak, juknis
dan faktor risiko penyakit tidak menular
 Belum ada analisis data PTM di tingkat kabupaten kota
 Belum adanya jejaring tim tekhnis (Pokja) PTM lintas sektor dan
lintas program
 Belum adanya pemataan faktor risiko program PTM dari kabupaten
kota
 Ketepatan dan kelengkapan laporan dari kabupaten kota masih
rendah

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN EKSTERNAL


Dari faktor sukses kritis di atas maka yang menjadi faktor sukses kunci
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Peluang (Opportunity)
 Supporting dari LSM / organisasi terkait PTM ( Perkeni, persadia,
Yayasan Jantung, POLDA, Dishub)
 Dukungan Dana kegiatan PTM dari PUSAT , Program PTM Dinkes
Sulsel sebagai pilot project.
 Adanya global strategi for prevention and control of non comunicable
deases dari WHA
2. Tantangan
 Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko PTM
 Koordinasi lintas program dan lintas sektor belum optimal
PENYAKIT MENULAR STP PUSKESMAS

”SWOT ANALISYS ”

Kekuatan

1. Memiliki Visi dan Misi yang memberi arah kebijakan program

2. Mempunyai landasan Hukum dalam pelaksanaan kegiatan

A. UU No. 4 Tahun 1984

B. Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 1991

C. Kepmenkes RI No. 1479 Tahun 2003

D. Kepmenkes RI No. 1116 Tahun 2003

3. Terbentuknya organisasi pengelola STP Puskesmas di tingkat provinsi

dan Kab.

4. Tersedianya Juklak dan Juknis dan tatalaksana program STP puskesmas

5. Terlatihnya tenaga surveilans STP Puskesmas dan Puskesmas Sentinel

6. Tersosialisasinya Pemberantasan Penyakit Menular kepada pengambil

kebijakan di tingkat kabupaten kota

7. Keseragaman format laporan program di Kabupaten/kota, Puskesmas,

Puskesmas sentinel dan Rumah Sakit

Kelemahan

1. Secara kuantitas SDM pengelola program di tingkat provinsi maupun

kabupaten kota belum cukup

2. Anggaran program STP Puskesmas masih sangat terbatas


3. Sarana dan prasarana penunjang program masih kurang baik ditingkat

provinsi maupun kabupaten

4. Rendahnya pengetahuan petugas kesehatan megenai juklak, juknis dan

faktor risiko penyakit menular

5. Unit komputer di tingkat Kab/ Kota dan Puskesmas masih sangat kurang

6. Ketepatan dan kelengkapan laporan dari kabupaten kota masih rendah

Peluang

1. Adanya komitmen Global, Nasional dan Propinsi dalam hal pengamatan

Penyakit Menular dan Penanggulangannya

2. Terlaksananya otonomisasi dimana kewenangan Pemerintah dan

kewenangan Propinsi di bidang kesehatan adalah surveilans epidemiologi

dan penanggulangan wabah Penyakit Menular

3. Pembangunan berwawasan kesehatan

4. Kerjasama lintas program dan lintas sektor yang telah terjalin dengan baik

5. Peran serta masyarakat mulai berkembang.

Tantangan

1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko Penyakit

Menular yang dapat menimbulkan KLB

2. Koordinasi lintas program dan lintas sektor belum optimal

3. Wilayah geografis yang sulit dijangkau

4. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah

Anda mungkin juga menyukai